Ramadhan merupakan bulan istimewa dimana al-Qur’an diturunkan (nuzul al-Qur’an). Quran merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dan bernilai ibadah bila umat muslim membacanya. Untuk meraih keberkahan di Ramadhan kita mendengar tadarus di masjid dan mushalla, kajian tafsir, dan pembacaan kitab-kitab tafsir di lingkungan pesantren tertentu (pasanan).
Nabi Muhammad saw merupakan khatamin nabiyyin (penutup para nabi), diutus untuk rahmat semesta alam (wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin) tak dibatasi pada umat tertentu seperti umat lain yang disebutkan seperti Bani Israil, Kaum ‘Aad, dan lainnya. Alquran yang dterima juga menjelaskan kondisi dan peribadatan umat sebelumnya. Mereka yang beriman dan beramal shaleh serta tidak menyekutukannya (bertauhid), akan diberikan pembalasan mulia (jannah). Sebaliknya, mereka yang kufur dan mengingkari ajaran tauhid yang dibawa para nabi-Nya, akan memperoleh balasan kesengsaraan (an-naar).
Dalam QS. Al-Baqarah: 185 disebutkan bahwa al-Quran sebagai petunjuk
bagi manusia (hudan linnaas), penjelasan-penjelasan (bayyinat)
dan pembeda antara hak-batil (al-furqan). Kata manusia, al-naas,
al-ins, al-insan, basyar, dan bani adam yang memiliki makna manusia,
meski dalam nuansa yang berbeda. Kata al-naas disebut 241 kali yang tersebar
dalam 55 surat, kata bani adam disebut 7 kali, kata al-insan/al-ins disebut 73
kali dalam 43 surat, kata al-basyar disebut 35-37 kali dalam al-Quran.
Dari dua indikator tersebut, al-Quran bukan kitab suci yang secara
khusus diperuntukkan bagi umat islam seperti kitab-kitab terdahulu yang
diturunkan kepada ummat tertentu. Ummat islam wajib mengetahui, memahami dan
mengamalkan isi dan kandungan al-Quran sesuai tuntunan Nabi saw, para sahabat,
dan para pengikutnya (tabiin). Di era kini, kita harus mengikuti para ahli ilmu
yang allamah sebagai pewaris para nabi (al-ulama waratsatul an-biya’)
yang otoritatif.
Sedangkan ummat lain yang ingin mengkaji dan mendalami isi al-Quran
adalah sah-sah saja, mereka juga disebut dalam al-Quran sebagai Bani Adam atau
manusia. Ummat Islam harus mengurangi kecurigaan yang mendalam terhadap mereka
yang ingin mendalami al-Qur’an. Allah juga telah menyatakan bahwa Dia yang akan
menjaga kemurnian al-Qur’an yang diturunkannya (nahnu nazzalna al-dzikra
wainna lahu lahafidzun: QS. Al-Hijr: 9).
Mereka yang mendalami al-Qur’an untuk mengkaji petunjuk dengan memiliki
motiv keilmuan tertentu seperti sains, kedokteran, astronomi, dan lainnya.
Sedangkan beberapa penceramah kita hanya menyatakan bahwa al-Quran adalah kitab
yang memberikan solusi atas problematika kehidupan tanpa memberikan guidance
secara detail bagi generasi muda dalam mengeksplorasi al-Quran melalui
kitab-kitab tafsir yang dikoneksikan dengan keilmuan secara umum. Beberapa
temuan ilmiah dapat diawali dari rasa ingin mengetahui dai informasi yang
disampaikan dalam al-Qur’an (petunjuk) dan kitab-kitab tafsirnya seperti
tentang lebah, nyamuk dan lainnya.
Kita sebagai muslim harus bangga terhadap al-Quran, dengan mempelajari, memahami dan menjalankan isi dan kandungannya. Bisa juga memperdalam kajian yang dikaitkan dengan disiplin keilmuan tertentu yang kita miliki sehingga keimanan dan ketakwaan kita akan lebih mendalam. Al-Quran selain petunjuk pada jalan lurus (shiratal mustaqim) yang menjadi pedoman hidup (way of life) juga petunjuk untuk pengembangan keilmuan bagi manusia secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar