 |
Mas Yudi terlelap di balik pintu bis perjalanan Mina ke Maktab |
Selama
berhaji, kita dilatih untuk menjaga diri dari perbuatan rafats, fusuq dan jidal,
faman faradha fihinna al-hajja falaa rafatsa wala fusuqa wala jidaala fi
al-hajj. Ketiganya merusak ibadah haji. Rafats meruapakan perkataan
atau perbuatan yang mengarah pada nafsu birahi, cabul dan hubungan seksual
serta pornografi. Fusuq merupakan perbuatan maksiat (fasik) seperti mencaci-maki,
takabbur atau sombong, hasud, zalim, fasad (merusak) atau perbuatan dapat
menodai akidah dan keimanannya kepada Allah swt. Jidal, merupakan perbuatan
berbantah-bantahan (poro-padu), memicu emosi orang lain, dan merasa diri
paling benar. Bila sukses selama empat puluh hari menjaga perbuatan tersebut
selama berhaji, Insyaallah akan mendapatkan kemabruran.
Jamaah
saat awal sampai di tanah suci, mereka masih santun dengan menahan diri untuk
tidak melakukan tindakan atau ucapan yang masuk dalam tiga larangan tersebut. Mereka
masih menikmati karunia sebagai dhyufurrahman, untuk santun di rumah
tuan ruman (haramain). Mereka juga tidak mau hajinya batal gegara tiga
perbuatan tersebut. Gelombang I yang lebih dulu ke Madinah mempersiapkan diri
untuk ambil miqat menuju Makkah, semua masih baik-baik saja hingga wukuf di Arafah.
Kondisi
yang akan memicu emosi saat bis-bisa mengangkut jamaah dari hotel ke Arafah,
alhamdulillah saat itu jamaah rapi antri sesuai yang kita sepakati. Mas Dody
dan Mas Azam bilang; “jamaah Kloter Bapak yang paling rapi antri,
dibandingkan kloter lain” di sektor 4 Makkah. Orang akan berebut naik ke
bis agar cepat sampai di Arafah atau takut ketinggalan.
Hampir ribut, saat rombongan terakhir mau naik bus. Tiba-tiba kondektur
mengatakan, pengangkutan jamaah akan dilakukan kembali setelah selesai shalat
Jumat (jam 1 siang waktu Makkah). Kita negosiasi tidak berhasil, jamaah kita
dorong kembali ke aula hotel untuk persiapan shalat Jumat, sudah pada ngedumel
dan saya pura-pura budek saja sambil melayani. Lima menit kemudian bus kembali
lagi, kita diminta segera naik, ributlah kembali.
Jamaah : “bikin
capek saja, sudah naik lift disuruh turun lagi”
Jamaah 2 : “sudah, ikuti saja. Nanti
malah ketinggalan, tidak ngelah-ngeluh”. Mereka saling mengingatkan sesama
jamaah.
Crowdit di Arafah, Musdalifah dan Mina,
serta di tengah perjalanan, katerlambatan akomodasi, orang ngga jelas sendiri, jamaah
hilang dan faktor lainnya akan memicu emosi jamaah. Para Petugas harus
mengendalikan samudera kesabarannya dalam melayani jamaah dengan berusaha maksimal
dengan penuh kepasrahan. Mereka masih bisa saling mengingatkan, sebab proses
haji itu yaa di Armuzna (wukuf di Arafah, Mabid di Muzdalifah dan Mina).
Selesai Mabid di Mina ada peristiwa menarik, jamaah diangkut enam bis,
saya, Ustadz Heri dan Mas Yudhi menjadi tim sapu ranjau. Dalam bis perjalanan
ke hotel petugas kesehatan telpon:
Bu Dar : “Ketua,
bus kita nyasar dan masuk satu jalur lorong lawan arah”
“Hampir ribut dengan pemilik mobil yang diserempet
spionnya”.
Saya : “Ada
siapa saja di rombongan?”
Bu Dar : “si
A, si B, dan lainnya”
Saya : “Dinikmati saja dan sampai
bertemu di hotel dengan selamat”
Bus
terakhir lebih dahulu sampai di maktab, dibandingkan bisa kedua yang nyasar dan
sedikit drama perjalanan.
Bersungguh-sungguhlah
dalam menjaga tiga larangan rafats, fusuq dan jidal selama perjalanan haji
anda. Kita akan diuji melalui pasangan, teman, anak, jamaah dari kloter dan
negara lain. Penting melakukan kendali diri tiga laranangan tersebut, semoga
mendapatkan kemabruran diri dengan ditandai tebaran kebaikan setelah hajian.