Jumat, 30 Mei 2025

Setelah Mina Kembali Ke Setelan Awal

Mas Yudi terlelap di balik pintu bis
perjalanan Mina ke Maktab

Selama berhaji, kita dilatih untuk menjaga diri dari perbuatan rafats, fusuq dan jidal, faman faradha fihinna al-hajja falaa rafatsa wala fusuqa wala jidaala fi al-hajj. Ketiganya merusak ibadah haji. Rafats meruapakan perkataan atau perbuatan yang mengarah pada nafsu birahi, cabul dan hubungan seksual serta pornografi. Fusuq merupakan perbuatan maksiat (fasik) seperti mencaci-maki, takabbur atau sombong, hasud, zalim, fasad (merusak) atau perbuatan dapat menodai akidah dan keimanannya kepada Allah swt. Jidal, merupakan perbuatan berbantah-bantahan (poro-padu), memicu emosi orang lain, dan merasa diri paling benar. Bila sukses selama empat puluh hari menjaga perbuatan tersebut selama berhaji, Insyaallah akan mendapatkan kemabruran.

Jamaah saat awal sampai di tanah suci, mereka masih santun dengan menahan diri untuk tidak melakukan tindakan atau ucapan yang masuk dalam tiga larangan tersebut. Mereka masih menikmati karunia sebagai dhyufurrahman, untuk santun di rumah tuan ruman (haramain). Mereka juga tidak mau hajinya batal gegara tiga perbuatan tersebut. Gelombang I yang lebih dulu ke Madinah mempersiapkan diri untuk ambil miqat menuju Makkah, semua masih baik-baik saja hingga wukuf di Arafah.

Kondisi yang akan memicu emosi saat bis-bisa mengangkut jamaah dari hotel ke Arafah, alhamdulillah saat itu jamaah rapi antri sesuai yang kita sepakati. Mas Dody dan Mas Azam bilang; “jamaah Kloter Bapak yang paling rapi antri, dibandingkan kloter lain” di sektor 4 Makkah. Orang akan berebut naik ke bis agar cepat sampai di Arafah atau takut ketinggalan.

Hampir ribut, saat rombongan terakhir mau naik bus. Tiba-tiba kondektur mengatakan, pengangkutan jamaah akan dilakukan kembali setelah selesai shalat Jumat (jam 1 siang waktu Makkah). Kita negosiasi tidak berhasil, jamaah kita dorong kembali ke aula hotel untuk persiapan shalat Jumat, sudah pada ngedumel dan saya pura-pura budek saja sambil melayani. Lima menit kemudian bus kembali lagi, kita diminta segera naik, ributlah kembali.

Jamaah     : “bikin capek saja, sudah naik lift disuruh turun lagi”

Jamaah 2  : “sudah, ikuti saja. Nanti malah ketinggalan, tidak ngelah-ngeluh”. Mereka saling mengingatkan sesama jamaah.

Crowdit di Arafah, Musdalifah dan Mina, serta di tengah perjalanan, katerlambatan akomodasi, orang ngga jelas sendiri, jamaah hilang dan faktor lainnya akan memicu emosi jamaah. Para Petugas harus mengendalikan samudera kesabarannya dalam melayani jamaah dengan berusaha maksimal dengan penuh kepasrahan. Mereka masih bisa saling mengingatkan, sebab proses haji itu yaa di Armuzna (wukuf di Arafah, Mabid di Muzdalifah dan Mina).

Selesai Mabid di Mina ada peristiwa menarik, jamaah diangkut enam bis, saya, Ustadz Heri dan Mas Yudhi menjadi tim sapu ranjau. Dalam bis perjalanan ke hotel petugas kesehatan telpon:

Bu Dar     : “Ketua, bus kita nyasar dan masuk satu jalur lorong lawan arah”

                   “Hampir ribut dengan pemilik mobil yang diserempet spionnya”.

Saya         : “Ada siapa saja di rombongan?”

Bu Dar     : “si A, si B, dan lainnya”

Saya         : “Dinikmati saja dan sampai bertemu di hotel dengan selamat”

Bus terakhir lebih dahulu sampai di maktab, dibandingkan bisa kedua yang nyasar dan sedikit drama perjalanan.

Bersungguh-sungguhlah dalam menjaga tiga larangan rafats, fusuq dan jidal selama perjalanan haji anda. Kita akan diuji melalui pasangan, teman, anak, jamaah dari kloter dan negara lain. Penting melakukan kendali diri tiga laranangan tersebut, semoga mendapatkan kemabruran diri dengan ditandai tebaran kebaikan setelah hajian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...