
Orang-orang
kampung dahulu bila terjadi gerhana, menganggap matahari dimakan Graono
atau Buto sehingga apapun ditabuh untuk menakut-nakuti. Untuk
menghindarkan kebutaan, anak-anak diminta untuk masuk "longan" atau
kolong tempat tidur. Sebagian orang yang paham agama mengajak masyarakat
untuk berdoa dengan menjalankan shalat gerhana (kusuf al syamsi). Dalam mitos lainnya, Bathara Surya dimakan Bathara Kala kemudian diselamatkan oleh Bathara Guru.
Bagaimana bila mata hati kita yang dimakan Graono ?
PETENG, hingga tak dapat memantulkan cahaya, tak bisa menerima taufik dan hidayah Allah. Bila hati tertutup, mata dan telinga pun tak bisa berfungsi dengan baik untuk mendeteksi ayat-ayat Allah. Graono yang meredupkan cahaya hati adalah penyakit hati ~ nafsu, syahwat, iri, dengki, hasud, takabbur, amarah, ghibbah, dan lainya ~ serta maksiat yang dipelihara.
PETENG, hingga tak dapat memantulkan cahaya, tak bisa menerima taufik dan hidayah Allah. Bila hati tertutup, mata dan telinga pun tak bisa berfungsi dengan baik untuk mendeteksi ayat-ayat Allah. Graono yang meredupkan cahaya hati adalah penyakit hati ~ nafsu, syahwat, iri, dengki, hasud, takabbur, amarah, ghibbah, dan lainya ~ serta maksiat yang dipelihara.
Tabuhlah genderang perang melawan mereka, ajaklah seluruh organ tubuh
kita untuk bangkit mengusir Graono Matahati dengan tidak memelihara
(meninggalkan) seluruh sifat-sifat dan perbuatan kita yang mendatangkannya. Bahkan jangan
memasukkan syubhat dalam darah dan daging kita. Dan beristiqomah dalam
ibadah wajib dan mencintai ~ dengan mengerjakan ~ yang sunah.
Sehingga Matahati akan
terang benderang, memancar dalam wajah dzahir yang sumringah. Santun perangaimu, halus dalam bertutur kata dan melangkah dengan keberanian tanpa ragu tanpa rasa takut kecuali dengan
Yang Maha Satu. (dz al Qishud 11/03/2016 juga ditulis di facebook Q Sodrun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar