Jumat, 26 Juni 2020

Pengetahuan Itu Linier Dengan Uripmu


Kamid: “Lulusan Pendidikan Agama Islam kok ngomong karbohidrat dan zat gula!!? Ga linier dan kamu bukan ahlinya!!”

Doelzemprull: “Iyakah!?”

Mengetahui nutrisi dalam makanan bukan berarti kita akan auto-pakar gizi, melainkan sebagai pengetahuan diri agar kita bisa memilih makanan baik dan bergizi (thayyiban) yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Bukan untuk buka praktik sebagai ahli gizi. Untuk mengkonsumsi vitamin C dari buah tidak harus dengan mengkonsumsi buah kiwi. Kita bisa membeli jeruk nipis, nanas, atau jambu merah untuk pemenuhan kebutuhan vitamin C dari buah yang harganya lebih murah tanpa harus membayar untuk berkonsultasi dengan ahli gizi.

Apakah untuk menjadi Presiden harus lulusan administrasi negara? begitu pula untuk menjadi anggota dewan perwakilan rakyat harus lulus mata kuliah kebijakan publik atau jurusan yang sesuai dengan kepakaran pada komisi-komisi masing-masing? Presiden pertama kita seorang insinyur, ke-2 seorang militer, ke-3 seorang pakar teknologi pesawat terbang, ke-4 seorang Kiai dan lulusan pesantren, ke-5 puteri proklamator, ke-6 seorang militer dan ke-7 lulusan kehutanan. Apakah pengetahuan para presiden linier dengan jabatannya?

Kita harus memiliki banyak pengetahuan untuk kehidupan kita. Tubuh membutuhkan nutrisi dari makanan, sehingga butuh cara untuk mencari makan dengan ilmu bercocok tanam, ilmu perdagangan, kelautan, cara berinteraksi, pertukangan dan dipecah-pecah menjadi cabang-cabang keilmuan. Bila kita lapar, maka yang harus dilakukan adalah makan. Bila tak punya makanan, carilah! Dengan apa? Kita dibekali organ tubuh agar kita berdaya upaya memenuhi kebutuhan hidup kita. Sederhana saja, lapar bukan berdoa; bekerjalah sehingga mendapatkan uang untuk membeli makanan. Bila tak ada yang bisa membayar kita, bekerjalah agar mendapatkan makan sebab yang kita butuhkan adalah makan. Kenapa kita pusing? Sebab kita bekerja agar kita kaya, mempunyai motor, mobil, dan simpanan uang beratus-ratus juta di bank.

Bila kita menguasai pengetahuan tentang berdagang, maka kita bisa berdagang dengan mengandalkan kepercayaan (amanah) sebagai modal utama kita. Bila kita menguasai ilmu bercocok tanam, maka kita bisa minta ijin mengelola lahan orang lain untuk ditanami dengan sistem yang diperbolehkan agama. Bila kita memiliki keahlian tertentu, maka kita bisa menawarkan jasa keahlian kita untuk orang lain. Bila kita hanya memiliki tenaga, kita bisa menawarkan jasa tenaga kita untuk bersih-bersih, kuli panggul, dan lainnya.

Hidup butuh sehat, ada pengetahuan tentang pengobatan dan kesehatan. Apakah pengetahuan ini harus dimonopoli oleh paramedis? Tidak. Sebelum ada dokter, perawat, bidan, mantri kesehatan, dan apoteker manusia sudah membutuhkan kesehatan itu sendiri. Mereka mengetahui tanaman obat-obatan, bagaimana hidup sehat, dan seterusnya dari pengalaman-pengalaman kehidupannya sehingga kemudian keilmuan kesehatan itu terlembagakan. Apakah sebagai orang awam tak boleh mengetahui pengetahuan tentang hidup sehat kita?

Hidup butuh Tuhan, maka pengetahuan tentang-Nya dibutuhkan melalui teks-teks agama. Manusia cenderung mempercayai kekuatan yang lebih dibandingkan dirinya. Tadbir kisah Ibrahim a.s., mencari Tuhan adalah bentuk bagaimana manusia sebagai homo religius membutuhkan Tuhan atau kekuatan supranatural. Kebutuhan manusia tentang Tuhan dibimbing dalam teks-teks agama, sehingga manusia dapat mencapai kehidupan yang sempurna (muttaqin). Apakah berbicara tentang spiritualitas, menjelaskan alasan menjalani kehidupan berdasarkan nash agama hanya diomonopoli oleh agamawan? Tidak.

Mengerti semua hal, bukan untuk atau menjadi pakar atau ahli. Melainkan sebagai makhluk hidup kita membutuhkan pengetahuan agar kehidupan kita lebih baik, lebih bermanfaat bagi kehidupan itu sendiri. Kepakaran merupakan kecenderungan seseorang menekuni bidang tertentu yang telah teruji dan dibuktikan keahliannya. Meskipun kita “pakar” terhadap pengobatan tradisional, untuk dianggap sebagai ahli harus diuji oleh orang yang hanya mengetahui secara teoritis tentang pengobatan tersebut. Palingan kita akan disebut sebagai dukun atau tabib atau orang pintar. Sedangkan mereka yang belajar di sekolahan, kemudian melakukan riset tentang pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat tertentu kemudian akan disebut sebagai ahli (pengetahuan) tentang pengobatan masyarakat tertentu meskipun tanpa dia sendiri mempraktikannya.

Pengetahuan itu harus linier dengan kebutuan kehidupan kita dalam segala bidang kehidupan. Dan kebutuhan kehidupan kita ada dalam kehidupan kita sendiri, seperti butuh papan, sandang, pangan, butuh sehat, dan butuh Allah Swt. Carilah pengetahuan atas kehidupan kita sendiri, sehingga tidak tergantung pada lainnya kecuali memang kita dalam keadaan darurat diri (dz).

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...