Sabtu, 15 Maret 2025

Al-Quran "Petunjuk" Riset PTKI

Ramadhan merupakan bulan diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia (hudan linnas), dan penjelasan-penjelasan (al-bayyinat) serta pembeda hak dan batil (al-furqan). Lafadz huda dalam al-Quran terdapat 73 derivasi dalam enam bentuk. Huda menurut al-Maraghi, bermakna agama dan petunjuk. Quraish Shihab berpendapat lafaz huda bermakna hidayah ilahi, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, hidayah, taufik dan ajaran Islam (Furqan & Ridhatillah: 2022).

Pengertian petunjuk (hudan) sebagai taufik, hidayah atau ajaran Islam, sebab al-Quran diturunkan sebagai pedoman/petunjuk untuk mencapai derajat muttaqin dengan bertauhid dan beramal shalih, tidak lain tidak bukan. Bolehkah kalimat “hudan” ini kita gunakan sebagai petunjuk dalam menguatkan keimanan kita dengan memperdalam riset dan kajian yang telah diinformasikan dalam al-Qur’an.

Di dalam al-Quran ada ayat-ayat kauniyah yang membahas tentang alam semesta, ciptaan Allah, dan fenomena alam. Al-Quran juga mengandung nilai-nilai sosial seperti toleransi, keadilan, musyawarah, kerjasama, kepedulian sosial, dan lainnya. al-Qur’an juga menyinggung persoalan ekonomi, kesejahteraan, sejarah peradaban dan keilmuan lainnya.

Al-Qur’an sebagai guidance bukan cocokologi atas claim-claim tertentu tanpa ada pendalaman riset dan kajian yang mendalam. Kita memiliki kecenderungan melakukan claim atas riset dan temuan ilmuan sekuler atau liberal yang dirasa cocok dengan isi dan kandungan al-Quran. Kita sudah mendeclaire bahwa al-Quran sebagai pedoman hidup, tetapi tidak menjadi pijakan rasa penasaran tentang kandungan sebagai petunjuk dalam segala lini kehidupan.

Para ilmuan muslim dahulu merupakan sosok yang integratif dalam keilmuan. Pemahaman agama adalah dasar, sementara mereka memiliki keahlian di bidang lainnya. Aviceina atau Ibnu Sina seorang muslim yang memiliki pemahaman agama yang baik, sebagai filsuf, peletak dasar ilmu kedokteran, dan memahami astronomi. Muhammad bin Musa Al-Khawarijmi, seorang ilmuan penemu al-jabar (matematika), sebagai filsuf, astronomi, astrologi, dan geografi. Masih banyak ilmuan di era keemasan Islam yang memiliki ragam disiplin ilmu.

Di era pecahan ilmu, agama dipecah dalam berbagai jurusan dan program studi akan lebih baik menyatukan riset dan kajian dalam multi disipli ilmu. Bila dahulu, ragam disiplin ilmu dalam satu sosok ilmuan muslim, maka di kampus PTKI menggabungkan ragam dosen dari disiplin ilmu untuk melakukan riset dan kajian yang telah diinformasikan dalam al-Quran. Riset dan kajian multidisipliner bukan cawel-mencawel nama, melainkan integrasi keilmuan dalam kampus PTKI dikembangkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka menguatkan keimanan dan ketakwaan.

Dengan riset multidisipliner tersebut, kita memberikan kontribusi pengembangan keilmuan yang terintegrasi. Kita tidak bisa menjadi sosok Ibnu Sina, al-Khawarijmi, Ibnu Rusd, al-Razi, Jabir bin Hayyan, Ibnu Khaldun, al-Jazari dan lainnya di era pemilahan disiplin ilmu. Tetapi, kita bisa mengambil semangatnya untuk menyatukan kepakaran dalam satu riset dan kajian. Sehingga integrasi keilmuan tidak hanya menjadi slogan pengembangan kampus perguruan tinggi keagamaan Islam sebagai bagian dari kekhasannya dibandingkan dengan kampus umum lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...