Kontroversi anjuran nonton bareng (nobar) film
Gestapu (Gerakan September Tiga puluh) oleh Panglima TNI Jenderal Gatot
Nurmantyo menjadikan Presiden angkat bicara untuk merekonstruksi film sejarah
tersebut sesuai dengan generasi milenial saat ini. Bila tujuan rekonstruksi film Gestapu adalah
bagian dari pendidikan sejarah melalui film untuk membangkitkan nasionalisme,
cinta tanah air dan bangsa. Selain film-film
sejarah, negara juga harus hadir untuk menyajikan film-film keindonesiaan,
seperti; kekayaan alam Indosia, ragam budaya, multikutural, gotong royong, kebhinekaan
dan lain sebagainya.
Kita memiliki
ragam kuliner, seperti; nasi padang, nasi goreng, soto, sate, konro, sego
megono, nasi uduk, nasi lengko, ketoprak, bakso, dan segala macamnya yang harus
diperkenalkan oleh anak-anak tentang kekayaan kuliner kita. Kita memiliki ragam
kesenian daerah, tarian, wayang, ludruk, ketoprak, musik, lagu daerah dan
lainnya. Kita memiliki kontruksi bangunan rumah adat yang berbeda antara
suku-suku yang ada di Indonesia, termasuk pakaian adat, bahasa daerah yang
berbeda-beda. Kekayaan yang dimiliki oleh kita bangsa Indonesia harus
diperkenalkan kepada generasi bangsa sejak dini.
Film kartun
atau animasi anak sangat menarik bagi anak-anak sebagai media pendidikan
sejarah dan kebudayaan bangsa. Film kartun/animasi semacam Si Unyil yang
diproduksi oleh PNFI harus direkonstruksi atau membuat film animasi baru untuk
menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa sejak dini. Selama ini anak-anak
menikmati tontonan animasi dari luar seperti Jepang, India, Malaysia, Amerika
dan lainnya. Anak-anak mengetahui wayang, permainan tradisional, kekayaan alam
dan kebudayaan dari tayangan Upin-Ipin. Usia dini sebagai golden age, sangat potensial untuk menyimpan memori dari pesan yang
mereka lihat/tonton.
Saatnya
negara hadir dalam misi pendidikan sejarah dan kebudayaan bangsa melalui film, sesuai
dengan usia mereka. Di era digital ini, dimana anak-anak sudah memegang gadget,
handpone, i-phone, dan media yang dapat mengakses internet untuk mengunduh
aplikasi atau film dibandingkan dengan membaca buku-buku sejarah dan
kebudayaan.
Negara dapat
melibatkan anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan animasi untuk
membuat film-film animasi nusantara sehingga biaya pembuatan film animasi lebih
murah sebagai misi penanaman cinta tanah air dan bangsa melalui perfilman
(animasi). (abdul basid; 22/09/2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar