Apa adanya dibilang pencitraan, carimuka dibilang
pengabdian, kaya dibilang nyupang, naik jabatan ditanyain "nyogok
berapa'?, lama tak dipromosikan dibilang dibuang dan seabrek
ketidak-percayaan atas fenomena yang ada dicurigai sebagai bukan
kemurnian. Kita diberikan suguhan seperti itu dalam keseharian kita baik di lingkungan kerja, masyarakat maupun media, yang akan terus merusak hati kita.
Bukankah was-was itu tak baik (syarr), yang selalu was-wis di dalam hati kita (shudur). Dimana setan menjadi faktor pendorongnya, sehingga tidak yakin dengan apa yang kita lakukan atau mamang (syak). Keragu-raguan yang lebih fatal dapat meragukan keagungan Allah swt., atas Rahman dan Rahim-Nya terhadap makhluknya. Oleh karena itu, kita harus berlindung kepada Allah dari hati yang was-was.
Setan, bukanlah makhluk yang terpisah dari diri kita karena mereka bersemayam dalam diri jin dan manusia. Bisa saja kita adalah penjelmaan setan yang mengkondisikan was-was, kecurigaan sesama dan akhirnya saling fitnah. Fitnah akan berdampak sangat mengerikan, karena itu fitnah merupakan perbuatan keji yang melebihi pembunuhan.
Wis....wis - sudahlah - bukan kewenangan kita untuk menghukumi batiniyah seseorang, lihatlah apa yang dikaryakan dan mari berlindung dari hati yang was-was yang was-wis dalam hati kita. Waspada itu boleh, persiapan yang matang itu juga boleh, merasa tidak sempurna itu baik tapi tidak boleh was-was. Hal-hal yang meragukan sebaiknya ditinggalkan, karena bila keraguan itu terbukti kebenarannya (buruk), yang tersisa hanya penyesalan. Moga Allah menetapkan hati kita pada agama-Nya dan menjadi hati yang selamat (qalbun salim). dz al Qishud, 11/03/2016