Kita menjadikan al Qur'an dan as Sunnah sebagai pedoman hidup bahkan
sesekali melihat ijtihad ulama' bila keduanya tak ada tuntunanya. Bahkan
budaya yang tidak dilarang oleh keduanya pun diperbolehkan. Seperti halnya pisau, adalah benda pasif yang memiliki fungsi memotong
dan kemanfaatan atau kemadharatannya tergantung penggunanya. Begitu
pula apa yang kita yakini tentang al Qur'an dan as Sunnah, akan
bermanfaat sebagai pedoman hidup menuju taqwa atau tidak tergantung
penggunanya.
Al Qur'an dan as Sunnah dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan
di luar tujuan sebagai huudan, bahkan dapat digunakan untuk menghancurkan
umat islam bahkan dunia. Kebenaran terhadap al Qur'an dan as Sunnah
kita teguhkan dalam hati, kita ikrarkan dengan lisan dan kita buktikan
melalui perbuatan baik, yang kita sebut sebagai iman (aqd bi al qalb wa
iqraran bi al lisan wa amalun bi al arkan)
Kebenaran yang kita pahami dan yakini dijadikan objek kajian (keilmuan), yang secara eksplisit mereka juga mengakui kebenaran al Quran dan as Sunnah namun tak didasari dengan iman. Sementara kita hanya bisa berkata "semua ilmu bermuara pada al Quran" dengan minim upaya membumikan al Qur'an (pinjam istilahnya Muh. Quraish Shihab) untuk membuat keadilan dan kemakmuran di muka bumi. Kita terkungkung pada polemik khilafiyah dan saling menyalah-sesatkan satu sama lain.
Yang demikian itu, naturally atau by design ?
Silahkan anda berpikir yang mendalam ...... (afalaa ta'qiluun/afalaa tatafakkaruun)
Kelemahan-kelemahan ummat islam dapat menjadi senjata ampuh yang digunakan untuk kepentingan-kepentingan tak manusiawi. Yang tidak diupayakan oleh umat islam sendiri menjadi kekuatan untuk kemaslahatan seluruh ummat manusia. Kita masih belum selesai membahas substansi atau model penyelenggaraan negara. Masih berkutat labeling haram halal atau pada keabsahan "fiqhiyah", bukannya penulis mengesampingkan substansial peribadatan melainkan masih banyak lagi persoalan ummat sebagai bentuk implementatif sebagai upaya solutif problematika ummat. Gesekan-gesekan seperti ini apakah sebuah kejumudan atau bahkan kemunduran ummat islam yang terkondisikan untuk tetap berkutat pada persoalan demikian.
Kita ketahui bersama bapak kedokteran adalah seorang muslim (Ibnu Sina) yang tak hanya sebagai ilmuan di bidang kedokteran melainkan paham dan mengamalkan al Quran dan as Sunnah. Begitu pula dengan ilmuan-ilmuan lainnya seperti Ibnu Rusyd, al Kindi, al Jabbar dan lainnya. Apakah kita mampu menciptakan generasi yang gemilang dengan sistem pendidikan berbasis ilmu itu sendiri ? Sistem yang diciptakan oleh dan untuk ummat islam bahkan untuk solusi bagi sistem pendidikan dunia yang berbasis moral. Bukankah kita telah diberikan warning (peringatan), walan tardha anka al yahuda wa la an nashara hatta tattabi'a millatahum hingga kita harus mengikuti alur pemikiran mereka yang tak sejalan dengan tujuan diturunkan al Qur'an dan diutusnya Muhammad sebagi khatamu al anbiya wa al mursalin.
Sudah seharusnyalah islam memberikan gagasan-gagasan dan temuan-temuan ilmiah untuk rahmat semesta alam. Bagaiman bisa dilakukan bila muslim dengan muslim saling caci menuju perpecahan, seperti halnya yang telah diriwayatkan (bersatulah dan jangan berpecah belah). Muslim dengan alam semesta raya menjadi rahmat sehingga berkah dalam keridhoan-Nya. Sulit memang mewujudkan bila tak ada kesungguhan melakukanya, mungkin benar ada penciptaan makhluk penyeimbang dan penggoda seperti setan.
Dan masih banyak nash-nash di dalam al Qur'an dan isyarat Nabi saw., tentang kelemahan-kelemahan kita yang dapat dijadikan dirimenjadi kuat bukan malah sebaliknya menguatkan terjadinya revolusi dunia atau kiamat dengan fitnah dan perpecahan yang terjadi pada ummat. Apakah semua ini di design oleh kekuatan global atau mengikuti alur design Tuhan (qadha dan qadarnya) ?
Bila ada sekelompok manusia yang mendesign untuk kehancuran manusia yang berkeadaban, menggunakan kebenaran al Qur'an dan As Sunnah, kita harus segera sadar dan bangkit untuk tetap menjaga bumi dan alam semesta dari keteraturannya. Bila ini adalah alur dari qadha dan qadarnya Allah, mari kita gunakan kasab ikhtiari kita sebagai manusia untuk menjalankan fungsi khalifah fi al ardh.
Bismillah.....dengan nama Allah beserta risalah yang dibawa Nabi saw., harus dirangkai dengan ar rahman, menyayangi siapaun baik muslim maupun non-muslim dan seluruh jagat raya dipandang dengan kasih sayang (bi 'ainirrahmah). Bukan memilah, untuk memusuhi mereka yang tak seiman dan hanya mengasihi sesama saudara mukmin. Dan tetap tegas terhadap perilaku-perilaku kekufuran (asyidda'u ala al kuffaar), tanpa sebelum merdeka dari jajahan material dan kepentingan duniawi sangat sulit untuk bersikap tegas pada "kekufuran".
