Molimo adalah angka lima yang dibaca berulang dengan dialek Madura
(mo-limo), merupakan lima protokol kesehatan sebagai ikhtiyar terhindar infeksi
Covid-19. Tindakan menjalankan protokol kesehatan merupakan bagian dari
menjalankan anjuran Nabi saw.: “Laa dharara wala dhiraran” yang artinya
janganlah berbuat madharat dan hal yang membuat madharat (HR. Ibnu Majah, Ahmad
& Ibnu Hanbal). Berikut adalah MOLOMI-DOT yang merupakan ikhtiyari kita:
1. Mencuci Tangan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, disinyalir akan
menghilangkan virus atau bakteri yang menempel di tangan kita. Bukan hanya
virus dan bakteri, najis yang menempel pada tangan kita bisa disucikan sehingga
tak turut serta masuk ke dalam perut kita bersama dengan makanan yang kita
makan. Meski bukan najis ‘ainiyah, baik bila kita mencuci tangan kita.
2. Memakai Masker
Masker dianggap sebagai penghalang droplet yang keluar dari
mulut kita saat bicara dan nafas kita. Double masker akan lebih ketat dalam
mengantisipasi kita menularkan virus kepada orang lain, atau menangkalnya dari
orang lain.
Ambillah pelajaran, bahwa masker yang sekarang dipakai untuk menurunkan
resiko penyebaran Covid-19 menjadi peringatan bagi kita agar tidak banyak cakap
kecuali yang bermanfaat, hindari ghibbah dan fitnah, tak berbicara yang bukan
kapasitasnya, dan lebih baik diam untuk kebaikan.
3. Menjaga Jarak
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Protokol
Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan
dan Pengendalian COVID-19, disebutkan bahwa jarak aman minimal satu meter
dari orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang berbicara,
batuk, bersin serta menghindari kerumunan, keramaian dan berdesakan.
Protokol kesehatan ini ditentang oleh beberapa kelompok muslim
yang meyakini bahwa protokol ini menyalahi syariat “merapatkan shaf” dalam
shalat.
Ini juga mengisyaratkan kita agar menjaga jarak dalam berteman,
mengetahui hak dan kewajiban sebagai seorang teman untuk tidak mencampuri
urusan pribadinya kecuali diminta pendapatnya.
4. Menjauhi Kerumunan
Berkerumun berpotensi lebih mudah virus menular sebab bertemu banyak orang yang kita tidak tahu satu sama lainnya. Berkerumun juga cenderung susang mengontrol jarak satu sama lainnya. Saat kita berkerumun akan mengobrol bebas, dan dimungkinkan orang tak telah terpapar (OTG) berada dalam kerumunan tersebut menularkan Covid-19.
5. Mengurangi Mobilitas
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, banyak larangan-larangan
bepergian kecuali alasan dinas dan krusial lainnya yang harus menunjukkan
syarat administrasi telah divaksin, negatif PCR/rapid antigen, surat keterangan
dari tempat tugas atau RT/RW.
Mengurangi mobilitas merupakan bagian dari menjalankan sunah
rasul Saw., yang termaktub dalam sebuah hadis tentang tha’un; “…… Maka
apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu
masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu
berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhori-Muslim)
6. Doa
Berdoa merupakan ibadah, dan bagian dari kefakiran hamba
terhadap Tuhannya. Disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah:184 bahwa “Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” dan dalam Surat
al-Ghafir: 60 disebutkan “…berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan untuk
kalian”.
Bila kita berdoa, memohonkan perlindungan dan keselamatan
dari wabah Covod-19 sejatinya kita menegaskan kefakiran kita atas kekuasaan
Allah di atas segala sesuatu. Dia yang menciptakan virus dan menurunkan obat
serta mengendalikannya.
7. Tawakal
Setelah ikhtiyar
dengan 5 M (molomo) dan berdoa, kita harus menyerahkan segala sesuatunya kepada
Allah Swt. Kematian kita sudah tercatat sejak kita belum terbentuk menjadi
manusia. Ikhitayr adalah upaya kita sebagai manusia, berdoa adalah kelemahan
kita yang membutuhkan Tuhan dan tawakkal bagian dari kepasrahan kita pada Allah
Swt yang dapat berkehendak atas para makhluk-Nya.
Protokol Kesehatan yang dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan
merupakan bagian dari ikhtiyari manusia agar selamat dan sehat dari Covid-19. Berdoa
merupakan pengakuan kelemahan kita terhadap Tuhan, dan tawakal merupakan
kepasrahan kita atas takdir-Nya. Meski kita sudah menjalankan protokol yang
ketat dan berdoa, bila Allah berkehendak lain atas diri kita maka kita juga
akan terpapar Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan tak bisa diyakini sepenuhnya
sebagai tindakan yang pasti tidak menyebabkan tertular Covid-19. Keyaninan
tersebut bagian dari arogansi dan menghilangkan kekuasaan Tuhan atas segala
sesuatu (innallaha ‘ala kulli syai’in qadir). Menolak tidak menerapkan
protokol kesehatan dengan meyakini bahwa “takut kok dengan corona, takut itu
pada Allah”, juga bukan tindakan yang benar. Sebab menjalankan protokol
kesehatan merupakan ikhtiyar manusia berdasarkan kajian para ahli multidispilin
ilmu kesehatan.
Kombinasikanlah ikhtiyar kita sebagai manusia dengan merapkan
protokol kesehatan, berdoa dan bertawakallah kepada Allah Swt. Niatkan menerapkan
protokol tersebut berdasarkan ilmu agama, sehingga tindakan kita bermanfaat
bagi diri dan sesama serta berpotensi menjadi ibadah (AB).