Rajab
telah berkahir, dan menjejaki Sya’ban yang merupakan bulannya Nabi, seperti dalam
hadits Rajab syahrullah, wasya’ban syahriy, wa Ramadhan syahru ummatiy. Untuk
mencapai ramadhan mubarok dan bermakna, kita harus menyiapkan diri paling tidak
sejak bulan Rajab dengan ibadah dan memperbanyak sunnah serta kebutuhan
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga di Ramadhan fokus beribadah meraih
kemenangan yang sebenarnya.
Tiap
bulan Rajab kita akan mendengar ceramah atau taushiyah tentang isra’ mi’raj dan
kupasan shalat sebagai hadiah dari mi’rajurrasul. Surat Isra’ ayat 1 menjadi
landasan cerita tentang diperjalankan nabi pada malam hari dari masjid al-haram
ke masjid al-aqhsa, kemudian mi’raj hingga sidratil muntaha dan mendapatkan
perintah shalat lima waktu (baca: Isra’-Mi’raj).
Hidup
sejatinya dari tempat satu ke tempat yang lainnya adalah sujud atau tunduk pada
Allah swt., dengan shalat serta dampak dalam kehidupan. Masjid berarti tempat (isim
makan), dimana pun kita berada baik di pasar, rumah, terminal, transportasi,
dan segal hal wal makan diperintahkan untuk sujud atau tunduk pada
aturan-aturan Allah swt. Masjid tidak dimaknai sebagai tempat shalat, melainkan
tempat sujud ketundukan.
Sujud
secara fisik yang nampak adalah shalat lima waktu yang memberikan dampak positif
bagi kehidupan sosial diri dalam berinteraksi di segala bidang. Setelah sujud
secara fisik, manusia harus menghadirkan ketundukan secara batiniah, ketundukan
pikiran (sujud al-fikri) dan hati (sujud al-qalbi) tidak melenceng dari
Allah swt.
Sujud
al-fikri lebih kepada menggunakan potensi kritis dan akal
untuk menghasilkan pikiran yang positif dalam membangun tatanan sosial
masyarakat. Sedangkan sujud hati (sujud al-qalbi) mengelola hati untuk
tunduk kepada Allah dan terhindar dari hal-hal yang menggoyahkan dari selain-Nya.
Sidratil
Muntaha adalah simbol saat kita diperjalankan oleh Allah dari tempat ke tempat
di bumi tetap tunduk (sujud) hingga akhir kehidupan kita, maka kita akan sampai
dan bertemu Allah swt. Yang kemudian disebutkan bahwa shalat merupakan mi’rajnya
orang mukmin, tidak kemudian setiap kita shalat bisa wushul dan bertemu dengan
Allah swt (abdul basid).