Rabu, 19 Maret 2025

Lailatul Qadar Bukan Hanya Untuk Pelaku Qiyamul Lail

Ramadhan merupakan bulan istimewa dibandingkan sebelas bulan lainnya. Di dalam Ramadhan ada malam yang diistimewakan dan disebutkan dalam QS. Al-Qadr, yaitu lailatul qadar. Lailatul Qadar adalah malam saat diturunkan al-Quran, kemuliaannya melebihi 1000 bulan. Dimana malaikat termasuk malaikat jibril (Ruuh) diturunkan, mengurusi segala urusan umat nabi saw.

Tidak dijelaskan secara pasti kapan tepatnya para malaikat diijinkan Allah turun ke bumi itu. Sementara peringatan turunnya al-Quran (Nuzulul Quran) sering dilaksanakan mulai tanggal 17 Ramadhan, termasuk rutinitas peringatan resmi negara. Para ulama menginformasikan di sepuluh malam terakhir, bahkan ditegaskan pada malam-malam ganjil hingga merumuskan malam lailatul qadar dari hari awal Ramadhan.

Ketidakpastian waktu menjadikan istimewa malam tersebut. Intensitas ibadah ditingkatkan bagi pemburunya. Upama setelah mendapatkan apa yang diburu, kemudian akan menjadi apa dan bagaimana orang yang mendapatkannya serta bagaimana tahu kalau malam itu merupakan malam lailatul qadar? Dengan melewati kemuliaan malam yang melebih 83 tahun kebaikan, apakah akan mengubah karakter orang tersebut pasca Ramadhan.

Para pemburu senang membincangkan malam yang penuh misteri tersebut. Mereka akan melewati malam tersebut dengan memperbanyak dzikir, shalat sunnah, mujahadah malam, dan tadarus bahkan ada yang membuat program I’tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Alangkah nikmatnya mereka yang berkesempatan melakukan ikhtiyar mendapatkan malam lailatul qadar dengan memperbanyak ibadah dengan kecukupan rejeki. Mereka yang menjadi sopir, pedagang malam hari, securtiy, pemulung pada malam hari, penarik ojek, penarik becak dan profesi lainnya yang harus menghabiskan malamnya untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka bisa mendapatkan malam istimewa tersebut. Mereka kecil kemungkinan memaksimalkan ibadah seperti orang-orang yang dapat meluangkan waktu untuk I’tikaf dan memperbanyak dzikir di zawiyah atau masjid.

Nah, cara menggapai malam lailatul qadar adalah dengan menghidupkan malam tersbeut dengan memperbanyak dzikir, shalat sunah, tadarus dan kebaikan lainnya. Mereka yang harus mencari nafkah untuk keluarganya juga melakukan kebaikan, kebaikan tersebut juga sama seperti kebaikan orang yang I’tikaf di masjid. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya merupakan sebuah kebaikan yang wajib dilakukan.

Orang-orang yang tidak memiliki kesempatan duduk I’tikaf di masjid, bisa berada di perjalanan sambil membaca dzikir atau shalawat sirri (khoufi). Menyempatkan di sela-sela istirahat untuk shalat sunnah, baca al-Quran di HP, berbuat kebaikan dan sedekah di malam hari, menolong orang atau pun perbuatan mubah yang diniatkan untuk mencegah kemaksiatan. Tindakan-tindakan mereka juga dikategorikan kebaikan, apalagi bertepatan dengan malam lailatul qadar akan mendapatkan ganjaran dengan porsi yang sama yaitu melebihi 1000 bulan.

Penting, mengetahui rumus meninggalkan larangan (kemaksiatan) dan menjalankan wajib serta melakukan perintah sunnah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mengenal dan mengidentifikasi ketaatan, kemaksiatan, tindakan mubah, makruhah, dan sunnah agar kita tidak terjebak pada tindakan yang di larang atau yang harus ditinggalkan. Kebaikan apapun yang dilakukan pada malam lailatul qadar akan diberikan nilai melebihi 1000 bulan kebaikan. Termmasuk mereka yang di rumah menjaga isteri dan anak-anak mereka, menemani keluarganya, menyiapkan sahur bagi keluarga, suamiyang memeberikan nafkah batin isterinya dan tindakan baik lainnya. 

Siapapun kita dan dimana pun kita berada yang memburu lailatul qadar untuk tetap waspada pada malam selama ramadhan untuk menghidupkan malam-malam terakhir dengan kebaikan dalam bentuk apapun termasuk merenung (muhasabatun nafs) di pojokan pasar atau stasiun kereta dalam rangka meningkatkan ketakwaan diri. Semoga kita dapat meraih lailatul qadar dengan kadar kebaikan kita masing-masing dan saling mengasihi melalui doa-doa kita terhadap sesama.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...