Kamid: “Lulusan
Pendidikan Agama Islam kok ngomong karbohidrat dan zat gula!!? Ga linier dan kamu
bukan ahlinya!!”
Doelzemprull:
“Iyakah!?”
Mengetahui nutrisi
dalam makanan bukan berarti kita akan auto-pakar gizi, melainkan sebagai
pengetahuan diri agar kita bisa memilih makanan baik dan bergizi (thayyiban) yang
dibutuhkan oleh tubuh kita. Bukan untuk buka praktik sebagai ahli gizi. Untuk mengkonsumsi
vitamin C dari buah tidak harus dengan mengkonsumsi buah kiwi. Kita bisa
membeli jeruk nipis, nanas, atau jambu merah untuk pemenuhan kebutuhan vitamin
C dari buah yang harganya lebih murah tanpa harus membayar untuk berkonsultasi
dengan ahli gizi.
Apakah untuk
menjadi Presiden harus lulusan administrasi negara? begitu pula untuk menjadi
anggota dewan perwakilan rakyat harus lulus mata kuliah kebijakan publik atau jurusan
yang sesuai dengan kepakaran pada komisi-komisi masing-masing? Presiden pertama
kita seorang insinyur, ke-2 seorang militer, ke-3 seorang pakar teknologi
pesawat terbang, ke-4 seorang Kiai dan lulusan pesantren, ke-5 puteri
proklamator, ke-6 seorang militer dan ke-7 lulusan kehutanan. Apakah
pengetahuan para presiden linier dengan jabatannya?
Kita harus
memiliki banyak pengetahuan untuk kehidupan kita. Tubuh membutuhkan nutrisi
dari makanan, sehingga butuh cara untuk mencari makan dengan ilmu bercocok
tanam, ilmu perdagangan, kelautan, cara berinteraksi, pertukangan dan dipecah-pecah
menjadi cabang-cabang keilmuan. Bila kita lapar, maka yang harus dilakukan
adalah makan. Bila tak punya makanan, carilah! Dengan apa? Kita dibekali organ
tubuh agar kita berdaya upaya memenuhi kebutuhan hidup kita. Sederhana saja,
lapar bukan berdoa; bekerjalah sehingga mendapatkan uang untuk membeli makanan.
Bila tak ada yang bisa membayar kita, bekerjalah agar mendapatkan makan sebab
yang kita butuhkan adalah makan. Kenapa kita pusing? Sebab kita bekerja agar
kita kaya, mempunyai motor, mobil, dan simpanan uang beratus-ratus juta di
bank.
Bila kita
menguasai pengetahuan tentang berdagang, maka kita bisa berdagang dengan
mengandalkan kepercayaan (amanah) sebagai modal utama kita. Bila kita menguasai
ilmu bercocok tanam, maka kita bisa minta ijin mengelola lahan orang lain untuk
ditanami dengan sistem yang diperbolehkan agama. Bila kita memiliki keahlian
tertentu, maka kita bisa menawarkan jasa keahlian kita untuk orang lain. Bila
kita hanya memiliki tenaga, kita bisa menawarkan jasa tenaga kita untuk
bersih-bersih, kuli panggul, dan lainnya.
Hidup butuh
sehat, ada pengetahuan tentang pengobatan dan kesehatan. Apakah pengetahuan ini
harus dimonopoli oleh paramedis? Tidak. Sebelum ada dokter, perawat, bidan,
mantri kesehatan, dan apoteker manusia sudah membutuhkan kesehatan itu sendiri.
Mereka mengetahui tanaman obat-obatan, bagaimana hidup sehat, dan seterusnya
dari pengalaman-pengalaman kehidupannya sehingga kemudian keilmuan kesehatan
itu terlembagakan. Apakah sebagai orang awam tak boleh mengetahui pengetahuan
tentang hidup sehat kita?
Hidup butuh
Tuhan, maka pengetahuan tentang-Nya dibutuhkan melalui teks-teks agama. Manusia
cenderung mempercayai kekuatan yang lebih dibandingkan dirinya. Tadbir kisah
Ibrahim a.s., mencari Tuhan adalah bentuk bagaimana manusia sebagai homo
religius membutuhkan Tuhan atau kekuatan supranatural. Kebutuhan manusia
tentang Tuhan dibimbing dalam teks-teks agama, sehingga manusia dapat mencapai
kehidupan yang sempurna (muttaqin). Apakah berbicara tentang spiritualitas,
menjelaskan alasan menjalani kehidupan berdasarkan nash agama hanya diomonopoli
oleh agamawan? Tidak.
Mengerti
semua hal, bukan untuk atau menjadi pakar atau ahli. Melainkan sebagai makhluk
hidup kita membutuhkan pengetahuan agar kehidupan kita lebih baik, lebih
bermanfaat bagi kehidupan itu sendiri. Kepakaran merupakan kecenderungan
seseorang menekuni bidang tertentu yang telah teruji dan dibuktikan
keahliannya. Meskipun kita “pakar” terhadap pengobatan tradisional, untuk
dianggap sebagai ahli harus diuji oleh orang yang hanya mengetahui secara
teoritis tentang pengobatan tersebut. Palingan kita akan disebut sebagai dukun
atau tabib atau orang pintar. Sedangkan mereka yang belajar di sekolahan,
kemudian melakukan riset tentang pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat
tertentu kemudian akan disebut sebagai ahli (pengetahuan) tentang pengobatan
masyarakat tertentu meskipun tanpa dia sendiri mempraktikannya.
Pengetahuan
itu harus linier dengan kebutuan kehidupan kita dalam segala bidang kehidupan. Dan
kebutuhan kehidupan kita ada dalam kehidupan kita sendiri, seperti butuh papan,
sandang, pangan, butuh sehat, dan butuh Allah Swt. Carilah pengetahuan atas
kehidupan kita sendiri, sehingga tidak tergantung pada lainnya kecuali memang
kita dalam keadaan darurat diri (dz).