Minggu, 03 September 2023

Masjid adalah Ruh Aktivitas Masyarakat


Dalam lanskaping sosial kemasyarakatan masjid menjadi sentral dari semua aktivitas masyarakat. Kia akan menemukan Masjid Agung, sekolah, alun-alun atau lapangan, pasar dan pusat pemerintahan. Kita bisa melihat sisa-sisa lenskaping tersebut di beberapa kota lama meskipun sudah tidak lengkap, dan sebagian kota sudah merubah tata kota sesuai dengan kondisi wilayahnya. Kenapa susunan lanskaping demikian?

Masjid secara bahasa berarti tempat bersujud (menjalankan shalat), meskipun demikian tempat shalat/sujud tidak serta merta disebut sebagai masjid. Masyarakat Indonesia mengenal mushalla, tajug, langgar, surau sebagai tempat umum shalat berjamaah. Penamaan masjid sendiri beragam, yaitu Masjid Negara, Masjid Nasional, Masjid Agung, Masjid Raya, dan Masjid Masjid Jami’ yang biasanya digunakan untuk shalat Jumat yang membedakan mushalla, tajug, langgar dan surau.

Bersujud dengan makna melaksanakan shalat, seharunya dampaknya dapat mencegah perbuatan keji dan munkar dari pengamalnya (QS. Al-Ankabut:45) yang disebut sebagai bekas sujud (min atsarissujud) seseuai dengan QS. Al-Fath:29. Bekas sujud juga ditafsirkan sebagai bekas fisik, dan juga merupakan wajah yang bercahaya yang membedakan antara ahli shalat dan yang tidak. Masjid sebagai tempat sujud dalam lanskaping tersebut merupakan ruh dari peneyelnggaraan pemerintahan, lembaga pendidikan, pasar, lapangan dan aktivitas lainnya.

Masjid adalah tempat yang dicintai Allah dan pasar adalah tempat yang dibenci Allah swt. (HR. Muslim). Pasar dibenci karena banyak terjadi penipuan, riba, janji palsu dan perbuatan lainnya yang melalaikan Allah. Namun, kita tahu salah satu pekerjaan yang baik adalah menjadi pedagang yang jujur yang dijanjikan surga. Bagaimana ahli shalat melakukan kemaksiatan di pasar, kecuali sujudnya tak membekas dalam perilakunya.

Unsur pemerintahan ada dalam lanskaping tersebut. Pengelolaan pemerintahan untuk keadilan, kemakmuran, kesejahteraan rakyat, dan terhindar dari praktif koruptif dan manipulatif. Seseorang yang selalu terpaut dengan masjid (tunduk kepada Allah) akan mengelola pemerintahan dengan baik dan tak melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah swt. Saat adzan dhuhur, pegawai dan karyawan bisa istirahat dan shalat sebagai recharging ketaatan diri.

Lembaga pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hasil proses pendidikan sudah seharusnya mencetak manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tantangan jaman serta memiliki ketundukan (hasil bersujud), beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Lapangan atau alun-alun dibuat untuk mengumpulkan banyak orang. Pengumuman pemerintah memanfaatkan alun-alun atau lapangan guna mengumpulkan warga untuk mendengarkan keputusan raja, sultan, atau kepala negara/pemerintahan. Lapangan digunakan untuk sarana olah raga, bermain dan keperluan lainnya termasuk menampung shalat di dua hari raya. Pasar dan lapangan tempat aktivitas yang berpotensi melalaikan orang-orang yang berada di pasar dan lapangan. Watak masjid bisa memberikan warning kepada semua pelaku pasar dan lapangan untuk tidak melakukan maksiat atau lalai terhadap Allah swt.

Watak masjid yang membentuk karakter ketundukan dan ketaatan diharapkan mampu menjiwai pemerintahan, pasar, lembaga pendidikan dan alun-alun atau lapangan sehingga tak lalai. Masjid merupakan pemeran yang sangat vital dalam lanskaping tersebut, selain pembentuk karakter juga menjadi alarm ketakwaan dalam menjalankan roda pemerintahan, jual beli di pasar, tujuan pendirian lembaga pendidikan, dan aktivitas lain dalam masyarakat.

Bekasi, 03/09/2023
Abdul Basid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...