Jumat, 30 Juli 2021

PENCERAHAN ALA GUSMENAG TENTANG BAHAI

Ucapan tahniah Hari Raya Nawruz oleh Gusmenag kepada penganut Bahai menimbulkan kontroversi. Ada yang menuduh Gusmenag sesat pikir, ada pula yang menganggap beliau adalah menteri semua agama. Kok Menteri Agama mengucapkan Selamat Hari Raya kepada Penganut Bahai, apa sih Bahai itu? Minimal akan ada pertanyaan demikian, dan akhirnya akan googling mencari informasi tentang Bahai. Sebagian menemukan definisinya sebagai agama tersendiri, sebagian lain masih menganggap bahwa Bahai itu aliran sesat dalam Islam.

Bahai lahir di Persia (Iran) pada tanggal 23 Mei 1844M. Bahai mempercayai bahwa risalah nubuwah tidak berakhir pada Nabi Muhammad Saw sebagai khatam al-anbiya’ wal mursalin.  Bahai percaya adanya Bab, pintu Tuhan yang ada di bumi yang mempersiapkan turuannya utusan, Bahaullah yang bernama Mirza Husayn Ali. Kitab suci Kaum Bahai bernama al-Aqdaz yang pewahyuannya diterima Bahaullah sejak tahun 1852M. Sekilas ritual Bahai seperti sinkretisme dari berbagai agama, sehingga nampak harmoni atas agama-agama.

Puslitbang Kementerian Agama mengidentifikasi komunitas Bahai ada di beberapa daerah di Jakarta, Bandung, Bekasi, Pati, Banyuwangi, Malang, Medan, Surabaya, Denpasar, Paloppo, Pekanbaru dan Kepulauan Mentawai. Bahai masuk ke Indonesia dibawa oleh Jamal Efendi dan Mustafa Rumi pada tahun 1878, melalui Batavia. Selain Bahai, ada keyakinan lokal yang dianggap sebagai agama asli nusantara seperti Sunda Wiwitan, Kaharingan, Marapu, Parmalim dan Naurus serta lainnya.

Di Indonesia kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 2; Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Menuurt UU No 1/PNPS/1965, Agama resmi menurut pemerintah adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Meski demikian, negara wajib melindungi warga negara untuk hidup nyaman dan damai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akhirnya kita dapat tercerahkan dengan informasi yang melimpah pro-kontra Bahai yang memperkaya khazanah kita tentang agama-agama di Indonesia. Apapun Agama yang Anda peluk, jadilah pemeluk agama yang taat dan baik. Agama membimbing pemeluknya untuk memiliki keimanan yang kuat (aamanu), ketaatan (athi’u Allah, wa athi’u al-rasul, wa ulil amri minkum) dan menjadi manusia yang baik (‘amil al-shalih) (AB).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...