Sering sekali saat kita masih kecil mengeluh karena disuruh-suruh oleh orang tua kita. Pagi-pagi sudah kena omelan; “tidur mbader, bangun siang, mau jadi apa?”. Setelah bangun kemudian disuruh bantu angkat-angkat baskom/wadah jualan ke pasar. Belum kalau Bapak yang nyuruh ke sawah, nungguin padi, tebar urea, ke tambak dan seterusnya. Setelah angkat-angkat jualan Simak, berangkat sekolah di last minute (pukul 06:40) harus naik sepeda onthel sejauh 3Km, ngos-ngosan berkeringat masuk kelas. Dan banyak lagi peristiwa seakan orang tua tidak sayang kepada kita.
Keluhan
dan rasa tidak terima saat itu ternyata melatih diri kita untuk bisa survive di
semua keadaan. Ketiadaan keuangan orang tua yang pada akhirnya tak bisa
memenuhi keingain kita membandingkan anak-anak yang berkecukupan. Kebiasaan mengencangkan
otot dengan paksaan orang tua membuahkan hasil yang baru kita sadari saat dewasa
dan berkeluarga.
Saat ini bisa
nyangkul, menggergaji, nukang kayu, nukang batu, dan lainnya karena paksaan Bapak
menempa anak-anaknya tanpa kurikulum yang jelas. Orang tua hanya mengatakan belajar,
berusaha dan bekerjalah untuk meraih cita-cita, jangan pernah mengharap
pemberian dan warisan orang tua. Semua keterampilan harus dikuasai, sebab
keterampilanlah yang akan membantu kita mendapatkan uang. Kesusahan dan kepedihan
yang membuat kita kuat mental saat menghadapi kepailitan ekonomi.
Nak, era saat
ini menjadikan kita terlena menjadi kaum rebahan. Dengan pegang gadget kita
bisa nonton sambil tiduran, bisa pesen makan tak perlu memasak, bisa beli
barang tanpa kita ke pasar atau toko, bisa pesan ojek online tanpa kita harus
mengayuh sepeda, tanpa keliling traveling kita bisa melihat dunia.
Ingatlah! Bahwa
gadget atau gawai dan internet adalah alat yang bisa kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan kita harus tahu bahwa tubuh kita yang diciptakan Allah membutuhkan
latihan, gerak otot, melangkah, berpikir, dan seluruh aktivitas gerak kita bermanfaat
agar tubuh tidak karatan. Jangan gadaikan otakmu dalam internet, kamu harus meramu
pengetahuan dari apa yang kamu baca dalam otakmu.
Bila ototmu
tidak dilatih dan otakmu tergadai oleh gawai, saat semua fasiltas itu rusak
kamu akan gagap dan rapuh. Para peneliti mengistilahkan generasimu sebagai
generasi strawbery. Nampak indah berwarna, namun tak bisa bertahan lama dan
gampang membusuk. Tidak kuat diterpa angin ujian kehidupan, mudah rusak dan
hilang. Bila benar generasimu sebaga generasi strawbery, maka berkolaborasilah
dengan blender dan ice, sehingga menjadi jus yang menyegarkan. Juga berkolaborasi
dengan semua lini kehidupan untuk menjadikan dirimu bertahan dan dikenang oleh
orang.
Nak, latihlah
otot-ototmu agar tidak rapuh dan kuat menghadapi tantangan kehidupan. Jangan gadaikan
otak dan pikiranmu oleh gawai, sehingga saat hilang gawai seakan hidupmu turut
hilang. Kita diajarkan tidak mempercayakan kepada hasil produk (makhluk) tetapi
mempercayakan kepada sang pembuat (khalik). Atau ketika kita
mengimplementasikan diri dari sifat tersebut, maka kita harus menjadi pemain
atau pembuat (creator) bukan penikmat apalagi objek dari teknologi yang entah
kapan akan berkembang atau bahkan hilang karena perang (abdul basid).