ToA merupakan salah satu merek speaker, namun masyarakt telah mengenal corong pengeras dengan ToA. Penemu pertama speaker adalah Peter L. Jensen berkebangsaan Jerman pada tahun 1886 M dan diteruskan oleh Thomas Graham Bell dengan speaker elektrik. ToA Corporation adalah perusahaan produsen perangkat teknologi komunikasi yang berkantor pusat di Minatojima-Nakamachi. Didirikan oleh Tsunetaro Nakatani pada tahun 1934 dengan nama TOA Electronic Manufacturing Company yang memproduksi pengeras suara dan mikrofon yang mengacu pada tiga konsep, yaitu keamanan dan keselamatan, informasi dan komunikasi, serta audio profesional.
ToA dimanfaatkan
masyarakat muslim sebagai pengeras suara adzan. Dulu, Sahabat Bilal tidak
menggunakan ToA saat mengumandangkan adzan di masa nabi saw. ToA juga digunakan
sebagai penanda warga masyarakat mengadakan hajatan, pernikahan atau sunatan
sebelum kemudian menggunakan speaker kotak. Di masjid menggunakan dua speaker,
yaitu dalam dan luaran. Yang di luaran menggunakan speaker ToA yang memiliki
jangkauan yang lebih jauh dan luas.
Speaker masjid
dapat didesain untuk mendidik anak-anak dan masyarakat desa. Selain adzan,
puji-pujian atau selawatan atau pepeling dapat disampaikan melalui speaker
masjid. Waktunya setelah atau sesudah adzan shalat lima waktu. Kidung (nyanyian)
digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah, misalnya Kidung Rumekso ing Wengo
Sunan Kalijaga dan kidung-kidung lainnya yang memiliki pesan dakwah.
Banyak puji-pujian,
selawat atau kidung yang bisa didesain untuk memberikan penguatan pemahaman
keagamaan dan hafalan bagi anak-anak dan masyarakat desa, seperti; sifat wajib
Allah, sirah nabawi, pepeling, murattal dan bentuk lainnya. Sehingga dalam
melantunkan selawat atau puji-pujian tidak ngasal. Seperti halnya Sunan
Kalijogo mendesain wayang kulit atau kidung untuk menyampaikan pesan agama.
Puji-pujian
atau murattal yang dikumandangkan di masjid/mushalla sebagai proses encoding
dengan memasukkan informasi dalam ingatan melalui ToA. Untuk menguatkan daya
ingat dalam jangka panjang (long term memory), maka proses encoding
harus dilakukan secara berulang sehingga proses penyimpanan (storage)
lebih cepat. Bila informasi tersebut tersimpan dalam memory yang sangat kuat,
maka untuk mengulang kembali informasi tersebut (retrieval) akan lebih
mudah. Encoding – storage – retrieval, merupakan proses tahapan dalam
menghafal menurut Atkinson. Mengulang-ulang puji-pujian tertentu merupakan
bagian proses penguatan hafalan yang dalam teknik menghafal al-Quran disebut murajaah
melalui suara yang diperdengarkan oleh ToA masjid/mushalla.
Upaya ini
tentunya harus ada niatan dari takmir masjid, budaya masyarakat, dan sinkronisasi
masjid dengan elemen masyarakat. Takmir atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM)
harus menyusun kurikulum puji-pujian/selawatan/doa/pepeling dan pengaturan
jadwalnya. Niatan mendidik jangan sampai menimbulkan gesekan dengan masyarakat
karena budaya puji-pujian di masjid. Kerjasama takmir/DKM dilakukan untuk
mensinkronkan antara program masjid dengan lembaga pendidikan dan masyarakat.
Jakarta, 31/08/2023
Abdul Basid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar