Orang yang mengenal orang-orang “besar” dapat lupa daratan, sehingga tatkala turun di landasan akhirnya tergelincir, jatuh dan malu. ini terjadi karena mereka melupakan teman, tetangga, dan orang-orang yang dulu sama-sama “rendah” status sosial ekonominya. Kita tidak boleh memandang remeh dan menghinakan orang-orang tersebut, bisa jadi mereka berubah nasibnya baik melalui ikhtiyar diri atau karena anak-anak mereka hingga kemudian sukses. Dan status sosial kita lebih rendah dari mereka.
Saat kita jatuh,
siapa yang akan menolong kita? Apakah orang-orang besar yang dulu membutuhkan
kita? Sementara mereka sendiri sibuk menyelamatkan diri dan teman-temannya dari
kejatuhannya. Kita juga akan malu untuk meminta tolong pada orang-orang yang diremehkan
kita. Hanya teman baik tak berpunya yang masih setia dan menolong kita. Kita akan
tertunduk malu terhadap mereka sebab dulu meremehkannya.
Ma'ruf al
Karkhi mendapatkan pelajaran, dengan tergugah untuk mengikuti kalajengking yang
tiba-tiba keluar dan lari dari sarangnya, menyeberangi sungai dan menghampiri
seseorang yang sedang terlelap tidur di bawah pohon. Di sampingnya ada ular
berbisa yang akan menggigitnya. Kalajengking kemudian berkelahi dengan ular dan
akhirnya si ular pergi dan orang tersebut tetap terlelap tidur. Kalajengking
kembali menyeberangi sungai kembali ke sarangnya. Di cerita lain, tarantula dan
burung membuat sarang di pintu goa untuk melindungi Nabi Saw di tempat
persembunyian dari kejaran kaum kafir Quraisy.
Allah bisa
menyuruh siapa saja makhluk-Nya untuk melakukan sesuatu termasuk menolong
hamba-hamba-Nya. Untuk menunjukkan kuasa-Nya, tak perlu menyuruh makhluk besar
seperti Harimau, Singa, atau Gajah untuk menolong orang tersebut dari gangguan
ular. Bisa saja Allah menutup goa dengan batu hingga tak terlihat ada goa. Untuk
menunjukkan kuasa-Nya, cukuplah kalajengking, burung dan tarantula makhluk
kecil yang diutus-Nya.
Kita juga
mengetahui bahwa virus atau bakteri merupakan makhluk micronic yang hanya
dilihat dengan mikroskop. Namun, justeru menjadi penyebab paling banyak manusia
kehilangan nyawa. Singa, harimau, buaya dan binatang buas lainnya memangsa
manusia saat habitatnya terganggu dan tak banyak manusia yang mati karenanya. Allah
juga menaruh obat penyakit pada makhluk yang dianggap remeh dan sepele seperti
cacing, undur-undur, tanaman perdu, dan lainnya.
Manusia merupakan
salah satu makhluk Allah, kita meremehkan mereka karena status sosial-ekonomi,
fisik, dan kondisinya berarti kita meremehkan Tuhanmu. Mereka “rendah” status
sosial ekonominya bukan karena keinginan mereka. Dan Allah bisa menghendaki
siapapun menjadi apapun. Begitu pula kita tidak boleh meremehkan ciptaan
lainnya, tumbuhan, hewan, udara, cahaya, air, tanah, api dan lainnya. Kita
mirip iblis yang meremehkan Adam as., sebab merasa tinggi derajat karena
tercipta dari api dan Adam as., tercipta dari tanah.
Berlatihlah menautkan
dengan Allah bila kita melihat siapa dan apapun. Tak ada ciptaan di dunia ini yang
tak ada penciptanya, dan pencipta sejati adalah Allah. Bila kita bisa melakukan
hal ini, maka kita sudah belajar menyadarkan diri dengan kalimat tauhid “laa
ilaha illa Allah”; tak ada siapa dan apapun kecuali Allah.
Bekasi, 01 Juni 2022
Abdul Basid Khudhori
Tidak ada komentar:
Posting Komentar