Pernahkah kita
berempati pada orang-orang mati. Mereka tidak bisa membalasa rasa empati kita,
namun rasa kita dibutuhkan mereka. Coba kita berpikir sebagai mereka yang
berada dalam liang kubur, memperoleh siksa hingga menunggu hari kebangkitan. Terhadap
keluarga kita bisa melakukan ziarah kubur, tahlilan, dan sedekah untuk keluarga
kita. bagaimana dengan orang lain, bukan sanak-saudara kita? Saat kita ziarah, khikmah
apa yang anda ambil saat melihat atau saat ziarah kubur?
 |
Add caption |
Saat melihat
atau melewati kuburan kita diperintahkan untuk “uluk salam” dengan kalimat
“assalamualaikum ya ahlil kubur, fainna insyaallahu bikum lahiqqun” yang
artinya “kesalamatan untuk kalian wahai ahli kubur, sesungguhnya atas kehendak
Allah saya akan beserta kalian”. Dari kalimat itu, kita diminta untuk selalu mendokan
kepada orang lain hingga terhadap orang mati sekalipun. Dan melakukan
penyadaran diri bahwa kita suatu saat akan masuk ke liang lahat seperti mereka
(yang mati).
Kira-kira,
apa yang kita butuhkan bila kita menjadi mereka (yang mati)?
Amal ibadah
kita? doa yang hidup? Atau apa!? Amal ibadah kita serentak terhenti saat kita
tercabut nyawanya, kecuali tiga amaliya; sedekah jariyah, ilmu bermanfaat dan
anak yang shaleh. Pahala ketiga amaliyah tersebut akan mengalir meskipun kita
telah bersemayam di kuburan, hingga tiga aset amaliyah kita tidak bermanfaat
lagi.
Bagaimana
bila kita tidak memiliki ketiganya?
Kita berharap
kaum muslimin berdoa dengan men-cawel kita, menyebut dalam rapal doa
dengan “.....muslimiin-muslimaat, mukminin-mukminaat”. Disanalah mereka
akan berebut doa-doa tersebut, seperti memperebutkan makanan. Pernahkah anda
melihat pesta gunungan yang diperebutkan oleh masyarakat, begitulah gambaran
sederhananya. Benarkah kita memperoleh jatah? Karena keislaman dan keimanan
kita yang dimungkinkan tidak masuk dalam kelompok-kelompok tersebut.
Beruntunglah
bagi mereka yang sholeh dan sholehah, karena di setiap bacaan tahiyat mereka
disebut “...assalamu ‘alaina wa’ala ‘ibadillahi ash-shalihin”. Sebanyak
sembilan kali untuk seorang muslim taat akan mendoakannya melalui bacaan
tahiyyat/tasyahud dalam shalat maktubah. Akan semakin banyak didoakan apabila
seorang taat mengerjakan shalat-shalat sunnah. Dan akan dilipatgandakan dengan
jumlah muslim di seluruh penjuru dunia.
Bila kita tak
memiliki tiga aset amaliyah, bukan termasuk orang sholeh dan ketidakjelasan
status muslim dan mukminnya kita. Apa yang akan kita harapkan?
Berharap pada
anak-anak kita yang berusaha mengundang tetangga untuk mendoakan kita dengan tahlilan,
menghadiahkan pahala sedekah/infak/wakaf untuk kita, dan usaha mereka untuk
menjadi orang yang baik.
Bila tidak
ada yang melakukan semua itu, apa yang hendak kita harapkan?
Hanya tangisan
setiap saat hingga menjelang hari kebangkitan. Berharap ada orang shaleh yang
lewat di depan kubur kita dan mendoakan keselamatan kita. Untuk itu ber”uluk
salam”lah kepada para ahli kubur saat kita melewati kuburan. Semoga memberikan
manfaat bagi mereka yang membutuhkan dan berharap doa dari sanak keluarganya.