
Pada saat lebaran biasanya ada Kupat, dalam bahasa Indonesia dinamai ketupat. Kupat itu merupakan simbol yang harus ada atau diadakan saat lebaran Iedul Fitri, Kupat merupakan kependekan dari "ngaku lepat" atau pernyataan salah untuk minta maaf kepada sesama untuk mensucikan diri setelah sebulan berusaha untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan.
Kupat juga menjabarkan tentang "laku papat" atau empat perbuatan, yaitu Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan. Lebaran berarti telah usai, setelah menjalani puasa selama sebulan ( di Bulan Ramadhan ), setelah itu dengan harta yang kita miliki haruslah berbagi dengan fakir miskin atau dengan Luberan. Luberan dari kata Luber mendapat imbuhan -an, yang berarti kepenuhan atau wadah tak bisa menampung air lagi sehingga tercecer atau luber. Atau dengan sengaja diluberkan sebagian harta kita untuk yang membutuhkan melalui zakat fitrah dan zakat maal. Budaya silaturrahim yang berubah menjadi silaturrahmi adalah upaya untuk melebur dosa-dosa kita dengan orang tua, kerabat, saudara, teman dan tetangga dengan berhalal bihalal atau kemudian disebut dengan leburan. Setelah (Lebaran) kita beribadah kepada Allah dengan puasa, tarawih, baca Qur'an, qiyamul lail, dan memperbanyak ibadah sunah, berzakat (Luberan), meminta dan memaafkan sesama (Leburan), pada prinsipnya kita telah melakukan Laburan. Artinya kita telah memutihkan diri dan menjaganya hingga bulan Ramadhan berikutnya.
Bila untuk memutihkan tembok (ngapur/nglabur) dengan gamping atau kapur, maka diharapkan dengan ngapuro maka kita memiliki sifat pemaaf ( wal 'afiina an annaas ). Sehingga ngapuro bukan tidak syar'i atau tidak mengikuti sunah nabi saw melainkan itu adalah sebuah pilihan kata yang memiliki makna filosofis yang berdasarkan pada perintah Allah dan teladan nabi saw. (doel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar