Jumat, 30 Mei 2025

Petugas Tersesat Abaikan Adzan

Salah satu Bus Rombongan dari Madinah   
Menuju Makkah

Setelah menempuh perjalanan dari Madinah, sampai di Makkah istirahat untuk persiapan menunaikan umrah wajib dan thawaf qudum di malam hari. Jamaah menunaikannya sesuai dengan rombongan masing-masing, kami hanya menyarankan habis isya’ suasana lebih adem. Kami ikut rombongan yang akan ke masjidil haram di jam 11 malam, agar bisa langsung ikut jamaah subuh.Setelah menjalankan rangkaian peribadatan, pas adzan pertama sebelum subuh. Karena lumayan lelah, Kami berempat, 3 petugas dan 1 jamaah memilih untuk kembali ke maktab menunaikan shalat subuh di maktab, sembari istirahat. Kami berjalan menuju terminal Syib Amir, dan naik bis sesuai dengan nomor yang rutenya ke arah maktab.

Sambil ngobrol dan bercengkrama, tiba-tiba bis yang seharusnya belok ke kiri melewati depan maktab kami, belok ke kanan. Kami kaget dan langsung, memberikan kode untuk turun bis. Kita diturunkan kurang lebih 1,5Km harus jalan ke maktab kami, sambil tertawa berempat.

Petugas A  : “Syukurin, dah dipanggil adzan malah kabur….hahaha”

Petugas B   : “langsung kena tegooor tuh….. haha”

Jamaah       : “kitanya saja yang kelewatan,….dah adzan malah kabur,…wkwk”

Petugas C   : ”kok bisa yaa….”

Kami semua sadar dan menertawakan diri sendiri sebagai bentuk kedunguan kita yang tidak langsung ikut jamaah shalat subuh di masjidil haram. Mungkin tidak kita ungkapkan dengan entheng mempunyai perhitungan sendiri untuk shalat di maktab. Kami sampai di kamar tetap tertawa menertawakan diri sendiri, “mosok..! petugas kok tersesat…..Hahahha”

Setelah Mina Kembali Ke Setelan Awal

Mas Yudi terlelap di balik pintu bis
perjalanan Mina ke Maktab

Selama berhaji, kita dilatih untuk menjaga diri dari perbuatan rafats, fusuq dan jidal, faman faradha fihinna al-hajja falaa rafatsa wala fusuqa wala jidaala fi al-hajj. Ketiganya merusak ibadah haji. Rafats meruapakan perkataan atau perbuatan yang mengarah pada nafsu birahi, cabul dan hubungan seksual serta pornografi. Fusuq merupakan perbuatan maksiat (fasik) seperti mencaci-maki, takabbur atau sombong, hasud, zalim, fasad (merusak) atau perbuatan dapat menodai akidah dan keimanannya kepada Allah swt. Jidal, merupakan perbuatan berbantah-bantahan (poro-padu), memicu emosi orang lain, dan merasa diri paling benar. Bila sukses selama empat puluh hari menjaga perbuatan tersebut selama berhaji, Insyaallah akan mendapatkan kemabruran.

Jamaah saat awal sampai di tanah suci, mereka masih santun dengan menahan diri untuk tidak melakukan tindakan atau ucapan yang masuk dalam tiga larangan tersebut. Mereka masih menikmati karunia sebagai dhyufurrahman, untuk santun di rumah tuan ruman (haramain). Mereka juga tidak mau hajinya batal gegara tiga perbuatan tersebut. Gelombang I yang lebih dulu ke Madinah mempersiapkan diri untuk ambil miqat menuju Makkah, semua masih baik-baik saja hingga wukuf di Arafah.

Kondisi yang akan memicu emosi saat bis-bisa mengangkut jamaah dari hotel ke Arafah, alhamdulillah saat itu jamaah rapi antri sesuai yang kita sepakati. Mas Dody dan Mas Azam bilang; “jamaah Kloter Bapak yang paling rapi antri, dibandingkan kloter lain” di sektor 4 Makkah. Orang akan berebut naik ke bis agar cepat sampai di Arafah atau takut ketinggalan.

Hampir ribut, saat rombongan terakhir mau naik bus. Tiba-tiba kondektur mengatakan, pengangkutan jamaah akan dilakukan kembali setelah selesai shalat Jumat (jam 1 siang waktu Makkah). Kita negosiasi tidak berhasil, jamaah kita dorong kembali ke aula hotel untuk persiapan shalat Jumat, sudah pada ngedumel dan saya pura-pura budek saja sambil melayani. Lima menit kemudian bus kembali lagi, kita diminta segera naik, ributlah kembali.

Jamaah     : “bikin capek saja, sudah naik lift disuruh turun lagi”

Jamaah 2  : “sudah, ikuti saja. Nanti malah ketinggalan, tidak ngelah-ngeluh”. Mereka saling mengingatkan sesama jamaah.

Crowdit di Arafah, Musdalifah dan Mina, serta di tengah perjalanan, katerlambatan akomodasi, orang ngga jelas sendiri, jamaah hilang dan faktor lainnya akan memicu emosi jamaah. Para Petugas harus mengendalikan samudera kesabarannya dalam melayani jamaah dengan berusaha maksimal dengan penuh kepasrahan. Mereka masih bisa saling mengingatkan, sebab proses haji itu yaa di Armuzna (wukuf di Arafah, Mabid di Muzdalifah dan Mina).

