Minggu, 13 Desember 2015

Pemimpin Miskin Yang Meninggikan Bangunannya Melupakan Amanat Mendekatkan Kiamat

Berbicara Kiamat merupakan hal yang samar yang merupakan rahasia Allah swt., hingga nabi saw. pun tidak diperkenankan untuk mengungkapkannya - sebagai adab orang yang dipercaya pada kegaiban - hanya menyampaikan tanda-tanda yang semakin nampak tanda-tanda tersebut. Salah satu tanda-tanda kiamat adalah perlombaan meninggikan bangunan oleh para pengembala kambing, sebagaimana tertuang dalam hadits di bawah ini;   

واذاتطاول رعاء البهم فى البنيان فذاك من اشراطها
 "....jika para pengembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan, maka itulah diantara tanda-tandanya (kiamat)". HR. Bukhari-Muslim. 

Dalam riwayat lainnya, Imam Muslim mengungkapkan وأن ترالحفاة العراة العالةَ رِعاءالشاء يتطوّالون البنيان
"Dan engkau menyaksikan orang yang tidak memakai sandal, teanjang lagi miskin yang menggembala domba, berlomba-lomba mendirikan bangunan yang tinggi". 

Trus, siapakah para pengembala kambing/domba tersebut ?
Lahan semakin menyempit, telah didirikan bangunan dan perumahan dan profesi tersebut tidaklah menarik lagi. Bila di kampung, mereka dicari saat ada slametan mitoni (tingkeban) sebagai bocah angon yang membutuhkan bekal ngangon gembalaannya. Bila kita mengingat sirah para nabi, hampir semua dari mereka menjadi pengembala, misalnya Nabi Musa dan Harun a.s, Nabi Dawud as. dengan seruling gembalanya yang merdu, bahkan Nabi Muhammad saw, sedniri pun pernah menjadi cah angon. 

Dalam syair "lir ilir" karya Kanjeng Sunan Kalijaga, disebutkan "bocah angon - bocah angon, penekno belimbing kui" yang kemudian ditafsiri oleh Cak Nun sebagai para pemimpin yang tidak disebutkan secara spesifik dengan Pak Jendral, melainkan semua pemimpin dari tingkat terendah hingga pejabat negara, dari pemimpin masyarakat hingga pemuka agama, yang harus mempertanggung-jawabkan kepemimpinan untuk keselamatan umatnya (kullukum ro'in wakullukum mas'ulun 'an ro'iyatih). 

Dari konteks hadits di atas, bisa jadi mereka (para pengembala) adalah para pemimpin yang mementingkan diri sendiri untuk mendirikan bangunan megah; memperbanyak rumah, korporasi atau dinasti ekonomi tanpa memperhatikan tanggung jawab mereka untuk kemakmuran dan keselamatan umatnya. Mereka hanya berpikir untuk keberlangsungan dinasti keluarga, lihatlah perputaran kepemimpinan negara melalui partai politik bukankah tak beda dengan kerajaan-kerajaan politik yang berkutat pada keturunan darah biru yang layak sebagai pemimpinnya.

Mereka juga "tidak memakai sandal dan telanjang"; artinya untuk mencapai kekuasaan sebenarnya mereka tidak memiliki bekal atau modal untuk menggapainya. Political cost yang tinggi tidak dapat dipenuhi dengan modal dengkul, mereka dibiayai oleh para pengusaha/swasta yang juga berkepentingan untuk keberlangsungan bisnisnya, melalui percaturan politik. Dalam perpolitikan kemudian dikenal politik balas budi atau dagang sapi. Sehingga kita jangan gampang gumun/getun alias keheranan bila terjadi kegaduhan politik yang saling mengunci satu sama lain, politis yang terjerat kasus-kasus tertentu sehingga harus menjadi korban atau dikorbankan atau memang benar-benar menjadi pelaku atas tindakan koruptif. 

Meskipun dalam riwayat lain dipertegas dengan "orang-orang arab", saya lebih memilih bahwa mereka semua adalah para pemimpin yang hanya meminting diri sendiri dan golongan hingga terjadi kerusakan. Nabi saw., dikenal sebagai orang arab Quraisy dan diturunkan di tanah arab, namun merupakan Nabi-nya seluruh umat manusia. 

Dari tanda ini, telah nampak jelas kedekatan kiamat menghampiri kita. Satu persatu yang dianggap mengancam kepentingannya akan berbunyi terompet "ISROFIL" kemudian datang "IZROIL" nya, dan dicabut segala bentuk aktifitasnya. Mereka yang mengganggu kepentingan ekonomi dan bisnisnya akan tumbang hingga menjadi miskin tanpa tahu penyebab dimiskinkannya. Mereka yang bersuara lantang akan dicatat oleh "ROKIB-ATID" nya untuk kemudian harus ditanya oleh "MUNKAR-NAKIR" nya hingga dipertemukan dengan "MALIK"nya untuk memperoleh hukuman atas tindakannya.

Setelah mereka menuhankan diri, maka yang datang adalah kemurkaan Allah yang sesungguhnya dengan mengutus IMAM MAHDI dan Nabi ISA a.s, untuk menghalau watak DAJJAL berbalut "TUHAN" kekuasaan dan menolong orang-orang yang masih memiliki keimanan dalam dada mereka. Hingga kemudian hancurlah dunia dan isinya karena ulah-ulah para pemimpin yang tidak amanah dalam kepemimpinannya.

Jadilah pemimpin yang amanah untuk kemakmuran umat, sehingga kiamat dapat menjauh. Walau hanya satu tanda yang dapat kita halau, paling tidak kita sudah berusaha untuk menjadi pemimpin yang baik sesuai dengan tuntunan agama.

Kegaduhan Freepot......Untuk Siapa ?

Kegaduhan yang terjadi antara Pak Setya Novanto, Pak Sudirman Said, dan Pak Luhut P serta MKD, bahkan hingga harus melibatkan Kapolri (Polri) dan Jaksa Agung (Kejaksaan) yang seharunya tak perlu terjadi. Mereka adalah bagian dari penyelenggara negara yang sangat tahu tugas dan tanggung jawabnya. Kenapa hal itu terjadi dan siapa yang diuntungkan ?

Saya sendiri tidak tahu bapak-bapak ini baik, terhormat, sesuai perundangan atau tidak karena saya tak pernah mengukurnya. Yang jelas bapak-bapak ini bagian dari penyelenggara negara yang tentunya telah melewati berbagai feet and proper test sehingga layak menyandang jabatan yang diembannya untuk menjalankannya secara amanah. Mereka tidak patut (kurang etis) mempertontonkan dagelan yang tidak lucu, yang membuat masyarakat semakin "tidak percaya" pada negara.  Harusnya mereka melepaskan egoisme, dan golongan, serta kompak untuk kemakmuran dan keamanan  bangsa sebagai seorang negarawan. Tak usah menyangkal dengan "ini kan dalam rangka mengurusi bangsa". Bulshit !!! untuk apa mengatakan demikian tanpa ada tindakan berarti, membuat kemurkaan Allah saja. Sejak Pemilu 2014, terlihat manuver-manuver yang tampak terkotak-kotak dan saling serang.

Bukankah Bhineka Tunggal Ika yang menjadikan keutuhan NKRI ? bila partai politik kita sebut sebagai ragam perbedaaan dari asal muasal mendapatkan jabatan dan kedudukan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, DPR, Menteri, dan Jabatan lainnya maka seharusnya mereka mampu melaksanakan falsafah Bhineka Tunggal Ika untuk kemajuan bangsa untuk memberikan contoh pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah/kuliah.

Pak Ma'roef S dan Pak Riza Chalid dapat kita sebut sebagai perwakilan pengusaha (swasta), yang berkepentingan untuk keberlangsungan usahanya di Indonesia. Dan mereka membutuhkan penyelenggara negara untuk menjamin keberlangsungannya. Swasta membutuhkan kenyamanan dalam menjalankan usahanya dan negara memperoleh pajak, serapan tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran, penataan daerah sekitar perusahaan, jaminan ketidak-rusakan lingkungan yang diakibatkan dari pencemaran limbah dan lainnya.

Bila perpanjangan kontrak freepot harus dilakukan dua tahun sebelum habis kontrak sebelumnya, maka negara (Pemerintah dan DPR) harus menyiapkan regulasi berbasis kemakmuran masyarakat bukan memperlihatkan polemik antara keduanya. Orang-orang yang berpolemik akan sulit menyelesaikan pekerjaannya, karena disibukkan polemik tersebut yang seakan menyiratkan ada kepentingan-kepentingan yang "bukan untuk rakyat". 

Trus, untuk siapa !!??
Kita tunggu saja, semoga Allah membuka hati para penyelenggara negara untuk memakmurkan rakyatnya.

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...