"ngeri ya doel banyak sekali kabar,...ada
kulit impor berbelatung yang diolah menjadi krupuk, Apel impor yang mengandung
bahan kimia berbahaya, makanan berformalin, menggunakan zat kimia berbahaya
bahkan krupuk dan makanan yang menarik mengandung roddamint B”, desah curhat
dari Kamit.
“apa
hukumnya mereka, haram atau bagaimana,..?”, sambil geleng-geleng Kamit
bertanya-tanya.
“ngunu ae gumun,...mit,..mit”, jawab
enteng Doel Zemprull.
“ojo gampang getun, gumun, lan kagetan,...”,
lanjut Doel.
“Kebusukan-kebusukan
di negeri ini sudah berjalan lama, janji-janji muluk saat kampanye, idealisme
dipaparkan oleh para pejabat dari tingkat pusat hingga dusun-dusun kecil,
aparat hanya menjalankan roda tak punya inovasi menggerakkan setir menuju kenyamanan
dan kesejahteraan masyarakat,.....dan seabrek kebusukan lainnya yang lebih
berbahaya dibanding krupuk dari kulit sapi busuk”, papar doel.
“hanya
karena busuk, atau karena tak berikan upeti,....? jangan-jangan praktek itu
telah lama, diungkap karena tak mbayar,..........
? mikir mit!! Jangan gampang kaget
lan gumun.
“Orang-orang
yang seperti sampeyan juga, berdagang
agama dengan kebusukan. Seakan menebarkan semerbak wangi surga, ternyata
seberapa banyak jumlah yang ada di dalam amplop yang menjadi pertimbangannya.
Untuk orang miskin beribu alasan terucap, untuk orang kaya mereka secepat kilat
menghampirinya. Mengabdi pada Tuhan atau hanya kebusukan belaka,..............?
mit,...mit !!”
“Kalian
tawarkan Apel manis beracun, pasar-pasar dibakar dengan alasan korsleting
listrik, ujung-ujungnya penjualan kapling baru yang lebih mahal. Para ustadz
berceramah keliling ke majelis-majelis, sementara istri mereka berjualan pada
para jamaah, membuat majelis untuk mendirikan kartel ekonomi berkedok agama.
Apa itu bukan kebusukan yang beracun...??
“mau
rodamint atau hakim roda emas, masyarakat tak begitu
memperdulikan. Pembuat karena ingin sepiring nasi, dan Pembeli karena hanya
memiliki secuil uang yang cukup untuk membeli itu. Apakah mereka yang menjual
makanan siap saji atau kemasan pabrik tidak berbahaya...?, Minuman beralkohol
saja yang jelas lebih banyak madharatnya
dijual di minimarket-minimarket. Atau karena mereka membayar pajak yang lebih
tinggi......?”,
“Apakah
ini merupakan sandiwara dalam pewayangan global, dimana kita hanya sebagai
wayang...,...dan tak mau mengenal dalangnya karena dicekoki oleh budaya-budaya
yang semakin lama akan mengikis nilai-nilai kebangsaan kita, bahkan ideologi
dan keyakinan kita sebagai umat beragama.....??”, doel lebih geregetan saat menjelaskan tentang
kebusukan pada Kamit.
“Wis,....tah
Mit, aku jadi tambah sewot,.......kebusukan
terus akan membusuk bila anti body
pengetahuan dan akidah kita tak kuat melawannya. Dokter, mantri, mbah dukun
atau pengobatan alternatif itu hanya mbantu mencocokkan pengarangan mereka untuk
memberikan obat, jampi-jampi atau jamu dan obat herbal lainnya.”
“Begitu
juga dengan bangsa ini, harus bangkit,.........bumi penggalan surga yang
dihadiahkan Allah pada masyarakat, telah
diacak-acak kita diamkan saja. Tak ada yang tak tumbuh di tanah ini,
tapi mengapa harus mengais di sana,....?”,
“Wes
tah mit,....ayo bareng-bareng sengkuyung
ndandani, sampyan tukang ceramah
yooo,....tetap bil khikmah,...ojo bila rupiah kau tak ceramah.....heee”,
ledek Doel.
“trusss,....awakmu,...?”,
tanya Kamit pada Doel Zemprull.
“Yoo
tetep di Pagemblungan, bareng ro Kemplo,
Rasdan, Gendheng, Kenthir, Rasbo, Raswat, Sableng, Gemblung dan lainnya ngaji sama Kyai Ahmad”, jelas Doel.
DZ
al Qishud, Jakarta: 01/02/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar