Selasa, 27 Desember 2022

KOREAN MOVIES: BELAJAR DARI GURU NA DAN PREMAN JANG-HO

Korean Movies (2013)
Saat mengisi waktu luang menyempatkan diri menonton film Korea berkisah tentang seorang anggota gangster yang bernama Jang-Ho. Dia merupakan yatim piatu yang tinggal dan besar dengan neneknya. Sejak kecil dia suka menyanyi, hingga suatu ketika dia dibelikan CD (compact disc ya, bukan yang dipakai kamu sehari-hari) musik neneknya. Sejak saat itu Jang-Ho sangat menyukai menyanyi. Neneknya meninggal, dan tidak ada yang peduli dengan kematian neneknya. Sementara dia melihat para pejabat yang meninggal dunia, dinyanyikan dengan meriah. Sejak saat itu tekadnya membara untuk menyanyikan lagi Neussun Dorma bila kelak menjadi penyanyi terkenal.

Kehidupan sebatang kara menjadikan dia hidup menjadi anggota gangster. Malam dia menjadi preman, esoknya dia bersekolah untuk meraih cita-citanya. Sudah empat kali dia dikeluarkan dari sekolah karena preman. Karena dia merupakan preman yang menguasai wilayah termasuk tempat sekolahnya. Kepala sekolah menerima Jang-Ho menjadi muridnya untuk membantu mengasah vokalnya.

Kepala Sekolah mempunyai seorang guru musik yang memilki kemampuan luar biasa di bidang musikal. Dia gagal menyanyikan Nessun Dorma dalam sebuah kompetisi karena mengidap kanker tenggorokan. Guru tersebut adalah Guru Na. Jang-Ho meski bisa menyanyi orkestra namun dia tidak pernah mengerti tangga nada. Karena Jang-Ho preman, Guru Na selalu menolak untuk mengajarinya. Hingga akhirnya, Jang-Ho diminta ke rumah Guru Na untuk menyanyikan satu lagu. Guru Na mangakui kemampuan menyanyi Jang-Ho, namun masih menyembunyikan penilaiannya.

Pekerjaan sebagai anggota gangster akan selalu bersentuhan dengan perkelahian dan saling membunuh antara anggota geng yang satu dengan lainnya. Anggota gangster akan tunduk dan patuh kepada kelompoknya, bila keluar dari anggota nyawanya bisa terancam. Guru Na merelakan salah satu kakinya untuk membebaskan Jang-Ho dari keanggotaan gangster. Cang-Shu sebagai kepala preman distrik merasa iba, dan mebantu Jang-Ho agar konsentrasi sekolah untuk meraih mimpinya.

Sejak pertama kali mendengar Jang-Ho menyanyi di rumahnya, Guru Na sudah mengetahui bakat Jang-Ho dan kelak akan sukses. Jang-Ho dilatih, diikutkan dalam kompetisi bergengsi. Jang-Ho terlambat hadir di kompetisi tersebut karena di serang oleh sekelompok preman lain. Guru Na meminta ijin kepada dewan Juri agar diijinkan untuk menyanyikan sebuah lagu (Nessun Durma). Jang-Ho diberi kesempatan untuk menunjukan kemampuannya menyanyikan lagu dari Luciano Pavarotti tersebut.

Dua hal yang sangat menarik dari film tersebut, yaitu seorang Guru Na dan Preman Jong-Ma. Pertama, milhat karakter Guru Na, guru baiknya memiliki naluri kuat terhadap bakat dan masa depan anak didiknya, meski baru berinteraksi. Kemudian mendidik dan membimbingnya hingga sukses. Guru juga membentuk moral anak, membebaskan mereka dari ancaman jerat bad attitude dari lingkungan yang tidak baik. Pengalaman berkompetisi, relasi dan prestasi guru akan lebih mudah mengantarkan anak didiknya menuju sukses. Saya kira masih banyak sosok guru seperti halnya Guru Na. Guru melainkan semangat perjuangannya untuk prestasi dan menanamkan moral baik anak didiknya.  

Kita bisa menemui sosok Guru Na di pesantren-pesantren. Seorang Kiai akan mengetahui murid-muridnya kelak selepas dari pesantren. Kiai akan mendidik, membimbing dan memberikan bekal karakter yang kuat pada santrinya tersebut. Banyak kisah yang kita dengar tentang hal tersebut, salah satunya dari Gus Mus yang menceritakan seorang Kiai yang meminta nama-nama santrinya yang “nakal”, yang akhirnya para santri dari daftar nama tersebut menjadi orang-orang ahli ilmu. Kemampuan Kiai melihat gambaran (over view) dan usulan proposal kepada Allah Swt. ini harus dimiliki oleh para pendidik di satuan pendidikan lainnya.

Kedua, kita bisa belajar dari Jong-Ma yang tetap memiliki semangat kuat meraih cita-citanya. Menjadi anggota gangster yang telah dipercaya oleh bos dan kepala distrik dapat memiliki kuasa dan berwibawa diantara anggota lainnya. Dia tetap menyempatkan diri untuk belajar dan mengejar impiannya yang sempat tertunda. Jong-Ma bisa merubah dirinya dari anggota preman menjadi orang biasa yang patuh terhadap gurunya. Dengan kata lain untuk menjadi baik banyak jalan bila kita menghendaki dan mengupayakannya seperti Jong-Ma.

Tak sedikit kita melihat orang-orang yang masih tetap sekolah untuk meraih cita-cita atau memperbarui nasib sinambi kerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Namun masih banyak juga anak-anak yang enggan sekolah dan memilih bekerja karena kondisi perekonomian keluarga mereka. Atau mengalami traumatik saat sekolah, sehingga mereka tidak ingin mengingat traumatisnya tersebut.

Film Korea yang menceritakan Guru Na dan Jang Ho berjudul My Pavarotti (2013). Bagi saya, film ini sangat inspiratif untuk diambil nilai-nilai atau pelajaran. Saya hanya menuliskan kesan saya setelah menonton film tersebut dan membagikan melalui tulisan ini. Bila tulisan ini bermanfaat, maka bukan penulis atau isi tulisan ini, melainkan Allah Swt yang menggerakkan anda mengambil manfaat dari tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...