Sabtu, 26 Juli 2025

Cerewet: Alarm Cinta Seorang Ibu

Pagi buta kita sudah mendengar omelan ibu sambil terdengar “glomprang” suara perabot yang sedang dicucinya. Bila kita tak beranjak juga, akan terdengar teriakan panggilan dan sumpah serapahnya. “Subuh belum bangun, nanti mau jadi apa!!” lanjut “nanti rejekimu dipatuk ayam”. Belum lagi omelan saat kita tidak membantu pekerjaan rumah, jualan, tidak belajar dan tidur malem. Bahkan saat kita sudah merasa dewasa, omelan sayang ibu dianggap keterlaluan.

Meskipun kita sudah dewasa bahkan sudah menikah dan memiliki keluarga besar sendiri. Tetaplah seorang ibu menganggap kita sebagai anak-anak (anaknya) yang perlu dikhawatirkan bertindak salah dan ceroboh. Sehingga kita tidak nyaman atas tindakan Ibu yang anggap turut campur urusan kita dan merasa tidak nyaman atas kecerewetannya. Nasehatnya terkadang tidak sesuai dengan nalar kita, sehingga membutuhkan energi untuk menahan emosi.

Cobalah berpikir dengan baik dan cermat, “Kenapa kita tidak marah atas suara sama dan keras alarm yang bangunkan kita di pagi buta dan berulang tiap hari?” bahkan dengan sengaja kita setting alarm tersebut.

Tidakkah kita anggap kecerewetan Ibu itu sebagai alarm, pengingat kita, bentuk rasa sayangnya pada kita, dan ada yang dilihat seorang Ibu yang tidak kita ketahui. Sebagai orang yang memberikan Asi, mendidik dan mendampingi kita hingga bertahun-tahun, Ibu sangat memahami karakter kita. Rasa sayangnya yang tinggi diwujudkan dalam kecerewetannya merupakan anugerah bagi kita.

Janganlah marah, jangan ditentang dan sakit hati, senyumi dan ambil tindakan yang tidak menyakitkan hatinya. Kerelaan Ibu (orang tua) menjadi jalan keridhoaan Allah swt. Frekuensi dan power kecerewetan bisa nambah level saat Ibu kita bertambah usia. Cobalah diingat dan refleksi diri, betapa sabarnya seorang Ibu yang momong kita dengan sabar dari kenakalan kita. Dia menjaga kita dari ketidaklaparan, dia menangis mendoakan kita agar sukses dan menjadi orang yang bermanfaat.

Setelah kita sukses dan menjadi orang yang bermanfaat, kita lupa dan abaikan jasa ibu. Dan hanya melihat kecerewetannya belaka. Kesombongan kita bertambah dengan merasa kesuksesan itu karena usaha dan ikhtiyar kita. Bila Tuhan tidak memberikan rasa sayang pada kita, bisa saja kita dicekik mati dan ditelantarkan. Ibu kita dengan susah payah membesarkan kita, dia rela tidak makan untuk sekedar anaknya kenyang dan tidak menangis.

Bila kalian masih punya orang tua, jadikanlah dia pusaka yang diletakkan di hati kalian dan berbuat baiklah kepada mereka (birrul walidain). Bila telah tiada, kunjungi makamnya sebagai bentuk perhatianmu pada mereka. Doakan tiap saat, hadiahkan amal untuk mereka, sebab kalian tidak akan bisa mengirimkan pizza, roti, sate, nasi goreng dan lainnya kecuali sudah ditransformasi menjadi amal (sedekah) untuk mereka. Tiada hadiah yang berharga bagi selain doa dan kesalehan kita. Shaleh adalah proses transformasi menuju kesempurnaan (insan kamil).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sumber Jariyah Tak Putus Pahala

Kita sering mendengar para muballigh menyampaikan amal jariyah yang pahalanya tidak terputus meskipun orangnya sudah meninggal. Satu, shadaq...