Rabu, 25 Maret 2015

Pemanis Buatan Bukan Ciri Mukmin

Dewasa ini banyak orang terkena penyakit gula atau lebih dikenal dengan diabetes militus. Penyebabnya kurang lebih karena menumpuknya kadar gula dalam darah. Zat gula merupakan salah satu cadangan tenaga sela in karbohidrat dan lemak. 

Dari ketiga zat di atas yang paling mudah terbakar menjadi kalori adalah karbohidrat, terus lemak dan gula. untuk menghindari penyakit tersebut orang harus melakukan gerak untuk mengubah gula menjadi kalori dengan membakarnya melalui kegiatan fisik secara alamiah. Alamiah berarti tidak mengatasi dampak setelah ada gejala (dibuat-buat).

Banyak sekali pemanis seperti gula kristal, gula aren, sakarin dan lain sebagainya. Anak-anak bila sering mengkonsumsi zat gula akan mempercepat gripis pada gigi. Zat gula yang terdapat pada tumbuhan akan lebih aman untuk dikonsumsi karena sifat alamiahnya.

Senyum dan ramah terhadap orang yang dikenal atau tidak dikenal, oleh agama dianggap sebagai sedekah. Berseri-seri menandakan keimanan seseorang dengan tanpa beban penat kebencian terhadap sesama. Indikasi-indikasi keimanan tersebut harus dialamiahkan sehingga membentuk karakter pada diri seseorang yang kemudian disebut sebagai mukmin. 

Akan berbeda dengan orang-orang yang memanis-maniskan diri atau memantaskan diri agar dianggap ramah, murah senyum, perhatian, diseri-serikan dan lain sebagainya, sementara hatinya penuh dengan kebencian dan dendam. Seperti orang yang over dalam mengkonsumsi pemanis yang akan berdampak pada “kencing manis” penderitaan. Sikapnya tidak memperoleh pahala ataupun status mukmin.

Baik kiranya kita memaniskan dan memantaskan diri sebagai bentuk latihan yang harus mengeluarkan kalori keikhlasan, sehingga semakin lama akan menjadi karakter diri sebagai seorang mukmin.

dz al Qishud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...