Jangan kebanyakan makan nasi, nanti diabetes!
Jangan kebanyakan
gula nanti merusak ginjal!
Jangan makan sayuran
hijau nanti kena asam urat!
Jangan makan
gorengan, nanti kolestrol!
Jangan makan sate kambing nanti hipertensi!
Atau dengan kalimat lain, saya memilih makanan anu
karena lebih sehat dibandingkan dengan anu. Saya memilih makanan organik,
karena lebih alami dibandingkan dengan makanan anu yang tidak organik. Obat herbal
lebih sehat dibandingkan dengan obat kimia pabrik.
Orang menghindari beras putih karena pemicu diabet,
dan berganti ke beras merah karena serat tinggi dan minim karbohidrat. Orang
berpindah konsumsi gula pasir dengan berpindah mengkonsumsi pemanis buatan yang
oleh pabrik diiklankan pemanis yang aman. Jangankan pemanis buatan, yang manis
alami saja buat kita mabuk kepayang tidak tidur semalaman…. Hahaha
Pencegahan terhadap konsumsi makanan akan terus
terjadi dan menjadi racun rasa ketuhanan kita. Dimana semua atas kendali Allah,
dan manusia menikmati fasilitas tanpa berlebihan dan mensyukuri kenikmatannya. Namun,
saat sehat wal afiyat rakus makan tanpa menghardik makanan tersebut, kemudian usia
menua dan fungsi organ melemah dengan congkak menyalahkan makanan.
Semua tersangkanya adalah makanan, padahal kita sebagai
konsumen makanan terlalu serakah dan tidak membiasakan perilaku yang sehat. Mencaci
makanan sejatinya yang dicaci adalah Allah Swt., yang menciptakan tumbuhan dan
hewan untuk dikonsumsi dan dikembangkan menjadi makanan olahan lainnya. Mencaci
makanan menghilangkan eksistensi Allah Swt., sebagai musabbib al asbab yang
menghendaki kita demikian karena perilaku kita. Mencaci makanan pada dasarnya
melempar kesalahan kepada makanan dengan arogansi diri (kesombongan diri)
padahal kita sebelumnya sangat menikmati makanan tersebut tanpa batas.
Pengetahuan yang banyak tentang efek buruk makanan
tanpa didasari oleh rasa ketauhidan akan terseret pada penghilangan eksistensi Tuhan,
murtad secara verbal. Bertauhid adalah mengendalikan perkataan, perbuatan,
pikiran dan perasaan kita dari selain diri-Nya (AB)
Malang, 04 Agustus
2023
Abdul Basid