Doel diajak Kiai Ahmad silaturahim ke teman akrabnya dulu saat nyantri. Rumah teman karib Kiai Ahmad berada di belakang kawasan setengah elit Jakarta, masuk 200meter masuk di gang sempit. Dalam perjalanan menuju ke rumah teman Kiai Ahmad tetiba pandangan Doel tertuju pada jemuran di depan rumah deret, sepertinya rumah tersebut adalah kos-kosan putri berlantai dua. Pandangan Doel sesekali menoleh ke jemuran meski sudah terlewat cukup jauh.
“hmmmmm”, gumam Doel.
“Ada apa, Doel? Kamu tak berkedip saat lihat jemuran
tadi, sepertinya ada yang menarik pikiranmu”, tanya Kiai Ahmad yang bisa
menebak isi pikirannya
“Ga ada apa-apa, Kiai”, sambil tersipu malu.
Setelah sampai di rumah yang dituju, Kiai Ahmad dan
Doel Semprul serta pendereknya harus menunggu kawannya yang sedang taklim di
masjid kawasan. Sambil menunggu, pikiran Doel menerawang jauh deretan jemuran
yang tadi sempat dilihatnya. Kiai Ahmad pun penasaran dengan apa yang dipikirkan
Doel dan membuka percakapan kembali.
“Doel, sepertinya ada yang kamu pikirkan?”, Kiai Ahmad
buka pembicaraan di bale sembari menunggu kedatangan kawannya.
“Ga, Kiai”, sambil malu-malu Doel menjawab.
“Cuman, kepikiran yang punya jemuran kancut berenda tadi,
Kiai. Pasti yang punya cewek muda, tinggi langsing, punya selera tinggi, asyik
dan cantik, Kiai. Itu selera saya, Kiai”, sambung Doel sambil malu-malu
menyampaikannya.
“Kok tahu!?”, tanya Kiai Ahmad
“Sepertinya kancut berenda tadi ukuran small
(S), modis, dan bermerk serta mahal tentunya, Kiai. Sedangkan yang satunya, itu
ukuran extra large (XL) dan dibeli dari pasar malam, Kiai.” Doel
menjelaskan detail hasil pengamatannya, meski hanya sekilas lewat di depan
kosan deret yang cukup bersih.
“Doel… Doel! Koen kuwi ngeres pikire! Sering-sering
sapu bersih pikiran-pikiran kotormu, biar tidak nggumpal dan jernih dalam
melihat sesuatu, Doel”, saran Kiai.
“Dengan melihat kancut berenda tadi, sudah nampak di
pikiran terlalu jauh menerawang isi, sifat dan sosok pemiliknya. Andai beberapa
kancut dijejer, pasti kamu bisa menebak satu persatu sosok pemiliknya”, puji
Kiai Ahmad (nglontrong).
Kita melihat kelapa muda yang terbayang adalah segarnya
air kelapa dan hilang dahaga, karena kita haus atau sedang puasa. Saat kita melihat
iklan kasur busa yang ada di benak kita tidur bisa nyenyak dan bangun segar
bugar. Dan seluruh objek yang kita lihat akan membawa akal bawah sadar kita
hingga jauh kita membayangkan kenikmatan dari objek yang tampak oleh mata kita.
Begitulah yang dibayangkan oleh Doel saat melihat kancut berenda di jemuran.
Apakah kita bisa menghadirkan Allah dalam benak
pikiran kita saat melihat ciptaannya? Apa yang ada dalam benak dan pikiran kita
saat kita melihat hujan deras? Jemuran basah, banjir, gagal panen, motor mogok,
pulang terlambat, dan lainnya. Bisakah kita menghadirkan Allah dalam hujan
deras? Bisakah kita menghadirkan Allah dalam benak dan pikiran kita bila banjir
dan longsor?
Apakah kita bisa menghadirkan Allah saat melihat
wanita cantik, sungai yang jernih, pemandangan alam yang indah dan saat melihat
seluruh ciptaannya? Bisakah kita menghadirkan Allah saat kita duduk di depan
kita terhidang makanan dan minuman? Bisakah kita menghadirkan Allah dalam benak
dan pikiran kita dari objek yang kita lihat atau rasakan, kemudian menggerakkan
hati dan terucap dari lisan kalimat thayibah seperti halnya saat Doel melihat
kancut berenda yang nampak isi dan kenikmatannya. Bila kita bisa melihat
hakikat yang satu dari objek yang terlihat, dzikirmu sejati dan ma’rifatmu tak
terganti (AB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar