Jumat, 11 Maret 2016

Was - was, Was-wis dan wis .....wis

Was-was dan curiga akhirnya menuduh sesama yang berpotensi menjadi fitnah. Kita dibuat saling curiga dan tidak percaya satu sama lain. Kemudian saling menghancurkan, bersoraklah mereka.

Apa adanya dibilang pencitraan, carimuka dibilang pengabdian, kaya dibilang nyupang, naik jabatan ditanyain "nyogok berapa'?, lama tak dipromosikan dibilang dibuang dan seabrek ketidak-percayaan atas fenomena yang ada dicurigai sebagai bukan kemurnian. Kita diberikan suguhan seperti itu dalam keseharian kita baik di lingkungan kerja, masyarakat maupun media, yang akan terus merusak hati kita.

Bukankah was-was itu tak baik (syarr), yang selalu was-wis di dalam hati kita (shudur). Dimana setan menjadi faktor pendorongnya, sehingga tidak yakin dengan apa yang kita lakukan atau mamang (syak). Keragu-raguan yang lebih fatal dapat meragukan keagungan Allah swt., atas Rahman dan Rahim-Nya terhadap makhluknya.  Oleh karena itu, kita harus berlindung kepada Allah dari hati yang was-was.

Setan, bukanlah makhluk yang terpisah dari diri kita karena mereka bersemayam dalam diri jin dan manusia. Bisa saja kita adalah penjelmaan setan yang mengkondisikan was-was, kecurigaan sesama dan akhirnya saling fitnah. Fitnah akan berdampak sangat mengerikan, karena itu fitnah merupakan perbuatan keji yang melebihi pembunuhan.

Wis....wis - sudahlah - bukan kewenangan kita untuk menghukumi batiniyah seseorang, lihatlah apa yang dikaryakan dan mari berlindung dari hati yang was-was yang was-wis dalam hati kita. Waspada itu boleh, persiapan yang matang itu juga boleh, merasa tidak sempurna itu baik tapi tidak boleh was-was. Hal-hal yang meragukan sebaiknya ditinggalkan, karena bila keraguan itu terbukti kebenarannya (buruk), yang tersisa hanya penyesalan. Moga Allah menetapkan hati kita pada agama-Nya dan menjadi hati yang selamat (qalbun salim). dz al Qishud, 11/03/2016

GMT: Gerhana Matahati Total


Rabu, 9 Maret kemarin telah terjadi Gerhana Matahari Total (GMT). Peristiwa alam tersebut terjadi karena Matahari ~ Bulan ~ Bumi dalam satu garis lurus, Matahari tidak dapat memancarkan cahayanya dengan sempurna ke bumi. Penjelasan sebagai peristiwa alam (sunnatullah) telah dijelaskan saat Sahabat Nabi mengaitkan meninggalnya putra beliau SAW - Ibrahim - setelah kejadian gerhana matahari.

Orang-orang kampung dahulu bila terjadi gerhana, menganggap matahari dimakan Graono atau Buto sehingga apapun ditabuh untuk menakut-nakuti. Untuk menghindarkan kebutaan, anak-anak diminta untuk masuk "longan" atau kolong tempat tidur. Sebagian orang yang paham agama mengajak masyarakat untuk berdoa dengan menjalankan shalat gerhana (kusuf al syamsi). Dalam mitos lainnya, Bathara Surya dimakan Bathara Kala kemudian diselamatkan oleh Bathara Guru.

Bagaimana bila mata hati kita yang dimakan Graono ?
PETENG, hingga tak dapat memantulkan cahaya, tak bisa menerima taufik dan hidayah Allah. Bila hati tertutup, mata dan telinga pun tak bisa berfungsi dengan baik untuk mendeteksi ayat-ayat Allah. Graono yang meredupkan cahaya hati adalah penyakit hati ~ nafsu, syahwat, iri, dengki, hasud, takabbur, amarah, ghibbah, dan lainya ~ serta maksiat yang dipelihara. 

Tabuhlah genderang perang melawan mereka, ajaklah seluruh organ tubuh kita untuk bangkit mengusir Graono Matahati dengan tidak memelihara (meninggalkan) seluruh sifat-sifat dan perbuatan kita yang mendatangkannya. Bahkan jangan memasukkan syubhat dalam darah dan daging kita. Dan beristiqomah dalam ibadah wajib dan mencintai ~ dengan mengerjakan ~ yang sunah.

Sehingga Matahati akan terang benderang, memancar dalam wajah dzahir yang sumringah. Santun perangaimu, halus dalam bertutur kata dan melangkah dengan keberanian tanpa ragu tanpa rasa takut kecuali dengan Yang Maha Satu. (dz al Qishud 11/03/2016 juga ditulis di facebook Q Sodrun)

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...