Kamis, 03 Agustus 2023

Ikhtiyar Makan Menuju-Nya

Allah menciptakan hewan dan tumbuhan menjadi sumber makanan manusia. Empat hal yang dianjurkan oleh Allah dalam mengkonsumsi makanan, yaitu halal, baik (thayyiban), dan tidak berlebihan (isyrab) serta bersyukur. Halal mencakup halal jenisnya dan cara mencarinya (kasab). Sesuatu yang sudah dinas haram seperti mengkonsumsi babi, makanan najis, dan sumber makanan yang secara ijtihadi tidak dihalalkan (misal: sumber makanan yang menjijikkan).

Kedua, makanan yang baik (thayyiban) yang dapat berarti mengandung gisi atau nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan cara mengkonsumsinya. Makanan yang baik (bergisi) seperti makanan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Sedangkan baik dalam mengkonsumsi menggunakan tata cara yang diajarkan oleh Nabi Saw, seperti sebelum dan sesudah makan membaca doa, menggunakan tangan kanan, mencuci tangan dari kotoran dan najis, tidak berdiri, dan lainnya.

Ketiga, tidak berlebihan (isyrab) baik kuantitas maupun kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Makanan yang berlebih akan memberatkan kerja metabolisme, bisa ngefek pada obesitas, terganggunya kerja ginjal, empedu, jantung, dan lainnya. Tumpukan lemak, karbo, dan nutrisi lainnya yang tidak termanfaatkan dengan baik oleh tubuh akan menimbulkan gejala-gejala sakit.

Dan keempat adalah bersyukur, makanan yang diolah tubuh menjadi sumber kesehatan dan tenaga serta sumber kesehatan fikir harus digunakan untuk kemanfaatan yang tidak dilarang oleh agama. Ada keyakinan bahwa makanan yang tidak halal, berpotensi menjadi sumber tenaga dan fikir dalam bermaksiat. Syukur dapat diartikan sebagai penggunaan potensi diri baik kesehatan, tenaga maupun pikiran dalam koridor menambah perbuatan baik.

Dalam kalimat doa makan, “allahumma bariklana fima razaqtana wa qina ‘adzaba al-naar”, selain mengharap keberkahan dari rejeki yang diberikan Allah pada kita, juga meminta agar tidak disiksa di neraka. Tatkala kita mengambil dan memakan makanan yang tidak halal, maka sistem keberkahan dan jalan ke surga sudah mulai buram, kemudian yang nampak jalan ke neraka. Kemudian makanan tersebut dikonsumsi dengan cara yang jauh dari tuntunan Nabi saw, akan semakin tak jelas jalan kebaikan tersebut. Dan akhirnya, reaksi makanan mengubah pikiran dan perasaan serta didukung oleh tenaga yang kuat untuk melakukan maksiat yang lebih dekat dengan neraka.

Bila kita tidak memperhatikan empat hal tersebut dapat memicu dampak fisis, psikis, maupun dampak ukhrawiyah kita. Tubuh sakit-sakitan, ibadah tak khusuk, emosi, dan bila lupa diri akan penciptanya bisa menyebabkan gagal kita diantarkan di depan pintu surganya. Semoga kita terhindar dari semua yang menjauhkan pada Allah swt., amiin.

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...