Senin, 27 Februari 2023

Ma’rifat Kancut Berenda

Doel diajak Kiai Ahmad silaturahim ke teman akrabnya dulu saat nyantri. Rumah teman karib Kiai Ahmad berada di belakang kawasan setengah elit Jakarta, masuk 200meter masuk di gang sempit. Dalam perjalanan menuju ke rumah teman Kiai Ahmad tetiba pandangan Doel tertuju pada jemuran di depan rumah deret, sepertinya rumah tersebut adalah kos-kosan putri berlantai dua. Pandangan Doel sesekali menoleh ke jemuran meski sudah terlewat cukup jauh.

“hmmmmm”, gumam Doel.

“Ada apa, Doel? Kamu tak berkedip saat lihat jemuran tadi, sepertinya ada yang menarik pikiranmu”, tanya Kiai Ahmad yang bisa menebak isi pikirannya

“Ga ada apa-apa, Kiai”, sambil tersipu malu.

Setelah sampai di rumah yang dituju, Kiai Ahmad dan Doel Semprul serta pendereknya harus menunggu kawannya yang sedang taklim di masjid kawasan. Sambil menunggu, pikiran Doel menerawang jauh deretan jemuran yang tadi sempat dilihatnya. Kiai Ahmad pun penasaran dengan apa yang dipikirkan Doel dan membuka percakapan kembali.

“Doel, sepertinya ada yang kamu pikirkan?”, Kiai Ahmad buka pembicaraan di bale sembari menunggu kedatangan kawannya.

“Ga, Kiai”, sambil malu-malu Doel menjawab.

“Cuman, kepikiran yang punya jemuran kancut berenda tadi, Kiai. Pasti yang punya cewek muda, tinggi langsing, punya selera tinggi, asyik dan cantik, Kiai. Itu selera saya, Kiai”, sambung Doel sambil malu-malu menyampaikannya.

“Kok tahu!?”, tanya Kiai Ahmad

“Sepertinya kancut berenda tadi ukuran small (S), modis, dan bermerk serta mahal tentunya, Kiai. Sedangkan yang satunya, itu ukuran extra large (XL) dan dibeli dari pasar malam, Kiai.” Doel menjelaskan detail hasil pengamatannya, meski hanya sekilas lewat di depan kosan deret yang cukup bersih.

“Doel… Doel! Koen kuwi ngeres pikire! Sering-sering sapu bersih pikiran-pikiran kotormu, biar tidak nggumpal dan jernih dalam melihat sesuatu, Doel”, saran Kiai.

“Dengan melihat kancut berenda tadi, sudah nampak di pikiran terlalu jauh menerawang isi, sifat dan sosok pemiliknya. Andai beberapa kancut dijejer, pasti kamu bisa menebak satu persatu sosok pemiliknya”, puji Kiai Ahmad (nglontrong).

Kita melihat kelapa muda yang terbayang adalah segarnya air kelapa dan hilang dahaga, karena kita haus atau sedang puasa. Saat kita melihat iklan kasur busa yang ada di benak kita tidur bisa nyenyak dan bangun segar bugar. Dan seluruh objek yang kita lihat akan membawa akal bawah sadar kita hingga jauh kita membayangkan kenikmatan dari objek yang tampak oleh mata kita. Begitulah yang dibayangkan oleh Doel saat melihat kancut berenda di jemuran.

Apakah kita bisa menghadirkan Allah dalam benak pikiran kita saat melihat ciptaannya? Apa yang ada dalam benak dan pikiran kita saat kita melihat hujan deras? Jemuran basah, banjir, gagal panen, motor mogok, pulang terlambat, dan lainnya. Bisakah kita menghadirkan Allah dalam hujan deras? Bisakah kita menghadirkan Allah dalam benak dan pikiran kita bila banjir dan longsor?

Apakah kita bisa menghadirkan Allah saat melihat wanita cantik, sungai yang jernih, pemandangan alam yang indah dan saat melihat seluruh ciptaannya? Bisakah kita menghadirkan Allah saat kita duduk di depan kita terhidang makanan dan minuman? Bisakah kita menghadirkan Allah dalam benak dan pikiran kita dari objek yang kita lihat atau rasakan, kemudian menggerakkan hati dan terucap dari lisan kalimat thayibah seperti halnya saat Doel melihat kancut berenda yang nampak isi dan kenikmatannya. Bila kita bisa melihat hakikat yang satu dari objek yang terlihat, dzikirmu sejati dan ma’rifatmu tak terganti (AB).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...