
Surga ditafsirkan dengan mulut dan perut, hingga terlena dengan segala fasilitas tak terbatas dengan makanan terhidang dengan sendirinya.
Surga ditafsirkan dengan keindahan mata memandang, keindahan alam dengan pepohonan rindang dan gemricik aliran air jernih, susu dan arak.
Bila tafsirmu demikian, maka tak perlu susah payah beribadah, semua itu
telah ada;
kaya-rayalah dan belilah pulau di nusantara ini serta nikahilah wanita-wanita dan piaralah selir-selir yang kau suka.
Bukan,...itu !!! Lalu apa,..??
Tafsirmu, bertemu dengan Nabi ?
Padahal di duniamu tak mencerminkan kecintaanmu pada Nabi;
Tafsirmu, bertemu dengan Allah, ?
Padahal di duniamu ibadahmu tak bersentuhan dengan Allah, hanya pahala, sejahtera dan surga yang diminta;
Bertemu dengan orang-orang shaleh ?
Padahal di duniamu tak mengikuti tabiat dan nasehat orang shaleh;
Bukan,..itu,...Bukan,...!!!
Lalu, apa tafsirmu ??
Aku tak berani menafsirkan,
Izroil datang dengan senyuman, tak terlintas dalam benak dan pikiran;
Munkar Nakir, permisi untuk sekedar memberikan pertanyaan, hingga selamat dan bangkit dari kuburan;
itu jauh dari angan-angan;
Apalagi harus membayangkan surga dengan segala keindahan;
Mengharap perjumpaan dengan Tuhan yang telah dijanjikan;
Disapa Rasul Muhammad, sebagai syafaat cinta;
Berkumpul dengan para saleh, tak kan ada
Aku tak berani menafsirkannya;
Berdiri di gerbangnya pun seraya menundukkan wajah;
malu diri sebagai hamba;
Tafsirku, adalah
ketidak-beranianku menafsirkannya;
doel zemprull,
Padang, 20/05/2016
kaya-rayalah dan belilah pulau di nusantara ini serta nikahilah wanita-wanita dan piaralah selir-selir yang kau suka.
Bukan,...itu !!! Lalu apa,..??
Tafsirmu, bertemu dengan Nabi ?
Padahal di duniamu tak mencerminkan kecintaanmu pada Nabi;
Tafsirmu, bertemu dengan Allah, ?
Padahal di duniamu ibadahmu tak bersentuhan dengan Allah, hanya pahala, sejahtera dan surga yang diminta;
Bertemu dengan orang-orang shaleh ?
Padahal di duniamu tak mengikuti tabiat dan nasehat orang shaleh;
Bukan,..itu,...Bukan,...!!!
Lalu, apa tafsirmu ??
Aku tak berani menafsirkan,
Izroil datang dengan senyuman, tak terlintas dalam benak dan pikiran;
Munkar Nakir, permisi untuk sekedar memberikan pertanyaan, hingga selamat dan bangkit dari kuburan;
itu jauh dari angan-angan;
Apalagi harus membayangkan surga dengan segala keindahan;
Mengharap perjumpaan dengan Tuhan yang telah dijanjikan;
Disapa Rasul Muhammad, sebagai syafaat cinta;
Berkumpul dengan para saleh, tak kan ada
Aku tak berani menafsirkannya;
Berdiri di gerbangnya pun seraya menundukkan wajah;
malu diri sebagai hamba;
Tafsirku, adalah
ketidak-beranianku menafsirkannya;
doel zemprull,
Padang, 20/05/2016
wow keren!
BalasHapus