Kamis, 29 Juli 2021

MOLIMODOT: IKHTIAR SEHAT & SELAMAT COVID-19

Molimo adalah angka lima yang dibaca berulang dengan dialek Madura (mo-limo), merupakan lima protokol kesehatan sebagai ikhtiyar terhindar infeksi Covid-19. Tindakan menjalankan protokol kesehatan merupakan bagian dari menjalankan anjuran Nabi saw.: “Laa dharara wala dhiraran” yang artinya janganlah berbuat madharat dan hal yang membuat madharat (HR. Ibnu Majah, Ahmad & Ibnu Hanbal). Berikut adalah MOLOMI-DOT yang merupakan ikhtiyari kita:

      1.   Mencuci Tangan.

Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, disinyalir akan menghilangkan virus atau bakteri yang menempel di tangan kita. Bukan hanya virus dan bakteri, najis yang menempel pada tangan kita bisa disucikan sehingga tak turut serta masuk ke dalam perut kita bersama dengan makanan yang kita makan. Meski bukan najis ‘ainiyah, baik bila kita mencuci tangan kita.

     2.      Memakai Masker

Masker dianggap sebagai penghalang droplet yang keluar dari mulut kita saat bicara dan nafas kita. Double masker akan lebih ketat dalam mengantisipasi kita menularkan virus kepada orang lain, atau menangkalnya dari orang lain.

Ambillah pelajaran, bahwa masker yang sekarang dipakai untuk menurunkan resiko penyebaran Covid-19 menjadi peringatan bagi kita agar tidak banyak cakap kecuali yang bermanfaat, hindari ghibbah dan fitnah, tak berbicara yang bukan kapasitasnya, dan lebih baik diam untuk kebaikan.

      3.      Menjaga Jarak

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19, disebutkan bahwa jarak aman minimal satu meter dari orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang berbicara, batuk, bersin serta menghindari kerumunan, keramaian dan berdesakan.

Protokol kesehatan ini ditentang oleh beberapa kelompok muslim yang meyakini bahwa protokol ini menyalahi syariat “merapatkan shaf” dalam shalat.  

Ini juga mengisyaratkan kita agar menjaga jarak dalam berteman, mengetahui hak dan kewajiban sebagai seorang teman untuk tidak mencampuri urusan pribadinya kecuali diminta pendapatnya.

     4.      Menjauhi Kerumunan

Berkerumun berpotensi lebih mudah virus menular sebab bertemu banyak orang yang kita tidak tahu satu sama lainnya. Berkerumun juga cenderung susang mengontrol jarak satu sama lainnya. Saat kita berkerumun akan mengobrol bebas, dan dimungkinkan orang tak telah terpapar (OTG) berada dalam kerumunan tersebut menularkan Covid-19. 

     5.      Mengurangi Mobilitas

Untuk mencegah penyebaran Covid-19, banyak larangan-larangan bepergian kecuali alasan dinas dan krusial lainnya yang harus menunjukkan syarat administrasi telah divaksin, negatif PCR/rapid antigen, surat keterangan dari tempat tugas atau RT/RW.

Mengurangi mobilitas merupakan bagian dari menjalankan sunah rasul Saw., yang termaktub dalam sebuah hadis tentang tha’un; “…… Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhori-Muslim)

     6.      Doa

Berdoa merupakan ibadah, dan bagian dari kefakiran hamba terhadap Tuhannya. Disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah:184 bahwa “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” dan dalam Surat al-Ghafir: 60 disebutkan “…berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan untuk kalian”.

Bila kita berdoa, memohonkan perlindungan dan keselamatan dari wabah Covod-19 sejatinya kita menegaskan kefakiran kita atas kekuasaan Allah di atas segala sesuatu. Dia yang menciptakan virus dan menurunkan obat serta mengendalikannya.

      7.      Tawakal

Setelah ikhtiyar dengan 5 M (molomo) dan berdoa, kita harus menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah Swt. Kematian kita sudah tercatat sejak kita belum terbentuk menjadi manusia. Ikhitayr adalah upaya kita sebagai manusia, berdoa adalah kelemahan kita yang membutuhkan Tuhan dan tawakkal bagian dari kepasrahan kita pada Allah Swt yang dapat berkehendak atas para makhluk-Nya.

Protokol Kesehatan yang dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan merupakan bagian dari ikhtiyari manusia agar selamat dan sehat dari Covid-19. Berdoa merupakan pengakuan kelemahan kita terhadap Tuhan, dan tawakal merupakan kepasrahan kita atas takdir-Nya. Meski kita sudah menjalankan protokol yang ketat dan berdoa, bila Allah berkehendak lain atas diri kita maka kita juga akan terpapar Covid-19.

Penerapan protokol kesehatan tak bisa diyakini sepenuhnya sebagai tindakan yang pasti tidak menyebabkan tertular Covid-19. Keyaninan tersebut bagian dari arogansi dan menghilangkan kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu (innallaha ‘ala kulli syai’in qadir). Menolak tidak menerapkan protokol kesehatan dengan meyakini bahwa “takut kok dengan corona, takut itu pada Allah”, juga bukan tindakan yang benar. Sebab menjalankan protokol kesehatan merupakan ikhtiyar manusia berdasarkan kajian para ahli multidispilin ilmu kesehatan.

Kombinasikanlah ikhtiyar kita sebagai manusia dengan merapkan protokol kesehatan, berdoa dan bertawakallah kepada Allah Swt. Niatkan menerapkan protokol tersebut berdasarkan ilmu agama, sehingga tindakan kita bermanfaat bagi diri dan sesama serta berpotensi menjadi ibadah (AB).

 

BERPIKIR KRITIS ITU IBADAH

Kata-kata yang keluar dari Cak Lontong – MIKIR!!! – mengingatkan saya pada ledekan Allah Swt. Kepada kita semua.  Afalaa ta’qiluun (opo ra dinggo akalmu?), atau afalaa tatafakkaruun (opo koen ora mikir?); afala tadzakkarun (opo to ora ngiling-ngiling?), yang secara sederhana diucapkan oleh Cak Lontong; mikiiirrr!!.....mikiiirr!

Mempelajari kata tanya what, why, when, who, where, dan how bukan untuk mendapatkan nilai raport yang bagus. Melainkan memberikan teknik dasar bagaimana kita menggunakan akal kita dengan memulai dari pertanyaan atau rasa penasaran kita. Dari pertanyaan-pertanyaan yang kita munculkan, kemudian kita mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

Berpikir kritis adalah menempatkan sesuatu sebagai masalah (atau alasan kenapa saya harus berpikir atasnya?), kemudian mencari solusi atau jawaban atas masalah tersebut. Jawaban bisa lebih dari satu, atau beberapa alternatif jawaban dan menguji jawaban-jawaban tersebut hingga terpilih sebagai jawaban yang paling tepat atas permasalan tersebut.

Berpikir kritis juga tidak semena-mena menelan informasi yang kita terima atau beredar di masyarakat baik riil society atau virtual society. Kita akan menanyakan pada diri kita dengan kata tanya yang pernah kita pelajari dan mencari jawaban atas informasi-informasi tersebut. Pencarian informasi yang kita lakukan adalah bentuk tabayyun (penjelasan) terhadap informasi sebelumnya.

Berpikir kritis merupakan bentuk syukur kita kepada Allah swt., atas nikmat otak (brain) dan fungsiya (mind). Diberi otak tak digunakan untuk berpikir, seperti halnya hewan yang hanya mengandalkan intuisi atau naluri hewani mereka. Hal ini yang membedakan manusia dengan hewan-hewan lainnya.

Berpikir kritis sebagai ibadah bukan berpikir untuk melakukan maksiat atau hal-hal yang dilarang oleh agama. Dengan berpikir kritis kita dapat lebih bijaksana, lebih bermanfaat, lebih menyayangi setiap makhluk-makhluk yang ada di bumi, sehingga kita lebih mendekati apa yang dikendaki Tuhan atas tujuan kita sebagai manusia.

Kita diberikan guidance oleh Allah Swt melalui beberapa ayat dalam Alquran. Misalnya QS. Ali Imran:190-191 tentang penciptaan langit dan bumi serta perbedaan siang dan malam menjadi tanda bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam semua keadaan, berpikir pada penciptaan yang selalu ada faedahnya. Mereka selalu mensucikan pikiran mereka dan berlindung atas kesesatan fikir mereka agar tidak terjebak ke lubang neraka.

Ciri-ciri kritis itu ibadah adalah kekritisan kita menambah pengetahuan, menambah rasa syukur kita kepada Allah Swt., semakin mendekatkan diri kita kepada kebaikan, semua alur pikir kita bermuara akan bermuara Allah dengan tetap mengikuti proses berpikir. Dan bila pikiran kita mengarah kepada kemaksiatan, yang menghilangkan eksistensi Allah dalam cara berpikir kita maka kembalilah. Telusuri kembali alur pikir kita. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah adalah mereka yang berilmu pengetahuan (AB).

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...