Dalam hal mencari pasangan hidup, bagi anak-anak jaman old
sangat rumit dengan berbagai kriteria. Mereka yang pernah mengaji, menempatkan
Islam sebagai pilhan pertama, dapat memberikan keturunan, pandai, kaya dan
cantik atau guanteng pada posisi yang paling akhir. Bahkan cinta yang dirajut
sejak cinta monyet, menjadi kandas gegara hitung-hitungan weton (hari
kelahiran). Bila ada dua atau lebih, pilihan yang sesuai maka istikharah
menjadi salah satu cara untuk menentukannya. Mungkin saja, di saat sekarang
dengan dua pilihan yang sama-sama berbobot, anak-anak jaman now hanya
menggunakan uang koin yang dilempar ke atas untuk menentukan salah satu
pilihannya.
Untuk menarik simpatik dari camer (calon mertua), cowok jaman
old harus menyiapkan diri, minimal mereka harus bisa ngaji atau pernah
nyantri dimana bagi para camer yang berorientasi pada kemampuan mengaji calon
menantu. Bagi camer yang berorientasi pada sakinah adalah ketercukupan
kebutuhan, maka para cowok harus sudah bekerja mapan. Dan untuk para jomblowati jaman old,
tidaklah sulit untuk mencari-cari cowok karena biasanya mereka dilamar atau
dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Mereka harus patuh pada tradisi dan orang
tua, untuk menjalani tradisi demikian.
Berbeda dengan jaman now, cewek-cewek jomblowati
melihat cowok yang guanteng, lumayan tajir, perawakan bagus, keren dibilang
“cool”. Istilah ini mungkin saja dianalogikan dengan kulkas, dengan perawakan
gagah dan tinggi, bermerk Sharp atau Samsung, dan di dalamnya banyak makanan
yang disimpan. Cowok ini akan menjadi idola dan dambaan banyak cewek, sehingga
bagi si cowok hanya bermodal menjadi “kulkas” bermerek mempunyai banyak pilihan
untuk menentukan pasangannya.
Sedangkan para jomblowan jaman now, menilai
cewek-cewek yang cantik, agresif, lincah, genit dan cukup berduit dianggap sebagai
cewek yang “hot”. Hot atau panas dalam benak para lelaki hidung belang (maaf
bagi yang tidak belang), tidak lepas dari permainan di ranjang. Namun bisa
saja, peristilahan ini sebagai penilaian bahwa cewek semacam itu dapat membuat
mata terbelalak (jadi melek), ibarat sedang mengantuk kemudian diminumi kopi
panas (hot coffee) sehingga menjadi melek. Minum hot milk, hot cocolate, dan
hot-hot lainnya dapat menyegarkan pikiran dan melek mata.
Bila cowok “cool” dan cewek “hot” menemukan kecocokannya
untuk menjalin hubungan asmara dan melanjutkan ke jenjang pernikahan, maka akan
terlahir generasi dispenser. Generasi ini adalah generasi instan dengan
memiliki perbekalan yang cukup.
Bagi generasi old, mereka harus mengetahui cara-cara untuk
menjalankan hidup atau dapat mengurus dirinya sendiri sebagai bekal untuk
mengurus isteri/suami dan anak-anaknya kelak. Mereka harus belajar menanak nasi
dari panci biasa hingga yang menggunakan sarangan. Merebus air pun
menjadi kurang benar bila air terasa bau sangit karena pengaturan
perapian tungku yang tidak benar. Atau air berasa bau minyak tanah, bila direbus
dengan kompor minyak. Yang laki-laki harus belajar menggunakan cangkul, sabit,
dan parang untuk siap menjadi petani atau buruh tani. Belajar mencuci pakaian
sendiri agar kelak tidak merasa kepayahan saat mencucikan pakaian suami/isteri
dan anak-anaknya.
Bagi generasi dispenser, tidaklah perlu berpayah-payah
belajar menghidupkan perapian untuk merebus air, menanak nasi atau memasak
lainnya yang dilakukan para generasi old. Untuk minum air dingin mereka
tak perlu menyimpan air di dalam kendi atau membeli kulkas, cukup pencet tombol
“cool”. Untuk membuat hot coffee atau hot tea, cukup seduh kopi
atau teh dengan pencet tombol “hot”. Makanan mereka adalah fast food, untuk
makan indomie tak perlu repot-repot memasaknya.
Cukup mie instan diseduh dengan air panas (hot water) dispenser. Begitu pula
sudah banyak tersedia minuman dan nasi liwet yang hanya diseduh menggunakan air
panas. Mereka menganggap hidup mereka lebih keren, tidak membuang waktu sia-sia
hanya untuk membuat perapian, mencari kayu bakar dan seterusnya.
Untuk berdagang, para generasi dispenser tak harus belajar
berkomunikasi langsung dengan baik terhadap customernya. Perdagangan mereka
merupakan perdagangan tanpa tatap muka, atau bisa dilakukan tatap muka dengan
video call tak harus jumpa darat. Bila pun harus jumpa darat maka proses tawar
menawarnya sudah jadi tinggal dibayar dengan melihat barang dan penjualnya atau
dengan istilah cash on delevery (COD).
Generasi ini lahir dari ketercukupan kedua orang tuanya (hot
n cool), dari modal kakek neneknya yang berduit. Bila salah dalam
mendidiknya, mereka akan terjebak pada kehidupan hedonis dan foya-foya serta
minim keterampilan dan akhirnya generasi ini harus belajar lagi tentang
ketahanan hidup. Benar memang, cara bertahan hidup (survival) genarasi old,
now dan dispenser tidak dapat disamakan karena perbedaan jaman.(Ab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar