Selasa, 11 Maret 2025

Inna Ma’a al-‘Usri Yusran Bukan Pasif

Kita bisa mengetahui atau mengira-ira kondisi seseorang dari status wathsapnya. Apakah mereka sedang ribut dengan pasangannya, tetangganya, bahagia atau sedang susah atau ada sesuatu yang terjadi di tempat kerjaannya. Melalui content analysis kita bisa mengetahui kondisi tersebut, seperti status yang nampak bijak dengan mengambil petilan ayat “inna ma’a al-‘usri yusran” yang artinya sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyiroh: 5).

Orang tersebut ingin menunjukkan bahwa dirinya sedangn ada kesulitan dan mengharap kemudahan atau kebahagiaan setelah kesulitan tersebut.  Dia mempercayai kebenaran ayat tersebut, dan berharap Allah memberikan kemudahan atas kesulitan yang dihadapinya, dan segera berlalu menjadi bahagia.

Ayat tersebut tidak mengajarkan kita pasif menunggu datangnya kemudahan saat kita menghadapi masalah atau kesulitan. Kita harus bersabar dan melakukan ikhtiyar diri baik dengan memikirkan solusi dan menjalani ikhtiyar tersebut. Orang-orang yang kepepet atau menderita akan mudah berpikir dan menemukan solusi atas masalah dirinya dibandingkan dengan orang-orang yang full fasilitas. Kreatifitas akan muncul dengan segala keterbatasan, karena kita dituntut untuk menyelesaikan problematika diri dengan keterbatasan.

Kesulitan dan kemudahan itu adalah siklus, masalah dengan penyelesainnya. Siklus tersebut akan dihadapi manusia sepanjang hidupnya, baik itu terkait dengan perekonomian, problem interaksi sosial, pekerjaan, teknologi, masyarakat, hingga negara bangsa. Satu masalah telah selesai, maka akan ada haral rintang kembali saat kita menjalankan kebaikan (faidza faraghta fanshob).

Penyelesaian problem harus sesuai kaidah ketuhanan, bukan semakin menjauhkan diri pada Tuhan YME. Sesuai dengan kaidah ketuhanan adalah tidak melanggar aturan, misalnya kesulitan ekonomi diselesaikan dengan bekerja bukan mencuri atau merampok dan kriminal lainnya. Kesulitan perekonomian juga tidak kemudian pergi ke dukun, gunung kawi, atau tempat pesugihan lainnya yang menjauhkan diri pada Tuhan.

Dalam ayat terakhir “wa ila rabbika farghob: dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah”, kita tidak boleh melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah swt, seperti kriminal, kemusyrikan, kecurangan, dan lainnya yang akan menjauhkan kita pada Allah swt. Harapan harus dilangitkan dengan doa dan ibadah agar ketenangan diri membantu kita untuk lebih optimis dalam menjalankan solusi yang menjadi pilihan kita. 

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...