Senin, 27 Juni 2016

Oh....Lailah

Gusti, ijinkan aku menyapa Lailah walau dia enggan untuk mendengar sapaanku.

Lailah, kau dicari dan dinanti. Orang-orang menerka dan mengira-ira kedatanganmu. Di awal, pertengahan atau menjelang subuh. Orang-orang sibuk menyambutmu dengan murattilan, dzikir, shalat sunah. Mereka menunggumu, ada yang menantimu di bilik-bilik rumah dengan mengacuhkan kebutuhan syahwatnya hanya untuk bertemu denganmu.

Ada yang duduk beriktikaf di masjid, sanak keluarganya mengirimkan makanan dan bekal agar bersua denganmu di masjid. Ada pula yang pergi ke tempat sepi menyendiri, seperti uzlah para sufi untuk dapat berasyik masyuq denganmu. Bahkan ada yang tanpa henti berthawaf dan berjalan mengikuti langkah hanya untuk merasakan kehadiranmu.

Lalilah, engkau milik siapa ? Dengan apa aku harus membayar mahar dan mengucapkan aqad. Apa yang harus aku lakukan sehingga dapat berjumpa denganmu ? Hari-hari yang lalu, aku sibuk bertarawih, baca al Quran dan berdzikir menghabiskan malam selama Ramadhan. Namun aku tak merasakan kehadiranmu ? Di akhir-akhir Ramdhan aku giatkan lagi, namun tak juga merasakan kehadiran malaikah dan al ruuh.

Lailah, kata orang-orang engkau hadir pada malam-malam ganjil di akhir Ramadhan ? Apakah kau hanya akan menemui orang-orang yang bersungguh-sungguh membersihkan diri dengan membakar lemak haram dan syubhat yang mendarah daging ? Kemudian sungguh-sungguh beribadah untuk Tuhanmu ?

Bagaimana denganku, yang tetap mengunyah dan menelan makanan hasil pekerjaan yang syubhat ? Bagaimana denganku yang tampak bersungguh-sungguh ibadah, karena banyaknya job mengimami dan ceramah ? Bagaimana denganku yang belum sepenuhnya ikhlas dalam berpuasa ? Apakah engkau akan menemuiku, Lailah ? banyak orang dari yang 'awam hingga khawashul khawas memperebutkanmu, aku berkecil hati dan tak pede akan mendapatkanmu, Lailah.

Gusti, aku urungkan niat ambisi berkompetisi memperoleh Lailah, karena takkan mungkin menang dengan para salikin, zahidin, ulama al amilin, dan para mutasawwifin. Aku akan memilih-Mu saja, Gusti. Banyak orang melupakanmu karena kedatangan Lailah. Mereka perbanyak shalat sunnah, baca al Qur'an dan berdzikir serta i'tikaf untuk Lailah.

Aku memilih-Mu, walau sedikit yang dapat aku haturkan mohon diterima puasaku, shalatku, ruku' dan sujudku, sunnah-sunnahku, bacaan al Quranku. Serta janganlah marah dan terganggu atas rengekanku saat memanggil-manggil nama-Mu. Terimalah agar aku bisa senyum bahagia, girang tak terkira karena persembahan si fakir diterima oleh Yang Maha Kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...