Kamis, 13 Desember 2018

Ah Ngentut,...Tak Sopan !!


Doel mesan Go-Jek, internetnya muter-muter lama,....eh ternyata ga nyadar kuota internet  habis. Keluar dari stasiun, doel gugup dan cepet-cepet nyari angkutan umum sambil cengar-cengir menahan sesuatu. Akhirnya dapatlah angkot 01 jurusan Terminal Bekasi – Pulo Gadung. 

“Ah,...alhamdulillah, legaaa,....”, Doel sudah dapat angkutan meskipun duduknya ingsat-ingsut tak tenang. 

Di dalam elf jurusan Pulo Gadung, ada beberapa penumpang termasuk ada 3 perempuan yang mengejar waktu untuk masuk kerja, ada bapak-bapak usia 50-an yang menenteng tas sepertinya akan pulang kampung menuju terminal Pulo Gadung, ada dua pemuda dengan pakaian seperti anak punk, kuping ditindik, rambut acak-acakan belum mandi, jaket kumel dan memegang rokok.

Tiga perempuan sedari awal sudah menutup hidungnya dengan masker, dan telapak tangannya karena bau asap rokok. Tak lama elf berjalan sekitar lima menit terdengar suara “brrrooooottt,..” semua penumpang memandang kearah doel yang cengar-cengir sambil bilang; ”Maaf yaaa, kelepasan,...heee”. 

Segeralah tercium bau metan dan sulfur yang cukup menyengat, ada yang membuka jendela angkot, ada yang menutup hidungnya dan kedua pemuda punk tersebut, mengumpat; ”ga sopan,...ngentut sembarangan. Turun apa,....atau ditahan, mana baunya ga enak”. Dan yang lain menunjukkan sikap kurang aneh dan jorok dengan kentut sembarangan di ruang publik. 

Doel kentut sembarang dianggap tak memiliki sopan santun, tak beretika, tak bermoral dan tak beradab....(sama yaa..hee). Bisa jadi tidak etis kentut sembarangan itu karena tempat keluarnya dari dubur, sama dengan tempat keluarnya feses (tai). Banyak orang yang tak bisa kentut harus ke dokter hingga masuk rumah sakit agar dapat ngentut kembali. Dalam komunitas suku anak dalam di Bukit Dua Belas Jambi, kentut sembarangan bukan termasuk sebuah konsensus melanggar moral atau etika.
Kentut di Wikipedia disebut flatulensi, yaitu keluarnya gas dari anus atau dubur akibat akumulasi gas. Kentut mengandung senyawa nitrogen, oksigen, metan, karbondioksida, hidrogen dan lain-lain. Kentut disebabkan oleh kandungan udara dalam makanan, makan terburu-buru, minum softdrink, tekanan udara rendah, dan masuk angin. Setahu saya belum ada peraturan yang mengatur tentang per-kentut-an, seperti halnya larangan merokok di tampat umum. 

Merokok di tempat umum seperti di angkot dan ruang publik (public area) masih banyak dilakukan tanpa mempertimbangkan ada perempuan (hamil), anak-anak, orang sakit atau orang yang tidak suka merokok. Perokok pasif lebih terdampak terhadap nikotin dibandingkan dengan perokok aktif. Ada pula perokok yang menggerutu bahkan marah saat ditegur karena pertimbangan di atas. Mereka masih menganggap lumrah, padahal belum tentu dalam public area semua orang memaklumi kepada para perokok. 

Kentut dan merokok baiknya tidak dilakukan sembarangan. Ngentut sembarangan dianggap sebagai sebuah tindakan yang kurang etis, dianggap jorok dan orang jijikan bisa cepat muntah dengar kentut, lebih-lebih bau methan (NH4) campur sulfur (S). Meskipun kentut menjadi anugerah bagi pengentutnya, karena ada masalah dengan perutnya. Sementara ketidakterimaan terhadap tindakan merokok sembarangan lebih dikarenakan pertimbangan dampak terpapar asap rokok tidak menyehatkan, bau asap rokok mengganggu penampilan seseorang (perempuan) karena bau asap rokok. Yuuk belajar beretika dalam segala tindakan kita, mengingat akar keagamaan kita adalah perilaku yang baik, akhlak al karimah, moral dan budi pekerti luhur.(AB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...