Kita bisa mengetahui atau mengira-ira
kondisi seseorang dari status wathsapnya. Apakah mereka sedang ribut dengan
pasangannya, tetangganya, bahagia atau sedang susah atau ada sesuatu yang
terjadi di tempat kerjaannya. Melalui content analysis kita bisa mengetahui
kondisi tersebut, seperti status yang nampak bijak dengan mengambil petilan
ayat “inna ma’a al-‘usri yusran” yang artinya sesungguhnya beserta
kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyiroh: 5).
Orang tersebut ingin menunjukkan
bahwa dirinya sedangn ada kesulitan dan mengharap kemudahan atau kebahagiaan setelah
kesulitan tersebut. Dia mempercayai
kebenaran ayat tersebut, dan berharap Allah memberikan kemudahan atas kesulitan
yang dihadapinya, dan segera berlalu menjadi bahagia.
Ayat tersebut tidak mengajarkan kita
pasif menunggu datangnya kemudahan saat kita menghadapi masalah atau kesulitan.
Kita harus bersabar dan melakukan ikhtiyar diri baik dengan memikirkan solusi
dan menjalani ikhtiyar tersebut. Orang-orang yang kepepet atau menderita akan
mudah berpikir dan menemukan solusi atas masalah dirinya dibandingkan dengan
orang-orang yang full fasilitas. Kreatifitas akan muncul dengan segala
keterbatasan, karena kita dituntut untuk menyelesaikan problematika diri dengan
keterbatasan.
Kesulitan dan kemudahan itu adalah
siklus, masalah dengan penyelesainnya. Siklus tersebut akan dihadapi manusia
sepanjang hidupnya, baik itu terkait dengan perekonomian, problem interaksi sosial,
pekerjaan, teknologi, masyarakat, hingga negara bangsa. Satu masalah telah selesai,
maka akan ada haral rintang kembali saat kita menjalankan kebaikan (faidza
faraghta fanshob).
Penyelesaian problem harus sesuai kaidah
ketuhanan, bukan semakin menjauhkan diri pada Tuhan YME. Sesuai dengan kaidah
ketuhanan adalah tidak melanggar aturan, misalnya kesulitan ekonomi diselesaikan
dengan bekerja bukan mencuri atau merampok dan kriminal lainnya. Kesulitan
perekonomian juga tidak kemudian pergi ke dukun, gunung kawi, atau tempat
pesugihan lainnya yang menjauhkan diri pada Tuhan.
Dalam ayat terakhir “wa ila rabbika farghob: dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah”, kita tidak boleh melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah swt, seperti kriminal, kemusyrikan, kecurangan, dan lainnya yang akan menjauhkan kita pada Allah swt. Harapan harus dilangitkan dengan doa dan ibadah agar ketenangan diri membantu kita untuk lebih optimis dalam menjalankan solusi yang menjadi pilihan kita.