Saat kecil kita diajari oleh orang kita untuk
salim. Dalam kamus bahasa Indonesia berarti sehat, sempurna dan tidak rusak. Sementara dalam bahasa arab berarti orang yang selamat (saalimun). Sebuah nilai filosofi yang tinggi telah ditanamkan namun tidak
kita sadari. Yaitu menjadi orang yang selamat (salim), dalam al Qur'an menyebutkan "jangan kalian semua mati kecuali dalam keadaan selamat" atau dalam keadaan muslim ( wala tamutunna illa wa antum muslimuna ).
Kata
salaman (bersalaman) lebih familiar di telinga kita dibanding jabat tangan. Jabat tangan lebih bersifat formal, karena yang melakukan adalah tangan-tangan pejabat sementara embah-embah kita ngajari kita untuk salaman. Bukan
sebuah pilihan kata yang tidak sengaja, melainkan bagaimana kita dapat
menciptakan keselamatan bagi diri, orang lain dan lingkungan.
Salim salaman, hanya mampu dilakukan oleh mereka yang selamat/damai (dirinya) untuk memberikan keselamatan orang lain dan lingkungannya. Tidak sempurna iman kita bila orang lain tidak bisa selamat dari lisan dan perbuatan kita. Dan amanah untuk menjaga agar kita tidak menciptakan kerusakan di muka bumi, setelah terjadi kedamaian. Bagi mereka yang selamat dan tenteram jiwanya, merekalah yang mampu untuk kembali pada Tuhannya.
Jadi, salim merupakan pesan simbolik yang diajarkan oleh embah-embah kita untuk menjaga keselamatan kita dengan bersopan-santun dan menghormat pada yang lebih tua. Salaman biasanya diposisikan antara kita dengan orang-orang yang setara dengan kita sebagai orang dewasa dengan tetap menjaga dan menciptakan kedamaian/keselamatan sesama.(doel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar