Senin, 06 Desember 2021

BENDERA KUNING BERNOMOR

Kurang lebih sebulan lalu isteri bercerita tentang mimpinya. Dia diberi bendera antrian berwarna kuning dengan nomor 48. Setelah mengantri panjang, dia tidak dipanggil-panggil oleh petugas. Akhirnya, isteri mendekati petugas dan menanyakan antriannya:

Isteri          : “Kok saya belum dipanggil?”

Petugas    : “Nomor berapa?”

Isteri          : “nomor 48”

Petugas    : ‘Saya beri nomor antrian lagi ya”

Kemudian nomor tersebut diberikan ke isteri dengan nomor 52, dan isteri membawa bendera kuning dengan nomor 52 tersebut pulang ke rumah.

“Apa artinya, Mas?”, tanya isteri setelah menceritakan kisah mimpinya tersebut.

Ada yang mengatakan bahwa mimpi adalah buah tidur yang dipengaruhi oleh kondisi psikis seseorang saat terjaganya. Misalnya, orang takut dikejar-kejar anjing dan kemudian terbawa ke dalam mimpinya itu kisahnya berlanjut. Ada pula, saat menjelang tidur dia makan dan belum minum minum, di mimpinya dia kehausan membutuhkan air minum.

Mimpi juga bisa merupakan informasi yang diberikan oleh Allah saat tertidurnya seseorang. Nabi Yusuf a.s., kecil pernah menceritakan dirinya mimpi menelan bulan. Ayahandanya mengetahuinya, kelak Yusuf akan menjadi orang pilihan yang akan menjadi seorang nabi.

Terkait dengan mimpi di atas, hanya bisa mengira-kira dengan melihat realita yang ada di sekitar kita. Bendera kuning biasa digunakan untuk memberikan tanda bahwa di lingkungan tersebut ada orang yang meninggal. Sehingga saat orang-orang melihat bendera tersebut, mengetahui bahwa di lingkungan tersebut ada yang meninggal dunia. Dan mereka bisa menelusuri bendera tersebut hingga ke rumah duka. Selain bendera kuning, bendera putih juga digunakan sebagai lambang duka di beberapa daerah dan negara.

Angka 48 dan 52 bisa saja merupakan simbol dari usia manusia, yaitu 48 tahun dan 52 tahun. Bisa jadi, jatah usia dari 48 tahun diundur menjadi usia 52 tahun, atau satu di usia 48 tahun dan yang satu di usia 52 tahun. Bila mimpi tersebut hanya sebagai bunga tidur, maka hanya cerita kita setelah bangun tidur.

Bila mimpi it
u merupakan kabar kebenaran yang diberikan melalui mimpi, maka merupakan peringatan dan perintah agar memperbaiki diri sebelum ada tamu yang menjemput pulang. Kita harus mempersiapkan diri sehingga layak bertemu dzat yang mengutus kita lahir di dunia. Menjadi diri kita sebagai jiwa yang muthmainnah dan kembali dengan penuh keridhaan-Nya. Sesuai dengan QS. Al-Fajr 27-28. Semoga Allah menjadikan usia kita dalam ketaatan kepada-Nya dan mengikuti sunah-sunah Nabiyyina Muhammadin saw.

Jumat, 20 Agustus 2021

Suro: Bulan Yang Disakralkan

Bulan Suro dalam penanggalan Jawa merupakan bulan Muharram dalam penanggalan Hijriyah dalam penanggalan Islam. Keduanya menggunakan sonar eclips dalam menentukan awal bulan. Dalam penanggalan Islam dikenal dengan penghitungan (hisab) dan pemantauan hilal secara langsung (ru’yatulhilal). Untuk penentuan awal bulan Ramadhan dan Iedulfitri, ru’yatulhilal dilakukan secara detail di beberapa titik pengamatan. Hal ini dilakukan karena terkait peribadatan puasa wajib.

Dalam budaya masyarakat Jawa, pada bulan ini dilarang untuk menyelenggarakan hajatan atau pesata pernikahan dan lainnya. Hampir semua petungan neptu menghindari Bulan Suro untuk menyelenggarakan pesta.

Hal tersebut dapat dianggap sesat atau takhayul oleh masyarakat “terpelajar perkotaan”. Semua hari dianggap baik, dan mempercayai sakralitas bulan Suro merupakan perbuatan syirik.

Pernah saya tanyakan kepada seseorang yang biasa dimintai tolong masyarakat kampung untuk menghitungkan pesta pernikahan atau sunatan tidak merekomendasikan di bulan Suro. Beliau menjawab, bahwa bulon Suro adalah bulannya para Nabi, tidak elok bila kita menggunakan bulan tersebut untuk pesta kita. Masih ada sebelas bulan lainnya, yang dapat dimanfaatkan untuk pesta hajatan.

Berikut adalah kejadian-kejadian istimewa dan bersejarah bertepatan pada bulan Muharam, antara lain:

  1. Taubat Nabi Adam as. diterima oleh Allah SWT;
  2. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh as. di bukit Zuhdi dengan selamat juga terjadi di Muharam, yakni usai dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan sebagian besar manusia di Bumi;
  3.  Selamatnya Nabi Ibrahim as. dari siksa Namrud terjadi di Muharam;
  4. Siksa itu berupa nyala api, yang ternyata tidak membakar Nabi Ibrahim;
  5. Pada bulan Muharam juga, Nabi Yusuf as. dibebaskan dari penjara kerajaan Mesir;
  6. Sebelumnya, Nabi Yusuf as. dipenjara karena fitnah yang menimpanya;
  7. Peristiwa Nabi Yunus as. selamat dan keluar dari perut ikan besar yang menelannya pun terjadi di bulan Muharam;
  8. Nabi Ayyub as. disembuhkan Allah dari penyakitnya juga pada bulan Muharam;
  9. Pada bulan Muharam, Nabi Musa as. dan umatnya, kaum Bani Israil, selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah.
  10. Nabi Musa as. dan ratusan ribu umatnya selamat memasuki bukit Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.

Pada bulan ini juga terjadi sebuah peristiwa dahsyat yang sangat menyedihkan Rasulullah Saw., yang beliau rasakan sejak cucunya Sayyidina Hasan dan Husein masih kecil. Rasul selalu menciumi leher Husein dan bibir Hasan. Kesedihan yang dirasakan rasulullah, hingga sekian tahun rasulullah telah wafat.

Kesedihan Rasulullah diceritakan oleh Imam Suyuthi yang menutip dari Imam Thirmidzi yang menceritakan Salma yang bertemu dengan Ummu Salamah (isteri Nabi)). Salma melihat Ummu Salamah menangis. Dan bertanyalah Salma: “Kenapa engkau menangis?” Ummu Salamah: “Saya mimpi bertemu rasulullah dengan kepala dan jenggot lusuh berdebu. Saya tanya; kenapa engkau ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab:” Saya baru saja menyaksikan pembunuhan Husein”

Betapa pedihnya hati Rasulullah, dikhianati oleh umatnya yang membunuh cucunya (Hasan & Husein) yang secara langsung disebutkan oleh Rasulullah sebagai pemuka dari para pemuda ahli surga. Padahal saat menjelang wafatnya beliau selalu memikirkan nasib umatnya dengan menyebut-sebut “ummaty…ummaty …ummaty”. Bahkan beliau meminta jaminan kepada Allah atas nasib umatnya kelak saat yaumil hisab dapat diringankan oleh Allah Swt.

Tak hanya rasulullah Saw yang nampak sedih dalam mimpi Ummu Salamah, matahari pun seakan sedih menyaksikan pembunuhan Sayyidina Husein. Pada hari terbunuhnya Husein, Imam Suyuthi mengatakan dunia seakan berhenti selama tujuh hari. Mentari merapat laksana kain yang menguning dan terjadi gerhana matahari di hari itu. Langit terlihat memerah selama 6 bulan.

Kita tidak bisa membantu rasulullah Saw, menghapus kesedihan beliau. Langit pun turut memerah selama enam bulan bak sembab menangis dalam kesedihan. Masih ada 11 bulan yang dapat digunakan untuk pesta hajatan. Biarkan sebulan itu kita gunakan untuk hurmat kepada rasulullah Saw., atas kematian cucu beliau dibunuh dengan sadis.  

Senin, 16 Agustus 2021

Labbaikallahumma Ya Allah

Talbiyah yang biasa harus dilafalkan para jamaah haji saat mendatangi ka’bah. “aku datangi panggilanmu Ya Allah, aku datang. Aku datangi panggilanmu dengan tidak menyetukukanmu, aku datang”. Hati bergetar dan tubuh mbergidig tatkala mengucapkan kalimat tersebut. Itu adalah isyarat bahwa kita mendatangi panggilan Allah dengan membuang segala persekutuan terhadap-Nya. Dan segala persekutuan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dosa syirik, dan mengampuni dosa selain itu”.

Haji sering disebut-sebut sebagai ibadah karena panggilan Allah kepada hamba-Nya untuk menunaian rukun Islam kelima. Bila kita renungkan ada lima panggilan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu panggilan cinta, panggilan untuk menghibru, panggilan pelaporan, penggilan sebab teguran, panggilan untuk penyempurnaan tugas, dan panggilan pulang.

Talbiyah yang biasa harus dilafalkan para jamaah haji saat mendatangi ka’bah. “aku datangi panggilanmu Ya Allah, aku datang. Aku datangi panggilanmu dengan tidak menyetukukanmu, aku datang”. Hati bergetar dan tubuh mbergidig tatkala mengucapkan kalimat tersebut. Itu adalah isyarat bahwa kita mendatangi panggilan Allah dengan membuang segala persekutuan terhadap-Nya. Dan segala persekutuan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dosa syirik, dan mengampuni dosa selain itu”.

Haji sering disebut-sebut sebagai ibadah karena panggilan Allah kepada hamba-Nya untuk menunaian rukun Islam kelima. Bila kita renungkan ada lima panggilan Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu panggilan cinta, panggilan untuk menghibru, panggilan pelaporan, penggilan sebab teguran, panggilan untuk penyempurnaan tugas, dan panggilan pulang.

Pertama, panggilan karena cinta-Mu pada para kekasih-Mu. Ini cerita kasmaran antara kekasih, yang selalu datang dan memanggil untuk saling bercengkerama. Setiap saat saling menyebut dan memamerkan kekasihnya. Hingga yang lain sudah terlelap, pecinta harus terjaga untuk memenuhi panggilannya.

Kedua, Engkau memanggil hamba-Mu karena dia sangat menghibur-Mu. Seperti halnya mereka yang dipanggil untuk membuat senang, riang, tertawa, terhibur dengan kehadirannya. Orang-orang ini seperti anak kecil, meskipun anak-anak tersebut berulah mengesalkan namun tidak menjadikan marah para orang tua. Dan malah sebaliknya dianggap sebagai lelucon yang menghibur mereka. Begitu pula orang-orang pada posisi ini, tingkah laku mereka dianggap sebagai lelucon yang menghibur Allah. Mereka sesekali nakal, badung dan kembali kepada Allah.

Ketiga, panggilan untuk lapor. Bawahan yang harus selalu laporan pada atasan, pegawai yang harus menunjukkan kehadirannya, tahanan kota yang harus selalu melapor kepada pihak berawajib, atau pegawai atau karyawan yang melaporkan pekerjaannya kepada pimpinan. Bisa dibayangkan bila seorang kopral harus menghadap jenderal, tegap, disiplin, lebih awal sebelum waktunya, dan cenderung melaporkan yang jenderal atau pimpinan suka. Sikap Ini biasa dilakukan oleh kita, dalam memenuhi panggilan azan untuk shalat. Kemudian kita akan shalat dengan, dikhusu’-khusu’ke, difasih-fasihke agar laporan kita dianggap baik oleh manusia lain dan para pengawas (malaikat) dan diterima baik oleh Allah.

Keempat, panggilan untuk menerima teguran atau hukuman. Nasehat yang telah disampaikan oleh para ustadz, kiai, dan orang alim sebagai penyampai risalah kenabian tidak diindahkan. Sehingga Allah sendiri yang harus memanggilnya untuk ditunjukkan keagungan diri-Nya dan memberi peringatan orang tersebut. Setelah dipanggil dan ditegur langsung, diharapkan ada perubahan sikap, sifat, dan kebiasaan.

Kelima, panggilan untuk pulang. Pada dasarnya kita ini sedang melakukan pengembaraan di dunia, dilepas oleh Allah dimasukkan dalam rahim, diperlihatkan ke dunia untuk diuji penghambaannya dan akan kembali pada-Nya. wainna ilaihi rajiun, dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Panggilan pulang ini yang akan mengakhiri perjalanan kita di dunia, apakah kita akan panen baik atas tanaman kita di dunia atau sebaliknya mendapatkan hukuman yang akan kita terima. Hanya jiwa yang tenang (muthmainnah) yang dapat kembali dengan keridhaan-Nya dan mendapatkan balasan surga.

Semua panggilan tersebut tidak boleh dikotori dengan sikap-skap menduakan Allah dengan lainnya. Para pecinta akan meninggalkan segalanya untuk menemui kekasihnya, dan bahagia berduaan meski tak ada sajian dan minuman. Para penghibur akan bahagia bila yang dihibur bahagia, mereka akan tersenyum pulang dengan mengingat wajah bahagia yang dihiburnya. Melaporkan sesuatu kepada atasan harus fokus dengan topik yang dilaporkan dan tidak leda-lede, pimpinanku adalah atasanku sebagai penentu nasibku. Orang-orang yang dipanggil untuk ditegur tidak akan memalingkan wajahnya, mereka akan tunduk sebab kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Dan orang yang dipanggil pulang, tidak boleh menuju yang lainnya. Bila dia mengarah pada selain pemanggilnya, maka tersesatlah dia. Mereka tidak akan kembali pada dzat yang menurunkannya di bumi, mereka akan bergabung dengan pelindung-pelindung mereka selain Allah Swt. “Barang siapa yang berharap bertemu dengan Tuhannya, maka berbuat baiklah dan hindari kesyirikan dalam peribadatannya dengan sesuatu apapun”, termasuk kepentingan dirinya sendiri.

Jumat, 30 Juli 2021

PENCERAHAN ALA GUSMENAG TENTANG BAHAI

Ucapan tahniah Hari Raya Nawruz oleh Gusmenag kepada penganut Bahai menimbulkan kontroversi. Ada yang menuduh Gusmenag sesat pikir, ada pula yang menganggap beliau adalah menteri semua agama. Kok Menteri Agama mengucapkan Selamat Hari Raya kepada Penganut Bahai, apa sih Bahai itu? Minimal akan ada pertanyaan demikian, dan akhirnya akan googling mencari informasi tentang Bahai. Sebagian menemukan definisinya sebagai agama tersendiri, sebagian lain masih menganggap bahwa Bahai itu aliran sesat dalam Islam.

Bahai lahir di Persia (Iran) pada tanggal 23 Mei 1844M. Bahai mempercayai bahwa risalah nubuwah tidak berakhir pada Nabi Muhammad Saw sebagai khatam al-anbiya’ wal mursalin.  Bahai percaya adanya Bab, pintu Tuhan yang ada di bumi yang mempersiapkan turuannya utusan, Bahaullah yang bernama Mirza Husayn Ali. Kitab suci Kaum Bahai bernama al-Aqdaz yang pewahyuannya diterima Bahaullah sejak tahun 1852M. Sekilas ritual Bahai seperti sinkretisme dari berbagai agama, sehingga nampak harmoni atas agama-agama.

Puslitbang Kementerian Agama mengidentifikasi komunitas Bahai ada di beberapa daerah di Jakarta, Bandung, Bekasi, Pati, Banyuwangi, Malang, Medan, Surabaya, Denpasar, Paloppo, Pekanbaru dan Kepulauan Mentawai. Bahai masuk ke Indonesia dibawa oleh Jamal Efendi dan Mustafa Rumi pada tahun 1878, melalui Batavia. Selain Bahai, ada keyakinan lokal yang dianggap sebagai agama asli nusantara seperti Sunda Wiwitan, Kaharingan, Marapu, Parmalim dan Naurus serta lainnya.

Di Indonesia kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 2; Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Menuurt UU No 1/PNPS/1965, Agama resmi menurut pemerintah adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Meski demikian, negara wajib melindungi warga negara untuk hidup nyaman dan damai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akhirnya kita dapat tercerahkan dengan informasi yang melimpah pro-kontra Bahai yang memperkaya khazanah kita tentang agama-agama di Indonesia. Apapun Agama yang Anda peluk, jadilah pemeluk agama yang taat dan baik. Agama membimbing pemeluknya untuk memiliki keimanan yang kuat (aamanu), ketaatan (athi’u Allah, wa athi’u al-rasul, wa ulil amri minkum) dan menjadi manusia yang baik (‘amil al-shalih) (AB).

Kamis, 29 Juli 2021

MOLIMODOT: IKHTIAR SEHAT & SELAMAT COVID-19

Molimo adalah angka lima yang dibaca berulang dengan dialek Madura (mo-limo), merupakan lima protokol kesehatan sebagai ikhtiyar terhindar infeksi Covid-19. Tindakan menjalankan protokol kesehatan merupakan bagian dari menjalankan anjuran Nabi saw.: “Laa dharara wala dhiraran” yang artinya janganlah berbuat madharat dan hal yang membuat madharat (HR. Ibnu Majah, Ahmad & Ibnu Hanbal). Berikut adalah MOLOMI-DOT yang merupakan ikhtiyari kita:

      1.   Mencuci Tangan.

Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, disinyalir akan menghilangkan virus atau bakteri yang menempel di tangan kita. Bukan hanya virus dan bakteri, najis yang menempel pada tangan kita bisa disucikan sehingga tak turut serta masuk ke dalam perut kita bersama dengan makanan yang kita makan. Meski bukan najis ‘ainiyah, baik bila kita mencuci tangan kita.

     2.      Memakai Masker

Masker dianggap sebagai penghalang droplet yang keluar dari mulut kita saat bicara dan nafas kita. Double masker akan lebih ketat dalam mengantisipasi kita menularkan virus kepada orang lain, atau menangkalnya dari orang lain.

Ambillah pelajaran, bahwa masker yang sekarang dipakai untuk menurunkan resiko penyebaran Covid-19 menjadi peringatan bagi kita agar tidak banyak cakap kecuali yang bermanfaat, hindari ghibbah dan fitnah, tak berbicara yang bukan kapasitasnya, dan lebih baik diam untuk kebaikan.

      3.      Menjaga Jarak

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19, disebutkan bahwa jarak aman minimal satu meter dari orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang berbicara, batuk, bersin serta menghindari kerumunan, keramaian dan berdesakan.

Protokol kesehatan ini ditentang oleh beberapa kelompok muslim yang meyakini bahwa protokol ini menyalahi syariat “merapatkan shaf” dalam shalat.  

Ini juga mengisyaratkan kita agar menjaga jarak dalam berteman, mengetahui hak dan kewajiban sebagai seorang teman untuk tidak mencampuri urusan pribadinya kecuali diminta pendapatnya.

     4.      Menjauhi Kerumunan

Berkerumun berpotensi lebih mudah virus menular sebab bertemu banyak orang yang kita tidak tahu satu sama lainnya. Berkerumun juga cenderung susang mengontrol jarak satu sama lainnya. Saat kita berkerumun akan mengobrol bebas, dan dimungkinkan orang tak telah terpapar (OTG) berada dalam kerumunan tersebut menularkan Covid-19. 

     5.      Mengurangi Mobilitas

Untuk mencegah penyebaran Covid-19, banyak larangan-larangan bepergian kecuali alasan dinas dan krusial lainnya yang harus menunjukkan syarat administrasi telah divaksin, negatif PCR/rapid antigen, surat keterangan dari tempat tugas atau RT/RW.

Mengurangi mobilitas merupakan bagian dari menjalankan sunah rasul Saw., yang termaktub dalam sebuah hadis tentang tha’un; “…… Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhori-Muslim)

     6.      Doa

Berdoa merupakan ibadah, dan bagian dari kefakiran hamba terhadap Tuhannya. Disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah:184 bahwa “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” dan dalam Surat al-Ghafir: 60 disebutkan “…berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan untuk kalian”.

Bila kita berdoa, memohonkan perlindungan dan keselamatan dari wabah Covod-19 sejatinya kita menegaskan kefakiran kita atas kekuasaan Allah di atas segala sesuatu. Dia yang menciptakan virus dan menurunkan obat serta mengendalikannya.

      7.      Tawakal

Setelah ikhtiyar dengan 5 M (molomo) dan berdoa, kita harus menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah Swt. Kematian kita sudah tercatat sejak kita belum terbentuk menjadi manusia. Ikhitayr adalah upaya kita sebagai manusia, berdoa adalah kelemahan kita yang membutuhkan Tuhan dan tawakkal bagian dari kepasrahan kita pada Allah Swt yang dapat berkehendak atas para makhluk-Nya.

Protokol Kesehatan yang dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan merupakan bagian dari ikhtiyari manusia agar selamat dan sehat dari Covid-19. Berdoa merupakan pengakuan kelemahan kita terhadap Tuhan, dan tawakal merupakan kepasrahan kita atas takdir-Nya. Meski kita sudah menjalankan protokol yang ketat dan berdoa, bila Allah berkehendak lain atas diri kita maka kita juga akan terpapar Covid-19.

Penerapan protokol kesehatan tak bisa diyakini sepenuhnya sebagai tindakan yang pasti tidak menyebabkan tertular Covid-19. Keyaninan tersebut bagian dari arogansi dan menghilangkan kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu (innallaha ‘ala kulli syai’in qadir). Menolak tidak menerapkan protokol kesehatan dengan meyakini bahwa “takut kok dengan corona, takut itu pada Allah”, juga bukan tindakan yang benar. Sebab menjalankan protokol kesehatan merupakan ikhtiyar manusia berdasarkan kajian para ahli multidispilin ilmu kesehatan.

Kombinasikanlah ikhtiyar kita sebagai manusia dengan merapkan protokol kesehatan, berdoa dan bertawakallah kepada Allah Swt. Niatkan menerapkan protokol tersebut berdasarkan ilmu agama, sehingga tindakan kita bermanfaat bagi diri dan sesama serta berpotensi menjadi ibadah (AB).

 

BERPIKIR KRITIS ITU IBADAH

Kata-kata yang keluar dari Cak Lontong – MIKIR!!! – mengingatkan saya pada ledekan Allah Swt. Kepada kita semua.  Afalaa ta’qiluun (opo ra dinggo akalmu?), atau afalaa tatafakkaruun (opo koen ora mikir?); afala tadzakkarun (opo to ora ngiling-ngiling?), yang secara sederhana diucapkan oleh Cak Lontong; mikiiirrr!!.....mikiiirr!

Mempelajari kata tanya what, why, when, who, where, dan how bukan untuk mendapatkan nilai raport yang bagus. Melainkan memberikan teknik dasar bagaimana kita menggunakan akal kita dengan memulai dari pertanyaan atau rasa penasaran kita. Dari pertanyaan-pertanyaan yang kita munculkan, kemudian kita mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

Berpikir kritis adalah menempatkan sesuatu sebagai masalah (atau alasan kenapa saya harus berpikir atasnya?), kemudian mencari solusi atau jawaban atas masalah tersebut. Jawaban bisa lebih dari satu, atau beberapa alternatif jawaban dan menguji jawaban-jawaban tersebut hingga terpilih sebagai jawaban yang paling tepat atas permasalan tersebut.