Selesai Mabid di Mina ada peristiwa menarik, jamaah diangkut enam bis, saya, Ustadz Heri dan Mas Yudhi menjadi tim sapu ranjau. Dalam bis perjalanan ke hotel petugas kesehatan telpon:

Bu Dar     : “Ketua, bus kita nyasar dan masuk satu jalur lorong lawan arah”

                   “Hampir ribut dengan pemilik mobil yang diserempet spionnya”.

Saya         : “Ada siapa saja di rombongan?”

Bu Dar     : “si A, si B, dan lainnya”

Saya         : “Dinikmati saja dan sampai bertemu di hotel dengan selamat”

Bus terakhir lebih dahulu sampai di maktab, dibandingkan bisa kedua yang nyasar dan sedikit drama perjalanan.

Bersungguh-sungguhlah dalam menjaga tiga larangan rafats, fusuq dan jidal selama perjalanan haji anda. Kita akan diuji melalui pasangan, teman, anak, jamaah dari kloter dan negara lain. Penting melakukan kendali diri tiga laranangan tersebut, semoga mendapatkan kemabruran diri dengan ditandai tebaran kebaikan setelah hajian.

Haji Adalah Panggilan

        Gambar: Pak Nasib & dr. Rian       
Ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima, bagi mereka yang mampu (istitho’ah) baik kesehatan maupun sarana untuk sampai ke haramain. Orang kampung menyikapi enteng; “yen wis diundang, wancine berangkat”. Sedemikian itu keyakinan masyarakat kampung, meski di kampung yang lain menjalankan ibadah haji harus menjual sawah dan kebon. Setelah menjadi Pak Haji, maka derajat sosial menjadi lebih tinggi, minimal kalau kenduren dapat dua berkat…heee.

Mampu (istitho’ah) yang pertama adalah melunasi biaya perjalanan, atau dibiayai oleh orang lain. Orang kaya belum tentu terketuk hatinya untuk mendaftarkan diri untuk berhaji. Ada orang kaya yang sudah dipanggil pelunasan oleh Kementerian Agama, tidak mau melunasi padahal banyak orang yang ingin segera menunaikan ibadah haji. Dia takut dengan cerita-cerita mistis para jamaah saat di haramain. Sementara seorang marbot masjid, tiba-tiba dikabari berangkat haji secara mendadak dibiayai oleh orang lain. Ada orang tak berpunya menabung seperak-dua perak dan akhirnya berangkat haji..

Mampu (istitho’ah) kedua, adalah sehat jasmani dan ruhani ditentukan oleh puskesmas atau rumah sakit. Pun demikian banyak resiko tinggi dan memiliki riwayat sakit bisa diberangkatkan, apakah itu dispensasi pemerintah sebab antrian panjang atau memang Allah yang memanggil untuk menjadi tamunya. Labbaikallahumma hajjan wau mratan, aku penuhi panggilanmu ya Allah untuk berhaji dan umrah.

Pak Nasib kloter 14 tertunda pemberangkatannya karena sakit, beliau berusia kurang lebih 80-an tahun. Beliau sendirian dan akhirnya berangkat dititipkan di kloter 19.

Dr. Rian      : “Pak Ketua, belaiu seharus tidak diberangkatkan, Pak. Saturasi oksigennya                                    rendah, tak mungkin layak terbang sebab beresiko tinggi”

Ketua            : “Kita hanya dititipi, dok. Bila Allah memanggilnya, Insyaallah berangkat, dan

                           bila tidak, pasti akan terkendala di pemeriksaan”

Akhirnya Pak Nasib jadi berangkat dengan kami ke Madinah terlebih dahulu dan saat di Makkah dikembalikan ke kloter semula.

Dalam cerita yang lain, di tahun yang sama. Ada seorang perempuan batal berangkat dua kali pemberangkatan haji (2 tahun), dan di tahun 2019 kondisinya masih sama, tidak memungkinkan secara medis untuk berangkat haji. Kemudian ada seorang alim memberikan saran kepada suaminya agar memohon kepada Allah, karena Dia yang mengundang sevagai tamunya (dhuyufurrahman). Saran tersebut dilakukan, dan rekomendasi medis perempuan tersebut layak terbang untuk menunaikan ibadah haji. Sedari kedatangan hingga pelaksanaan wukuf, perempuan itu sehat wal afiyat. Selesai pelaksanaan wukuf perempuan tersebut masuk rumah sakit seperti sedia kala saat di Indonesia, tak berselang lama meninggal dunia.

Dalam cerita lainnya penderita TB tulang, mendapatkan rekomendasi dari salah satu rumah sakit di Jakarta Timur karena saat diperiksa oleh tim medis dinyatakan sehat dan bisa berangkat menunaikan haji. Setelah di Makkah terdeteksi TB tulang, yang bersangkutan di karantina hingga kepulangannya. Ibadah hajinya dikawal oleh tim medis, wukuf dalam pengawasan tim medis. Setelah dipulangkan di penerbangan terakhir bersama petugas, sesampai di Indonesia dinyatakan sehat, sembuh dari penyakitnya.

Keyakinan orang kampung tentang haji adalah panggilan itu juga tidak mengada-ada, banya sekali kejadian yang mengarah pembenaran tersebut. Penulis cerita pun tidak menyangka berangkat ke tanah suci, padahal sudah tidak mau urusi diterima atau tidak menjadi pelayan tamu Allah. Ada banyak orang yang mendaftar hingga sembilan kali, namun tak lolos. Rasa ga tega dan ga layak, mengurungkan harapan tersebut. Mereka yang berangkat dan bertugas. Pesan isteri; “Mas, mpean itu dikon mangkat, dienteni ning kono” (wallahu a’lam).

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...