Rabu, 18 Desember 2024

Rasa Bukan Hanya Tentang Lidah

Rasa itu bukan tentang manis, pahit, asam, asin, hambar dan pedas yang dirasakan lidah. Rasa dapat bermakna lebih dalam lagi, misalnya ada ungkapan bila sakit ditampar jangan pernah menampar orang lain. Bila tiak mau disakit, maka jangan pernah menyakiti siapapun. Pun demikian, sebaik nabi saw., pun mendapatkan persakitan yang luar biasa. Dan memaafkan atau tidak membalas orang yang menyakiti kita adalah tingkatan laku tasawuf yang membutuhkan latihan yang kemudian muncul ungkapan “ngaji roso”.

Ngaji Roso bisa dimaknai menuju kemuliaan dengan rasa. Sedangkan rasa merupakan kekuatan hati manusia untuk menanggapi sesuatu, yang berhubungan dengan olah rasa, kalbu, nurani, moral, kasih, tulus, senang, cinta, dan emosi. Rasa harus diolah dalam hubungan di keluarga, masyarakat, pekerjaan, pendidikan, dan lingkungan lainnya termasuk dalam lingkungan masyarakat yang hanya sekedar kita lewat dengan menggunakan etika.

Pekerjaan rumah tangga yang biasa dikerjakan oleh Asisten rumah tangga (ART), ada pikiran liar bila tetiba majikan mengerjakan kerjaan tersebut tanpa memberitahukan kepada ART tersebut. Seorang ART akan merasa bersalah atas pekerjaannya tanpa koreksi dan meluruskannya. Begitu pula dalam dunia kerja, direktur atau pimpinan perusahaan perlu memberitahukan kesalahan yang dilakukan bawahannya sehingga dapat memperbaruinya. Tidak kemudian melakukan take offer pekerjaan tersebut yang membuat rasa yang tidak menentu pekerja.

Dalam lingkungan pendidikan, murid tidak kemudian diberikan scorsing tanpa mengetahui kesalahannya. Begitu pula dengan para pekerja, yang harus dibimbing untuk melakukan pekerjaannya dengan benar. Baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, kerja, pendidikan dan lainnya saling mengingatkan, meluruskan, (tawa shaubi al haq) harus dilakukan dengan cara yang benar (hak) dan baik.

Kita sebagai pihak eksternal mengingatkan dengan baik, dan sebagai internal (diri) juga harus lebih wara’ atau hati-hati dalam bertindak agar tidak menyakiti orang lain. Rasa manis akan hilang dengan minum air tawar, rasa pedas akan hilang dengan goreng-gorengan, rasa pahit dan lainnya dapat hilang dengan makan-manakan enak yang kita kunyah. Namum, rasa sakit di hati terbawa pikiran, tidak akan hilang serta merta. Bila kita selalu melakukan tindakan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan mendapatkan bala karena rasa sakit yang menjadi doa dari orang yang terdhalimi (du’a al madhlum istajabah). Hati-hati dengan rasa, yang dapat melukai tanpa berdarah, membunuh tanpa menyentuh, dan menjadikan orang gila karena merasa bersalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...