Senin, 16 Agustus 2021

Labbaikallahumma Ya Allah

Talbiyah yang biasa harus dilafalkan para jamaah haji saat mendatangi ka’bah. “aku datangi panggilanmu Ya Allah, aku datang. Aku datangi panggilanmu dengan tidak menyetukukanmu, aku datang”. Hati bergetar dan tubuh mbergidig tatkala mengucapkan kalimat tersebut. Itu adalah isyarat bahwa kita mendatangi panggilan Allah dengan membuang segala persekutuan terhadap-Nya. Dan segala persekutuan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dosa syirik, dan mengampuni dosa selain itu”.

Haji sering disebut-sebut sebagai ibadah karena panggilan Allah kepada hamba-Nya untuk menunaian rukun Islam kelima. Bila kita renungkan ada lima panggilan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu panggilan cinta, panggilan untuk menghibru, panggilan pelaporan, penggilan sebab teguran, panggilan untuk penyempurnaan tugas, dan panggilan pulang.

Talbiyah yang biasa harus dilafalkan para jamaah haji saat mendatangi ka’bah. “aku datangi panggilanmu Ya Allah, aku datang. Aku datangi panggilanmu dengan tidak menyetukukanmu, aku datang”. Hati bergetar dan tubuh mbergidig tatkala mengucapkan kalimat tersebut. Itu adalah isyarat bahwa kita mendatangi panggilan Allah dengan membuang segala persekutuan terhadap-Nya. Dan segala persekutuan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dosa syirik, dan mengampuni dosa selain itu”.

Haji sering disebut-sebut sebagai ibadah karena panggilan Allah kepada hamba-Nya untuk menunaian rukun Islam kelima. Bila kita renungkan ada lima panggilan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu panggilan cinta, panggilan untuk menghibru, panggilan pelaporan, penggilan sebab teguran, panggilan untuk penyempurnaan tugas, dan panggilan pulang.

Pertama, panggilan karena cinta-Mu pada para kekasih-Mu. Ini cerita kasmaran antara kekasih, yang selalu datang dan memanggil untuk saling bercengkerama. Setiap saat saling menyebut dan memamerkan kekasihnya. Hingga yang lain sudah terlelap, pecinta harus terjaga untuk memenuhi panggilannya.

Kedua, Engkau memanggil hamba-Mu karena dia sangat menghibur-Mu. Seperti halnya mereka yang dipanggil untuk membuat senang, riang, tertawa, terhibur dengan kehadirannya. Orang-orang ini seperti anak kecil, meskipun anak-anak tersebut berulah mengesalkan namun tidak menjadikan marah para orang tua. Dan malah sebaliknya dianggap sebagai lelucon yang menghibur mereka. Begitu pula orang-orang pada posisi ini, tingkah laku mereka dianggap sebagai lelucon yang menghibur Allah. Mereka sesekali nakal, badung dan kembali kepada Allah.

Ketiga, panggilan untuk lapor. Bawahan yang harus selalu laporan pada atasan, pegawai yang harus menunjukkan kehadirannya, tahanan kota yang harus selalu melapor kepada pihak berawajib, atau pegawai atau karyawan yang melaporkan pekerjaannya kepada pimpinan. Bisa dibayangkan bila seorang kopral harus menghadap jenderal, tegap, disiplin, lebih awal sebelum waktunya, dan cenderung melaporkan yang jenderal atau pimpinan suka. Sikap Ini biasa dilakukan oleh kita, dalam memenuhi panggilan azan untuk shalat. Kemudian kita akan shalat dengan, dikhusu’-khusu’ke, difasih-fasihke agar laporan kita dianggap baik oleh manusia lain dan para pengawas (malaikat) dan diterima baik oleh Allah.

Keempat, panggilan untuk menerima teguran atau hukuman. Nasehat yang telah disampaikan oleh para ustadz, kiai, dan orang alim sebagai penyampai risalah kenabian tidak diindahkan. Sehingga Allah sendiri yang harus memanggilnya untuk ditunjukkan keagungan diri-Nya dan memberi peringatan orang tersebut. Setelah dipanggil dan ditegur langsung, diharapkan ada perubahan sikap, sifat, dan kebiasaan.

Kelima, panggilan untuk pulang. Pada dasarnya kita ini sedang melakukan pengembaraan di dunia, dilepas oleh Allah dimasukkan dalam rahim, diperlihatkan ke dunia untuk diuji penghambaannya dan akan kembali pada-Nya. wainna ilaihi rajiun, dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Panggilan pulang ini yang akan mengakhiri perjalanan kita di dunia, apakah kita akan panen baik atas tanaman kita di dunia atau sebaliknya mendapatkan hukuman yang akan kita terima. Hanya jiwa yang tenang (muthmainnah) yang dapat kembali dengan keridhaan-Nya dan mendapatkan balasan surga.

Semua panggilan tersebut tidak boleh dikotori dengan sikap-skap menduakan Allah dengan lainnya. Para pecinta akan meninggalkan segalanya untuk menemui kekasihnya, dan bahagia berduaan meski tak ada sajian dan minuman. Para penghibur akan bahagia bila yang dihibur bahagia, mereka akan tersenyum pulang dengan mengingat wajah bahagia yang dihiburnya. Melaporkan sesuatu kepada atasan harus fokus dengan topik yang dilaporkan dan tidak leda-lede, pimpinanku adalah atasanku sebagai penentu nasibku. Orang-orang yang dipanggil untuk ditegur tidak akan memalingkan wajahnya, mereka akan tunduk sebab kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Dan orang yang dipanggil pulang, tidak boleh menuju yang lainnya. Bila dia mengarah pada selain pemanggilnya, maka tersesatlah dia. Mereka tidak akan kembali pada dzat yang menurunkannya di bumi, mereka akan bergabung dengan pelindung-pelindung mereka selain Allah Swt. “Barang siapa yang berharap bertemu dengan Tuhannya, maka berbuat baiklah dan hindari kesyirikan dalam peribadatannya dengan sesuatu apapun”, termasuk kepentingan dirinya sendiri.

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...