Jumat, 03 Juni 2022

Bila Tuhan “tak ada”, piye yo?

Ada ucapan tokoh nasional, “Bila aku dah meninggal, piye yo bangsa ini?”

Pertanyaan tersebut dapat kita dapat menjawab; “Biasa-biasa saja”, seperti jawaban Mas Gibran dalam wawancara talkshow Mata Najwa.

Dalam pertanyaan tersebut dapat terkandung bahwa yang bersangkutan sangat memikirkan bangsa, merasa memiliki kontribusi positif terhadap bangsa atau hanya sekedar akan membandingkan tatkala kelak telah meninggal dapat melihat bangsa ini kacau atau baik-baik saja. Dan pengandaian itu wajar-wajar saja, “wong jik menungso” seperti halnya kita mengandai-andai bisa terbang ke bulan, di surga dan bersenang-senang di dalamnya. Atau sebagai orang tua yang membayangkan kondisi anak-anaknya saat meninggal dunia.

Jangankan seorang mantan presiden yang mengatakan demikian, para nabi as., meninggal Allah memberlakukan keseimbangan dengan mengutus para penggantinya, hingga menggantikannya dengan para ahli ilmu sebagai pewarisnya (al-ulama waratsat al-anbiya’). Tiap generasi ada pemimpinnya dan tiap pemimpin ada generasinya. Berbeda dengan pertanyaan; Bila Tuhan “tak ada”, piye yo?

Kita diajarkan bahwa Tuhan merupakan pencipta (al-khaliq) alam semesta. Keberadaan alam semesta menunjukkan eksisten Sang Penciptanya. Dan semua akan rusak (fana) kecuali Tuhan yang menciptakan. Nah, bila tidak ada Tuhan maka tak kan ada alam semesta dan kita yang menghuni di dalamnya. Saat ini kita ada dan pastilah Tuhan itu ada. Ketiadaannya karena kita yang meniadakan Tuhan.

Saat kita meniadakan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian kita meniadakan diri kita sendiri dan seluruh ciptaan-Nya. Bila ini massif dilakukan oleh manusia maka kerusakan akan terjadi dan semuanya menjadi sirna. Allah dengan sifat jalaliyah-Nya akan menegakkan keadilan yang kita definisikan sebagai kiamat.

Tuhan ada, karena eksistensinya tanpa dipengaruhi makhluknya. Namun, keberadaan makhluk menunjukkan keber-Ada-an Tuhan yang nampak secara inderawi pada ujud makhluk sebagi yang dicipta oleh Tuhan. Dan untuk menjaga kerusakan di bumi, manusia harus menjaga eksistensi ketuhanan dalam iktikad dalam hati, ucapan yang selalu tidak menghilangkan-Nya, dan perbuatan kita sesuai dengan tuntunan-Nya.

Bekasi, 03 Juni 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...