Harusnya kita mengikuti design Tuhan di dalam al Qur'an yang telah dicontohkan oleh Nabi saw., dengan segala kasih sayang kita. Dengan tidak memilah keilmuan berdasarkan tujuan atau spesifikasinya, sehingga ruang kita dipersempit oleh kepentingan-kepentingan di luar tujuan pedoman itu diturunkan.
Kebenaran yang kita pahami dan yakini dijadikan objek kajian (keilmuan), yang secara eksplisit mereka juga mengakui kebenaran al Quran dan as Sunnah namun tak didasari dengan iman. Sementara kita hanya bisa berkata "semua ilmu bermuara pada al Quran" dengan minim upaya membumikan al Qur'an (pinjam istilahnya Muh. Quraish Shihab) untuk membuat keadilan dan kemakmuran di muka bumi. Kita terkungkung pada polemik khilafiyah dan saling menyalah-sesatkan satu sama lain.
Yang demikian itu, naturally atau by design ?
Silahkan anda berpikir yang mendalam ...... (afalaa ta'qiluun/afalaa tatafakkaruun)
Kelemahan-kelemahan ummat islam dapat menjadi senjata ampuh yang digunakan untuk kepentingan-kepentingan tak manusiawi. Yang tidak diupayakan oleh umat islam sendiri menjadi kekuatan untuk kemaslahatan seluruh ummat manusia. Kita masih belum selesai membahas substansi atau model penyelenggaraan negara. Masih berkutat labeling haram halal atau pada keabsahan "fiqhiyah", bukannya penulis mengesampingkan substansial peribadatan melainkan masih banyak lagi persoalan ummat sebagai bentuk implementatif sebagai upaya solutif problematika ummat. Gesekan-gesekan seperti ini apakah sebuah kejumudan atau bahkan kemunduran ummat islam yang terkondisikan untuk tetap berkutat pada persoalan demikian.
Kita ketahui bersama bapak kedokteran adalah seorang muslim (Ibnu Sina) yang tak hanya sebagai ilmuan di bidang kedokteran melainkan paham dan mengamalkan al Quran dan as Sunnah. Begitu pula dengan ilmuan-ilmuan lainnya seperti Ibnu Rusyd, al Kindi, al Jabbar dan lainnya. Apakah kita mampu menciptakan generasi yang gemilang dengan sistem pendidikan berbasis ilmu itu sendiri ? Sistem yang diciptakan oleh dan untuk ummat islam bahkan untuk solusi bagi sistem pendidikan dunia yang berbasis moral. Bukankah kita telah diberikan warning (peringatan), walan tardha anka al yahuda wa la an nashara hatta tattabi'a millatahum hingga kita harus mengikuti alur pemikiran mereka yang tak sejalan dengan tujuan diturunkan al Qur'an dan diutusnya Muhammad sebagi khatamu al anbiya wa al mursalin.
Sudah seharusnyalah islam memberikan gagasan-gagasan dan temuan-temuan ilmiah untuk rahmat semesta alam. Bagaiman bisa dilakukan bila muslim dengan muslim saling caci menuju perpecahan, seperti halnya yang telah diriwayatkan (bersatulah dan jangan berpecah belah). Muslim dengan alam semesta raya menjadi rahmat sehingga berkah dalam keridhoan-Nya. Sulit memang mewujudkan bila tak ada kesungguhan melakukanya, mungkin benar ada penciptaan makhluk penyeimbang dan penggoda seperti setan.
Dan masih banyak nash-nash di dalam al Qur'an dan isyarat Nabi saw., tentang kelemahan-kelemahan kita yang dapat dijadikan dirimenjadi kuat bukan malah sebaliknya menguatkan terjadinya revolusi dunia atau kiamat dengan fitnah dan perpecahan yang terjadi pada ummat. Apakah semua ini di design oleh kekuatan global atau mengikuti alur design Tuhan (qadha dan qadarnya) ?
Bila ada sekelompok manusia yang mendesign untuk kehancuran manusia yang berkeadaban, menggunakan kebenaran al Qur'an dan As Sunnah, kita harus segera sadar dan bangkit untuk tetap menjaga bumi dan alam semesta dari keteraturannya. Bila ini adalah alur dari qadha dan qadarnya Allah, mari kita gunakan kasab ikhtiari kita sebagai manusia untuk menjalankan fungsi khalifah fi al ardh.
Bismillah.....dengan nama Allah beserta risalah yang dibawa Nabi saw., harus dirangkai dengan ar rahman, menyayangi siapaun baik muslim maupun non-muslim dan seluruh jagat raya dipandang dengan kasih sayang (bi 'ainirrahmah). Bukan memilah, untuk memusuhi mereka yang tak seiman dan hanya mengasihi sesama saudara mukmin. Dan tetap tegas terhadap perilaku-perilaku kekufuran (asyidda'u ala al kuffaar), tanpa sebelum merdeka dari jajahan material dan kepentingan duniawi sangat sulit untuk bersikap tegas pada "kekufuran".
Harusnya kita mengikuti design Tuhan di dalam al Qur'an yang telah dicontohkan oleh Nabi saw., dengan segala kasih sayang kita. Dengan tidak memilah keilmuan berdasarkan tujuan atau spesifikasinya, sehingga ruang kita dipersempit oleh kepentingan-kepentingan di luar tujuan pedoman itu diturunkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar