Talbiyah yang biasa harus dilafalkan para jamaah haji saat mendatangi ka’bah. “aku datangi panggilanmu Ya Allah, aku datang. Aku datangi panggilanmu dengan tidak menyetukukanmu, aku datang”. Hati bergetar dan tubuh mbergidig tatkala mengucapkan kalimat tersebut. Itu adalah isyarat bahwa kita mendatangi panggilan Allah dengan membuang segala persekutuan terhadap-Nya. Dan segala persekutuan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dosa syirik, dan mengampuni dosa selain itu”.
Haji sering disebut-sebut sebagai ibadah karena panggilan Allah kepada hamba-Nya untuk menunaian rukun Islam kelima. Bila kita renungkan ada lima panggilan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu panggilan cinta, panggilan untuk menghibru, panggilan pelaporan, penggilan sebab teguran, panggilan untuk penyempurnaan tugas, dan panggilan pulang.
Talbiyah yang biasa harus
dilafalkan para jamaah haji saat mendatangi ka’bah. “aku datangi panggilanmu Ya
Allah, aku datang. Aku datangi panggilanmu dengan tidak menyetukukanmu, aku
datang”. Hati bergetar dan tubuh mbergidig tatkala mengucapkan kalimat
tersebut. Itu adalah isyarat bahwa kita mendatangi panggilan Allah dengan
membuang segala persekutuan terhadap-Nya. Dan segala persekutuan tersebut tidak
akan pernah diterima oleh Allah, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
dosa syirik, dan mengampuni dosa selain itu”.
Haji sering disebut-sebut
sebagai ibadah karena panggilan Allah kepada hamba-Nya untuk menunaian rukun
Islam kelima. Bila kita renungkan ada lima panggilan Allah kepada
hamba-hamba-Nya, yaitu panggilan cinta, panggilan untuk menghibru, panggilan
pelaporan, penggilan sebab teguran, panggilan untuk penyempurnaan tugas, dan
panggilan pulang.
Pertama, panggilan karena cinta-Mu pada para kekasih-Mu.
Ini cerita kasmaran antara kekasih, yang selalu datang dan memanggil untuk
saling bercengkerama. Setiap saat saling menyebut dan memamerkan kekasihnya.
Hingga yang lain sudah terlelap, pecinta harus terjaga untuk memenuhi
panggilannya.
Kedua, Engkau memanggil hamba-Mu karena dia sangat menghibur-Mu.
Seperti halnya mereka yang dipanggil untuk membuat senang, riang, tertawa,
terhibur dengan kehadirannya. Orang-orang ini seperti anak kecil, meskipun
anak-anak tersebut berulah mengesalkan namun tidak menjadikan marah para orang
tua. Dan malah sebaliknya dianggap sebagai lelucon yang menghibur mereka. Begitu
pula orang-orang pada posisi ini, tingkah laku mereka dianggap sebagai lelucon
yang menghibur Allah. Mereka sesekali nakal, badung dan kembali kepada Allah.
Ketiga, panggilan untuk lapor. Bawahan
yang harus selalu laporan pada atasan, pegawai yang harus menunjukkan
kehadirannya, tahanan
kota yang harus selalu melapor kepada pihak berawajib, atau pegawai atau karyawan yang melaporkan
pekerjaannya kepada pimpinan. Bisa dibayangkan bila seorang kopral
harus menghadap jenderal, tegap, disiplin, lebih awal sebelum waktunya, dan
cenderung melaporkan yang jenderal atau pimpinan suka. Sikap Ini biasa dilakukan oleh kita, dalam
memenuhi panggilan azan untuk shalat. Kemudian kita akan shalat
dengan, dikhusu’-khusu’ke,
difasih-fasihke agar laporan kita dianggap baik oleh manusia
lain dan para pengawas (malaikat) dan diterima baik oleh Allah.
Keempat, panggilan untuk menerima teguran atau hukuman. Nasehat yang
telah disampaikan oleh para ustadz, kiai, dan orang
alim sebagai
penyampai risalah kenabian tidak diindahkan. Sehingga Allah sendiri yang harus
memanggilnya
untuk ditunjukkan keagungan diri-Nya dan memberi peringatan
orang tersebut.
Setelah dipanggil dan ditegur langsung, diharapkan ada perubahan sikap, sifat,
dan kebiasaan.
Kelima, panggilan untuk pulang. Pada dasarnya kita ini sedang
melakukan pengembaraan di dunia, dilepas oleh Allah dimasukkan dalam rahim,
diperlihatkan ke dunia untuk diuji penghambaannya dan akan kembali pada-Nya. wainna
ilaihi rajiun, dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Panggilan pulang
ini yang akan mengakhiri perjalanan kita di dunia, apakah kita akan panen baik
atas tanaman kita di dunia atau sebaliknya mendapatkan hukuman yang akan kita
terima. Hanya jiwa yang tenang (muthmainnah) yang dapat
kembali dengan keridhaan-Nya dan mendapatkan balasan surga.
Semua
panggilan tersebut tidak boleh dikotori dengan sikap-skap menduakan Allah
dengan lainnya. Para pecinta akan meninggalkan segalanya untuk menemui
kekasihnya, dan bahagia berduaan meski tak ada sajian dan minuman. Para
penghibur akan bahagia bila yang dihibur bahagia, mereka akan tersenyum pulang
dengan mengingat wajah bahagia yang dihiburnya. Melaporkan sesuatu kepada
atasan harus fokus dengan topik yang dilaporkan dan tidak leda-lede, pimpinanku
adalah atasanku sebagai penentu nasibku. Orang-orang yang dipanggil untuk
ditegur tidak akan memalingkan wajahnya, mereka akan tunduk sebab
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Dan orang yang dipanggil pulang,
tidak boleh menuju yang lainnya. Bila dia mengarah pada selain pemanggilnya,
maka tersesatlah dia. Mereka tidak akan kembali pada dzat yang menurunkannya di
bumi, mereka akan bergabung dengan pelindung-pelindung mereka selain Allah Swt.
“Barang siapa yang berharap bertemu dengan Tuhannya, maka berbuat baiklah dan
hindari kesyirikan dalam peribadatannya dengan sesuatu apapun”, termasuk
kepentingan dirinya sendiri.