Berpikir kritis juga tidak semena-mena menelan informasi yang kita terima atau beredar di masyarakat baik riil society atau virtual society. Kita akan menanyakan pada diri kita dengan kata tanya yang pernah kita pelajari dan mencari jawaban atas informasi-informasi tersebut. Pencarian informasi yang kita lakukan adalah bentuk tabayyun (penjelasan) terhadap informasi sebelumnya.

Berpikir kritis merupakan bentuk syukur kita kepada Allah swt., atas nikmat otak (brain) dan fungsiya (mind). Diberi otak tak digunakan untuk berpikir, seperti halnya hewan yang hanya mengandalkan intuisi atau naluri hewani mereka. Hal ini yang membedakan manusia dengan hewan-hewan lainnya.

Berpikir kritis sebagai ibadah bukan berpikir untuk melakukan maksiat atau hal-hal yang dilarang oleh agama. Dengan berpikir kritis kita dapat lebih bijaksana, lebih bermanfaat, lebih menyayangi setiap makhluk-makhluk yang ada di bumi, sehingga kita lebih mendekati apa yang dikendaki Tuhan atas tujuan kita sebagai manusia.

Kita diberikan guidance oleh Allah Swt melalui beberapa ayat dalam Alquran. Misalnya QS. Ali Imran:190-191 tentang penciptaan langit dan bumi serta perbedaan siang dan malam menjadi tanda bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam semua keadaan, berpikir pada penciptaan yang selalu ada faedahnya. Mereka selalu mensucikan pikiran mereka dan berlindung atas kesesatan fikir mereka agar tidak terjebak ke lubang neraka.

Ciri-ciri kritis itu ibadah adalah kekritisan kita menambah pengetahuan, menambah rasa syukur kita kepada Allah Swt., semakin mendekatkan diri kita kepada kebaikan, semua alur pikir kita bermuara akan bermuara Allah dengan tetap mengikuti proses berpikir. Dan bila pikiran kita mengarah kepada kemaksiatan, yang menghilangkan eksistensi Allah dalam cara berpikir kita maka kembalilah. Telusuri kembali alur pikir kita. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah adalah mereka yang berilmu pengetahuan (AB).

Sabtu, 24 Juli 2021

Pendidikan Itu Membanggakan

Setelah selesai pengambilan raport di akhir semester, tak sengaja ibu-ibu berkumpul membincangkan raport anak-anak mereka. Mereka membincangkan nilai mata pelajaran hingga ranking kelas. Bagi orang tua yang anaknya tidak memiliki nilai bagus atau tak mendapatkan ranking di kelasnya, memilih untuk menghindari kumpul-kumpul tersebut.

“Anak saya matematikanya bagus”, kata Bu Ekha.

“Anakmu dapat ranking berapa, Bu?”, tanya Bundanya Azka.

“Alhamdulillah, dapat ranking lima”, Jawab Bu Ekha.

“Kasihan tuh, anaknya Markonah ranking mbuncit (paling akhir). Dah, gitu anaknya nakal lagi”, lanjut Bu Ekha setelah puas mendengar jawaban Bunda Azka.

Selain perbincangan sekilas setelah terima raport, bahkan kadang dilanjut setelah sampai rumah dan bertemu dengan ibu-ibu lain yang memiliki anak yang bersekolah. Ada juga yang membuat status bertuliskan, “Alhamdulillah ‘ala kulli hal, ananda helmi mendapat ranking 1, terus belajar nak agar kamu jadi orang sukses dan shaleh”, sambil memosting foto raport dari ranking anaknya di wathsap, facebook dan instagram.

Apa yang dikehendaki ibu-ibu dari perbincangan dan postingan di medsos seputar nilai dan ranking di raport anaknya? Bangga terhadap hasil sekolah anak-anaknya. Anak-anak bisa buat dipamerkan pada khalayak. Meski kebanggaan seperti kurang tepat, namun itulah realita di masyarakat yang wajar.

Di kampung, anak laki-laki yang akan disunat harus bisa membaca Alquran. Biasanya saat slametan atau walimah al-khitan, anak yang disunat menunjukkan kebolehannya membaca surat-surat pendek al-Quran pada juzz 30. Kegiatan yang demikian disebut warga sebagai Kataman Qur’an (khatmilquran). Tradisi itu baik, untuk menginjakkan pada usia akil baligh, anak laki-laki harus bisa membaca al-Quran dengan fasih. Namun, apakah benar tujuan tersebut untuk mempersiapkan anak laki-laki menyambut usia mukallaf?

Orang tua memberikan dorongan moril dengan memberikan syarat pada anak laki-lakinya yang sudah minta disunat. Mereka akan bilang: “Bila belum bisa baca Quran belum disunat”. Semakin tambah usia anak semakin malu bila belum disunat, sehingga anak-anak harus semangat rajin mengaji agar bisa baca Quran dan lebih cepat disunat. Bila sudah bisa mengaji al-Quran dengan baik, pertimbangannya keberanian anak saja. Ucapan orang tua merupakan mootivasi untuk anak agar segera dapat membaca al-Quran dengan baik. Toh, bila sama sekali tak bisa baca pun tetaplah disunat. Ada perasaan bangga bagi orang tua saat anak-anaknya sudah bisa membaca al-Quran dengan ditunjukkan dalam acara Kataman Quran. Ini tidak berlaku bagi anak perempuan. Anak laki-laki adalah calon suami yang harus mendidik isterinya, calon kepala rumah tangga yang dapat menjadi teladan dan mengajari isteri dan anak-anaknya.

Coba lihat Mbok Darmi yang selalu menceritakan kesuksesan anak-anaknya yang bekerja merantau di Jakarta. Sambil memijit kliennya, Mbok Darmi menceritakan pengorbanannya menyekolahkan anaknya dari hasil kerja sebagai pemijat tradisional. Dia selalu menceritakan anaknya yang selalu menjadi juara kelas hingga kuliah di perguruan tinggi negeri yang keren dan mendapatkan pekerjaan yang baik di ibu kota sebagai petinggi di perusahaan multi nasional.

“Mbok, kenapa tidak ikut tinggal di jakarta?”, tanya Mak Sumi yang sedang dipijit oleh Mbok Darmi.

“Tidak. Saya tidak betah di Jakarta. Rumahnya besar, ada 2 pembantu, kamarnya ber-AC, dan kemana-kemana dianter sama sopirnya”, jawab Mbok Darmi sambil mendeskripsikan kelengkapan fasilitas rumah anaknya.

“Kan enak, Mbok. Kenapa tidak betah, Mbok?”, tanya Mak Sumi dengan penasaran.

“Disana jarang bertemu dengan anak dan menantu saya, mereka sibuk bekerja. Anak-anak mereka juga sibuk sekolah, les privat, main laptop, dan pergi jalan-jalan”, Mbok Darmi mulai mengutarakan rasa kecewa tinggal di rumah anaknya.

Percakapan Mbok Darmi dengan Mak Sumi menunjukkan kebanggaan orang tua terhadap kesuksesan anaknya, dari masa sekolah, kuliah hingga memperoleh pekerjaan dan memiliki rumah serba lengkap. Disamping kebanggaan, Mbok Darmi menaruh kekecewaan kepada anaknya, sebab jarang bertemu dengan anak dan menantunya karena kesibukan. Jauh dari bayangan Mbok Darmi, setiap hari bisa ngobrol dengan anak dan menantunya seperti kehidupan orang kampung.

Bahkan mbok Darmi tak pernah mendengarkan anak, menantu dan cucunya membaca al-Quran setiap harinya. Paling tidak seminggu sekali baca surat yasin dan tahlilan untuk berkirim doa kepada bapaknya yang telah meninggal dunia. Bayang angan-angan Mbok Darmi tertuju pada Ahmad putra Sarmin, tetangga sebelah rumahnya.

Meski rumah Ahmad kecil terbuat dari dinding bambu, lantainya masih plesteran biasa. Setiap bakda maghrib dan subuh terdengar lantunan ayat-ayat suci al-Quran anak-anaknya (cucu Sarmin). Maklum dinding rumahnya tidak kedap, karena masih ada rongga-rongga anyaman bambu sehingga suara anak-anak Ahmad terdengar ke telinga Mbok Darmi. Tiap malam Jumat Ahmad mengadakan tahlilan sekeluarga untuk mendoakan Pak Sarmin dan Pariyem yang sudah sepuluh tahunan meninggal dunia.

Tak sadar pipi Mbok Darmi basah karena air mata mengalir ke pipi. Dan dengan sigap Mak Sumi langsung tanya: “Nangis kenapa, Mbok?”

“Tidak apa-apa, Sum. Cuma mikir saja, saya masih hidup saja tak pernah dengar suara ngaji anak dan menantu serta cucu saya, bagaimana kalau saya meninggal? Apakah saya akan dikirimi doa-doa dari anak cucu saya?”, jawab Mbok Darmi dengan kesedihan mendalam. Maklum usia Mbok Darmi sudah 60 tahun. Meski sudah kepala enam, Mbok Darmi masih kuat memijit orang-orang yang membutuhkannya.

“Tidak apa-apa, Mbok. Anakmu kan duite akeh, ngko tiap bulan anakmu bisa undang ornag-orang untuk mendoakan Mbok Darmi”, jawab Mak Sum, untuk menenangkan kegelisahan Mbok Darmi.

Kesuksesan anak Mbok Darmi adalah kesuksesan Mbok Darmi untuk merubah kehidupan anaknya menjadi sukses. Kehidupan anaknya tidak seperti kehidupannya yang serba kurang, rumahnya sempit dan pengap, bau amis ikan asin, dan tidur tidak nyaman. Susah dan derita dirinya menjadi lecut tekad bulat, agar anak-anaknya tidak sesusah dirinya. Mereka harus bersekolah agar bisa memperoleh pekerjaan yang dapat menghasilkan uang banyak, bisa membeli rumah mewah, membeli kendaraan bagus, dan dapat menikmati kebahagiaan. Anak Mbok Darmi sukses sesuai dengan doa dan pengharapannya. Kekayaan dan kesuksesan anaknya menjadi sebuah kebanggaan yang dapat diceritakan ke semua orang. Meski tanpa diceritakan Mbok Darmi pun orang-orang kampung dapat melihat kesuksesan anaknya.

Kebanggaan Mbok Darmi menyimpan kesedihan. Meski bangga dengan kesuksesan anaknya, dia sedih dan tidak bisa membanggakan dan mengharap kepada anaknya seperti anaknya Pak Sarmin. Meski tidak kaya, pekerjaan serabutan, penghasilan tak menentu, hanya memiliki sepeda motor butut, Ahmad bisa menyempatkan diri untuk menghadiahkan bacaan al-Quran setiap malam kepada orang tuanya. Dan secara khusus menghadiahkan dzikir dan tahlil pada malam Jumat di setiap pekan.

Kebanggaan apa yang diperoleh orang tua terhadap hasil pendidikan anak-anaknya? Minimal ada empat kebanggaan terhadap proses pendidikan anak-anak mereka. Pertama, Orang tua bangga terhadap anak-anaknya saat mereka mampu belajar dengan baik, bahkan dapat memperoleh prestasi di sekolah. Bahkan mereka rela membela anak-anak mereka dengan menceritakan kehebatan penguasaan pelajaran anak-anaknya meski jauh dari kenyataan yang sebenarnya. Misalnya, mereka menceritakan anaknya pinter ini dan itu, meski jauh dari dari itu.

Kedua, orang tua bangga terhadap anak-anaknya saat dapat menyelesaikan studinya dengan baik, apalagi memperoleh nilai tertinggi. Bisa-bisa seluruh kampung mendengar ceritanya tentang prestasi anak-anaknya. Ketiga, orang tua bangga dengan kesuksesan anak-anaknya dapat memperoleh pekerjaan yang bisa dibangga-banggakan. Paling tidak, kehidupan anak-anaknya tidak semenderita kehidupan mereka.

Keempat, kebanggan mereka melihat anak-anaknya memilki perhatian terhadap dirinya dan menjalankan ibadah dengan taat. Mereka minta disambangi, dikunjungi, diajak ngobrol. Mereka bangga bila melihat anak-anak mereka dapat menjalankan agamanya dengan baik, hingga suatu saat setelah mereka meninggal akan selalu dikirimi doa. Dalam Islam, anak-anak seperti itu adalah anak-anak yang shalih yang selalu mendoakan orang tuanya. Anak-anak tersebut menjadi sumber pahala yang takkan pernah putus, akan terus bersambung bila cucu, buyut, cicit, dan keturunannya menjadi orang-orang baik (shalih).

Tiada guna, anak-anak yang meraih keilmuan yang tinggi, kesuksesan jabatan, banyaknya harta yang dia kumpulkan, namun lupa terhadap orang tuanya yang telah meninggal. Mereka didoakan setahun sekali saat peringatan haul dengan mengundang tetangga, dikunjungi kuburnya setahun sekali saat mudik untuk membersihkan rumput yang tumbuh di atas kubur orang tuanya. Semoga kita menjadi anak-anak yang bisa dibanggakan orang tua dan memiliki anak-anak serta keturunan dalam kebanggaan yang benar.

Jumat, 09 Juli 2021

Sepuluh Malaikat Perjalanan Kehidupan Manusia Yang Diimani

Kita diwajibkan mengimani adanya Malaikat Allah. Dari ribuan malaikat hanya sepuluh nama yang patut kita kenal. Sepuluh malaikat tersebut adalah Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar-Nakir, Rakib-Atid, Malik dan Ridwan. Sepuluh nama tersebut bila kita cermati, merupakan perjalanan kehidupan kita. Jibril disimbolkan sebagai penyampai wahyu. Wahyu adalah Alquran (bagi muslim), sebagai hidayah (ilmu) yang prosesinya sudah dilakukan Kanjeng Nabi Muhammad. Allah mengutus jibril menyampaikan kepada Nabi Saw., kemudian disampaikan kepada kita umat Islam. Mikail disimbolkan sebagai malaikat pembagi rizki. Tiap saat manusia diberikan karunia oleh Allah Swt., sejak dia diutus dalam bentuk bakal manusia hingga mati.

Israfil merupakan malaikat yang memberikan life warning kepada manusia sebelum didatangi Izrail. Suara terompet Israfil sebagai simbol bahwa life warning tersebut telah disampaikan dalam bentuk lemahnya tenaga, memutihnya rambut, keriputnya kulit, tidak utuhnya gigi, dan lainnya yang merupakan simbol penuaan. Dalam skala besar dunia, maka terompet sangkakala dalam bentuk kerusakan-kerusakan dunia yang dapat kita lihat dan rasakan atas tindakan manusia.

Setelah terompet pemberitahuan sudah tersampaikan, kemudian Izrail akan menghentikan segala aktivitas sesuai waktu yang telah ditentukan. Artinya, meskipun Allah bisa melakukan tindakan seenak-Nya atas makhluk ciptaan-Nya namun tetap tertib. Bahkan dalam hal menghentikan kehidupan seseorang, Allah pun sudah memberitahukan bahwa kehidupannya akan berakhir. Hal lain bila yang bersangkutan tidak memahami pesan-pesan Israfil yang disampaikan sebelum kedatangan Izrail.

Allah juga mengutus Rakib-Atid yang melakukan pencatatan aktivtas manusia. Ibarat manusia sebagai gadget, maka Rakib-Atid adalah memory card-nya. Bila memory card dapat terinveksi oleh virus dan rekaman tersebut tak bisa dibaca, maka berbeda dengan Rakib-‘Atid yang tak bisa diretas oleh virus apapun. Catatan Rakib-’Atid akan menjadi bukti yang sangat valid atas perbuatan manusia dari mulai krenteging ati, terlintas dalam pikiran hingga diwujudkan dalam tindakan tercatat lengkap oleh Rakib dan Atid.

Munkar-Nakir merupakan penjaga gerbang pertama sejak manusia dihentikan aktivitasnya. Ada jeda tanpa pencatatan Rakib-‘Atid sejak nyawa dicabut Izrail hingga masuk liang lahat sebagai pintu masuk barzakh.  Setelah masuk, si mayit akan ditanya Tuhannya. Ibarat seseorang yang akan mendapat jamuan, akan ditanya oleh penerima tamu tentang pengetahuannya terhadap Tuan Rumah. Bila dia tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penerima tamu di gerbang barzakh, maka dia akan stay dan mendapatkan hukuman sebagai penyusup yang tidak mengetahui Tuannya. Bila si mayyit itu dapat menjawab pertanyaan penjaga gerbang barzakh, maka dia dipersilakan menunggu hingga waktu yang ditentukan. Si mayyit akan dijamu, ada wellcome drink, bisa menikmati fasilitas di barzakh bahkan memperoleh previlige untuk keluar tentunya bukan dalam bentuk pocong atau manusia utuh.

Setelah menunggu waktu yang ditentukan sambil menikmati nikmat atau siksa kubur, kemudian kita akan membawa bukti-bukti untuk menghadapi Pengadilan Agung. Kita akan membawa catatan-catatan yang diberikan oleh Rakib-‘Atid, ada anggota tubuh kita menjadi saksi objektif, dan ada para Nabi yang menjadi pembela untuk meringankan kita.

Bila sudah diputuskan Sang Hakim Maha Agung, maka kita akan diberi salam oleh Ridhwan atau diseret dan dilempar oleh Malik. Ridhwan memberikan salam, “salamun alaikum thibtum fadkhuluha khalidin”, dan kita akan dipersilakan masuk menuju pintu-pintu yang disediakan sesuai kelas surga. Sedangkan bila bertemu dengan Malik, maka kita akan diseret sebab neraka tak memilliki pintu. Andai ada pintu, pasti kita akan minta kuncinya agar bisa melarikan diri.

Nah, mengimani sepuluh malaikat bukan hanya hafal nama-nama mereka, malainkan harus mengetahui dan memahami sosok malaikat yang tak pernah bermaksiat atau inkar atas perintah Allah Swt. Kita harus tuntas dengan Jibril, bertahap mempelajari wahyu yang sudah dicontohkan oleh Nabi Saw, sahabat, tabiin, tabi’ut tabiin, dan para ualama. Kita harus mensyukuri atas karunia yang dihantarkan Mikail kepada kita. Kita juga harus titen terhadap bunyi terompet Isrofil, dan mempersiapkan suguhan yang enak buat Izrail saat menjemput kita.

Kita juga harus familiar dengan Rakib dan Atid. Dengan mengetahui tugas mereka mencatat seluruh aktivitas akal, hati dan lisan serta gerak seluruh anggota tubuh. Harus dapat menyediakan stip penghapus catatan buruk kita, memperbanyak catatan kebaikan dan pandai mensiasati akhir hayat kita sehingga mencapai husnul khatimah. Kita juga harus mempersiapkan reflek jawaban pertanyaan Munkar-Nakir. Jawaban reflek akan keluar bila kita membiasakan Allah dan Nabi dalam lisan, hati dan pikiran kita. Alquran terbiasa dibaca, dipahami kandungannya serta dikerjakan perintah-Nya. Dan pegang erat-erat kunci pintu yang dijaga Ridhwan, jangan sampai hilang hingga kita harus diseret oleh Malik. Sebab, meski kita diberikan kunci tersebut kadang kita terlena dan lupa letak kuci tersebut disimpan.

 Bekasi, 09/07/2021

Abdul Basid.

Rabu, 07 Juli 2021

Bismillah: Sehat, Waras dan Brigas

Bismillah, dengan nama (-nama) Allah kita memulai aktivitas dengan kebaikan dan mengakhirinya dengan rasa syukur (kebaikan) dengan kalimat hamdalah. Perintah pertama kali turun kepada Nabi Saw adalah QS. al-Alaq, "iqra bismirabbika alladzi khalaq": bacalah, dengan nama Tuhanmu!". Ketika kita memulai membaca, beraktivitas, berbicara, dan lainnya harus memulai dengan nilai-nilai Ketuhanan (ism Allah). Sesuatu yang dimulai tidak dengan pertimbangan Ketuhanan maka akan musnah (kullu syai'in halikun illa wajhah). Demikian pula, bismillah untuk memulai berdoa dengan menyebut nama Allah. Maka berdoalah kapada-Nya dengan asma'ul husna (fad'uu lahu al-asma'ul husna). 

Sehat adalah tuntutan jasmaniyah kita agar selalu dapat dijalan sesuai dengan fungsinya. Bila kita batuk-batuk maka ada organ tubuh kita yang terganggu. Tenggorokan kering dan paru-paru abnormal atau karena peradangan dan pernafasan kita tersengal-sengal. Hidung kita tidak bisa mendeteksi bau, maka indra penciuman kita terganggu (anosmia). Badan kita demam, lemas dan keluar keringat dingin menunjukkan tubuh kita kurang/tidak sehat karena virus atau bakteri. Ini membutuhkan tindakan berobat untuk mencegah agar tidak memperparah keadaan. Menjaga diri agar tubuh kita tetap menjalankan fungsinya dengan baik melalui makan bergisi dengan seimbang, minum multivitamin, istirahat dengan cukup dan lainnya merupakan bagian dari bersyukur kepada Allah. 

Waras, terkait dengan kejiwaan kita. Kefakiran atau kemiskinan kita, dapat menyebabkan ketidak-warasan kita dalam berpikir dan bertindak. Kejadian baik atau buruk yang menimpa kita dapat mengganggu kewarasan kita. Kita mendapatkan kedudukan dan kelimpahan harta, otak kita bisa tak waras. Kebiasaan baik kita berubah, kita menyisipkan aktivitas buruk kita main cewek, ke klub-klub malam, berjudi dan lainnya. Kedudukan dan kekayaan adalah kejadian baik, namun berpengaruh buruk pada kejiwaan kita. Lebih-lebih kejadian buruk (na'udhzubillah min dzalik), dapat membuat kita terganggu kewarasan kita. 

Bila sehat itu terkait fisik jasmaniah kita, yang membutuhkan asupan makanan. Maka, kewarasan terkait dengan kejiwaan. Bila kita terganggu kewarasan kita secara terus menerus, bisa naik ke level yang lebih tinggi yaitu gila. Kejiwaan yang mempengaruhi kita dalam dalam berpikir dan bertindak. Kejiwaan dipengaruhi oleh ilmullah dan spiritualitas kita. Untuk menjada kewarasan kita perbanyak ilmu dan dzikir kepada Allah Swt. 

Brigas dari bahasa Jawa, begeur (Sunda) atau bugar dalam bahasa Indonesia. Orang yang memiliki kesehatan jasmani dan kewarasan ruhani sudah seharusnya brigas. Mereka memilki semangat hidup (be positif) yang tinggi dan menebarkan senyum keceriaan. Brigas lebih kepada manifestasi sehat dan waras dalam tindakan sehari-hari. Orang yang "ngethuthur", murung cenderung tidak brigas. Kejiwaannya pasti ada masalah, dalam tempo yang lama dapat mempengaruhi kewarasannya (gila). 

Bismillah, jaga diri kita agar tetap sehat dalam kewarasan serta bugar dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Jaga keseimbangan makanan kita dan beri asupan ilmu dan dzikir unsur-unsur kejiwaan kita sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kesempurnaan penciptaan diri kita. 

Bekasi, 07/07/2021

Abdul Basid





Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...