Minggu, 04 Januari 2015

SERIBU KANCUT PUN TAK MEMPAN TANGKAL HUJAN DI JAKARTA

Musim hujan telah tiba, problem rutin Jakarta adalah banjir. Kalau sudah banjir, ya nanti macet dimana-mana. Topik ini menarik diperbincangkan dalam komunitas semprull wal gemblung di Pegemblungan.
Kemplo mengusulkan; "Doel, bagaimana kalo kita rame-rame ketemu Pak Ahok, usul untuk memberdayakan para Pawang Ujan?" 
"Betul...betul, setuju! selain hujan dapat dikendalikan, melibatkan para Pawang Hujan dapat memperbarui taraf hidup mereka", sahut Rasdan dan masih banyak lagi usulan-usulan dalam obrolan di perkumpulan orang-orang gendheng wal gemblung.
"Kamu waras Mplo!?,....usul ngunu iku" koment Doel Sedheng.
"Waraslah, dan realistis. Jalanan dan gang-gang sudah nampak banjir, kalau terus menerus tidak ditangani, kasihan warga Jakarta", Kemplo menyampaikan argumentasi atas usulannya. 
"Sudah-sudah, ga usah pada ribut" Doel Semprull menenangkan.
Pengelolaan cuaca di kota besar itu sudah canggih, bisa menggunakan rekayasa cuaca oleh para ilmuan", Doel Semprul mencoba meyakinkan bahwa secara ilmiah cuaca bisa direkayasa. 
"Ongkosnya mahal, Doel!!", sahut Kemplo. 
"Terus kalau menggunakan pawang ujan, kira-kira harus mengerahkan berapa orang!?", suara Doel meninggi. 
"Butuh menyan berapa kwintal, pake sapu lidi, mantra. kipas apa kancut bekas yang dilempar ke atas!?", Doel bertanya ulang kepada kawan-kawan Pagemblungan. 
"Bila menggunakan kemenyan, orang Jakarta sudah pada alergi, harus pake parfum.....itu pun minta yang mahal, jean potou's joy, shalini, herme's atau sekelas tiga ratus ribuan lah. Menyan juga dikira syirik dan pasti dikatain bid'ah, kasian pak Ahok-nya, udah tidak di senengi sebagian warganya nanti malah repot. Kalau pake sapu lidi mau ditancapkan dimana,...?, semua beraspal dan memakai corr......di gundhulmu apa,..!!>", Doel coba jelaskan.
"Sedangkan pake kancut bekas untuk dilempar ke atas, apa cukup mujarab untuk tangkal hujan, saya tidak yakin tindakan itu akan berhasil. Mungkin malaikat yang kelola ujan di daerah, malu liat kancut yang dilempar ke atas. Lha kalau di Jakarta, berkeleleran,.....tidak hanya bekas bahkan yang masih nempel di bokong pun ada, malaikatnya sudah terbiasa. Mungkin sudah tidak mempan dan tidak ngaruh, sekalipun seribu kancut bekas dilempar ke atas.....hujan takkan berhenti. Malah bikin mampet got dan tambah banjir", sambung Doel Semprull
"Terus gimana Doel....?", tanya Doelkemplo. " Ya biarkan saja, biarkan orang Jakarta menikmati hasilnya.....nandur yo ben panen. Disuruh untuk berbuat baik aja susah, buang sampah ya sembarangan, hidup bersih juga ga mau". Biarkan saja, ngapain pusing-pusing mikirin banjir, ada yang bertugas memikirkan, Mplo".
"trusss!!!, ngapain kita ngumpul,...Dul...Dul!!?" Katanya kita disuruh mikirin negara dan bangsa,........................walah Dul..Dul, pie to kowe", si Rasdan tampak kecewa.
DZ al Qishud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...