(Abdul Basid)
Pendidikan Islam yaitu proses internalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam melalui pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, serta pengembangan potensi, untuk mencapai keselarasan hidup dunia dan di akhirat. Banyak pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan islam. Saya memahami pendidikan Islam sebagai uapaya memberikan pengetahuan dan pemahaman agama (tafaqquh fiddin),
menanamkan keimanan (akidah) dan perbuatan baik atau terpuji (amanu wa ‘amilus shalihat), membentuk moralitas (akhlak al-karimah), dan meninggalkan perbuatan buruk sesuai dengan syariat islam untuk keselarasan dunia dan akhirat (hasanah fiddunya wa al-akhira), menjadi manusia sempurna (insan kamil) atau muttaqin.Pendidikan
agama Islam di sekolah memiliki tujuan kurikuler untuk memberikan pengetahuan
dan pemahaman keagamaan, membentuk akhlakul karimah, memberikan pengalama
pengamalan ajaran agama dan membangun mental damai dan rukun anak didik. Proses
pendidikan dan pembelajaran tak hanya dibatasi oleh tembok dan pagar yang
disebut dengan sekolah/madrasah. Proses pendidikan bisa terjadi di rumah-rumah
guru, majelis taklim, pesantren, masjid, pasar, dan interaksi sosial juga dapat
memberikan pembelajaran bagi yang memiliki sensitifitas seorang ulil albab.
Sekolah tidak
bisa berdiri sendiri dalam mendidik anak-anak, mereka harus bekerja sama membangun
relasi dengan masyarakat dan keluarga. Masjid merupakan salah satu asset
masyarakat memiliki fungsi edukasi, melalui khutbah Jumat dan dua hari raya,
puji-pujian, pepeling, shalawatan, murattal, pengajian rutin,
perpustakaan dan praktik peribadatan serta aktivitas edukatif lainnya.
Dalam kurikulum
pendidikan agama islam, sekolah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
sifat wajib Allah, asma’ al-husna, cerita nabi dan rasul, nama-nama malaikat
Allah, nama-nama nabi dan rasul, rukun islam dan iman, dan hafalan surat-surat
pendek, hafalan hadis, serta menghafal wirid dan doa-doa yaumiyah. Masjid dapat
difungsikan untuk membantu penguatan hafalan dan pengetahuan tentang
materi-materi pendidikan agama yang diajarkan di sekolah, misalnya puji-pujian
tentang asmaul husna, sifat wajib Allah dan rasulnya, nama-nama nabi/rasul dan
malaikat dan puji-pujian yang mengingatkan pada kewajiban kita sebagai muslim
dan doa-doa dalam syair yang dikumandangkan melalui toa masjid/mushalla.
Sekolah
memberikan pengalaman mengamalkan ajaran agama seperti shalat wajib dan sunnah,
puasa dan ibadah lainnya di bulan ramadan, praktik zakat, dan kurban. Sekolah
dapat bekerjasama denangan masjid dan keluarga untuk memantau shalat wajib
berjamaah siswa melalui buku laporan harian shalat yang ditanda tangani orang
tua/wali dan takmir masjid. Siswa membayarkan zakat kepada amil zakat masjid
agar mengetahui niat dan doa serta praktik pembayaran zakat. Bila perlu
dilibatkan dalam mendistribusikan zakat. Dalam memberikan pengalaman pengamalan
peribadatan yang terbaik adalah dengan melibatkan mereka dalam aktivitas
keberagamaan.
Menjalankan shalat
berjamaah merupakan bagian dari pembentukan karakter disiplin, penenuaian
shalat lima waktu bagian dari membangun rasa tanggung jawab, melibatkan anak
dalam kegiatan masjid, seperti mendistribusikan zakat merupakan bagian dari
menjalankan amanah. Pelibatan anak dalam kegiatan orang tua di masjid, dalam rangka
memberikan teladan baik secara langsung yang dicontohkan para takmir dan ustadz
yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Relasi antar
sekolah dan masjid salah satunya diwujudkan dalam sinkronisasi kurikulum
pendidikan agama di sekolah dengan fungsi edukasi masjid/mushalla. Hal itu
harus dilakukan, sebab sekolah hanya mengawasi anak didiknya dari jam 07.00
hingga 14.00 atau sekitar 7 jam di sekolah. Sedangkan 17 jam sisanya anak-anak
ada di rumah dan lingkungan masyarakat. Bila tidak ada relasi dan sinergi yang kuat,
maka pendidikan agama tidak akan berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar