Pesantren
memiliki lima unsur yaitu; Kiai, Santri, Masjid, Kitab Kuning (kurikulum), dan
pondok sebagian menambahkan adanya maqbarah para muassis (makam pendiri). Pesantren
dikenal dengan kemandiriannya, terintegrasi dengan masyarakat, dan tidak
menggunakan pendekatan klasikal melainkan sorogan dan bandongan serta menganut
ketuntatasan dalam pembelajaran (mastery
learning). Ciri lain
pesantren adalah moderat, mengajarkan cinta tanah air dan bangsa serta
menghargai keragaman. Dalam perkembangannya, pesantren dibedakan dengan
pesantren modern (kholaf) dan tradisional (salaf/slafiyah). Pesantren modern memadukan
antara pendidikan umum dan kajian kitab kuning sedangkan pesantren tradisional
(salaf/salafiyah) hanya kajian kitab kuning. Apakah ciri-ciri dan karakter ini
bisa diimplementasikan dalam lingkungan yang lebih luas dan komperhensif, yaitu
di Desa.
Secara
umum, desa memiliki masjid jami’ dan mushalla-mushalla di RT atau RW. Desa memiliki
Kiai Kampung, dan ada tradisi keagamaan yang melekat di masyarakat. Di desa
terdapat pengajian al-Quran, TPQ, Madrasah Diniyah, dan pengajian rutin. Pendidikan
dilakukan dari anak usia dini hingga usia lanjut. Rumah penduduk merupakan
pondok/kobong santri (masyarakat). Desa juga memiliki satuan pendidikan umum
seperti Pendidikan anak usia dini (KB & TK/RA), SD/MI, dan sebagian memilki
SMP atau MTs.
Untuk
mengaplikasikan karakter pesantren dalam kehidupan masyarakat, harus didesain
bersama, menyusun visi dan misi bersama serta mendesain kurikulum bersama. Desain
kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, anak-anak,
remaja, dewasa hingga usia lanjut baik keagamaan maupun pendidikan umum
sehingga ada keseimbangan antara kebutuhan keagamaan dan pendidikan umum. Untuk
diimplementasikan di desa, lebih cocok menggunakan karakteristik pesantren kholaf
(modern).
Selain
kurikulum dan vokasi/keterampilan, membutuhkan pemimpin spiritual (kiai) yang disegani
oleh masyarakat disamping penguasaan kitab kuning. Penirian Pesantren Desa
membutuhkan pemimpin struktural yang kuat dan bisa merangkul seluruh lapisan
masyarakat serta mampu bekerjasama dengan pemimpin spiritual untuk membuat kebijakan
yang mendukung pembentukan sebuah desa pesantren atau desa madani atau qaryah
thayyibah dalam bingkai pesantren.
Membangun
masyarakat pesantren tidak semudah mendirikan bangunan pesantren penuh
fasilitas kemudian membuka pendaftaran para guru, santri dan pelaksanaan
pembelajaran. Tradisi baik dalam pesantren yang akan dipraktikkan dalam
lingkungan masyarakat yang heterogen membutuhkan waktu dan pendekatan serta kekuatan
spiritualitas pemimpin desa. Desain kurikulum terpadu antara pendidikan umum
dan keagamaan harus linier dengan praktik keagamaan serta teladan dari tokoh
masyarakat dan tokoh agama.
Bila
kepala desa dianggap sebagai lurah pondok, maka dia harus bertanggung jawab
mengawal masyarakat (santri) belajar dan mempraktikkan keagamaan dengan baik.
praktik keagamaan tidak hanya shalat jamaah, shalat sunnah, zakat, puasa, dan
ibadah lainnya termasuk akhlakul karimah masyarakat. Tokoh agama harus menjadi
teladan dan sumber ilmu bagi masyarakat. Santri (masyarakat) yang menyalahi
adat istiadat atau etika kemasyarakat terkena hukuman sosial (takzir), maka para
pemimpin harus berintegritas serta mampu menjadi teladan.
Di
pesantren, semua santri yang hadir atau dipaksa hadir oleh orang tuanya harus
memiliki satu tujuan yaitu menuntut ilmu dan mengikuti tata aturan dalam
pesantren. Nah, masyarakat desa harus membangun kepentingan dan tujuan bersama,
yang akan memudahkan dalam membentuk Pesantren Desa tersebut.
Pesantren
Desa bukanlah sebuah projek sesaat, melainkan membangun masyarakat dengan mengimplementasikan
nilai-nilai yang dikembangkan pada pesantren. Nabi Muhammad saw, bisa mendirikan
kota Madinah dengan pemerintahan yang penuh teladan kenabian dan petunjuk (al-Quran).
Kita tidak memiliki effort prophetic, yang dapat kita lihat adalah praktik yang
dilakukan para kiai yang mengasuk pesantren dengan ciri-ciri di atas yang dimungkinkan
dapat dikembangkan dalam lingkungan masyarakat yang beragam.