Doel mesan Go-Jek, internetnya muter-muter
lama,....eh ternyata ga nyadar kuota internet
habis. Keluar dari stasiun, doel gugup dan cepet-cepet nyari angkutan
umum sambil cengar-cengir menahan sesuatu. Akhirnya dapatlah angkot 01 jurusan
Terminal Bekasi – Pulo Gadung.
“Ah,...alhamdulillah, legaaa,....”, Doel sudah
dapat angkutan meskipun duduknya ingsat-ingsut tak tenang.
Di dalam elf jurusan Pulo Gadung, ada beberapa penumpang
termasuk ada 3 perempuan yang mengejar waktu untuk masuk kerja, ada bapak-bapak
usia 50-an yang menenteng tas sepertinya akan pulang kampung menuju terminal
Pulo Gadung, ada dua pemuda dengan pakaian seperti anak punk, kuping ditindik,
rambut acak-acakan belum mandi, jaket kumel dan memegang rokok.
Tiga perempuan sedari awal sudah menutup hidungnya dengan
masker, dan telapak tangannya karena bau asap rokok. Tak lama elf berjalan
sekitar lima menit terdengar suara “brrrooooottt,..” semua penumpang
memandang kearah doel yang cengar-cengir sambil bilang; ”Maaf yaaa,
kelepasan,...heee”.
Segeralah tercium bau metan dan sulfur yang cukup menyengat,
ada yang membuka jendela angkot, ada yang menutup hidungnya dan kedua pemuda
punk tersebut, mengumpat; ”ga sopan,...ngentut sembarangan. Turun apa,....atau
ditahan, mana baunya ga enak”. Dan yang lain menunjukkan sikap kurang aneh dan
jorok dengan kentut sembarangan di ruang publik.
Doel kentut sembarang dianggap tak memiliki sopan santun, tak
beretika, tak bermoral dan tak beradab....(sama yaa..hee). Bisa jadi tidak etis
kentut sembarangan itu karena tempat keluarnya dari dubur, sama dengan tempat
keluarnya feses (tai). Banyak orang yang tak bisa kentut harus ke dokter
hingga masuk rumah sakit agar dapat ngentut kembali. Dalam komunitas
suku anak dalam di Bukit Dua Belas Jambi, kentut sembarangan bukan termasuk
sebuah konsensus melanggar moral atau etika.
Kentut di Wikipedia disebut flatulensi, yaitu
keluarnya gas dari anus atau dubur akibat akumulasi gas. Kentut mengandung senyawa
nitrogen, oksigen, metan, karbondioksida, hidrogen dan lain-lain. Kentut
disebabkan oleh kandungan udara dalam makanan, makan terburu-buru, minum
softdrink, tekanan udara rendah, dan masuk angin. Setahu saya belum ada
peraturan yang mengatur tentang per-kentut-an, seperti halnya larangan merokok
di tampat umum.
Merokok di tempat umum seperti di angkot dan ruang publik (public
area) masih banyak dilakukan tanpa mempertimbangkan ada perempuan (hamil),
anak-anak, orang sakit atau orang yang tidak suka merokok. Perokok pasif lebih
terdampak terhadap nikotin dibandingkan dengan perokok aktif. Ada pula perokok
yang menggerutu bahkan marah saat ditegur karena pertimbangan di atas. Mereka masih
menganggap lumrah, padahal belum tentu dalam public area semua orang
memaklumi kepada para perokok.
Kentut dan merokok baiknya tidak dilakukan sembarangan. Ngentut
sembarangan dianggap sebagai sebuah tindakan yang kurang etis, dianggap jorok
dan orang jijikan bisa cepat muntah dengar kentut, lebih-lebih bau methan (NH4)
campur sulfur (S). Meskipun kentut menjadi anugerah bagi pengentutnya,
karena ada masalah dengan perutnya. Sementara ketidakterimaan terhadap tindakan
merokok sembarangan lebih dikarenakan pertimbangan dampak terpapar asap rokok
tidak menyehatkan, bau asap rokok mengganggu penampilan seseorang (perempuan) karena
bau asap rokok. Yuuk belajar beretika dalam segala tindakan kita, mengingat
akar keagamaan kita adalah perilaku yang baik, akhlak al karimah, moral dan
budi pekerti luhur.(AB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar