Saat itu bulan Ramadan, seorang 'abid ( ahli ibadah ) sedang melakukan sholat malam. di langit dan disekitar dia para malaikat memujinya; " nich dia, orang yang do'anya dapat menembus arsy ", sedikit dia merasa ke-GR-an karena diuji oleh Allah dengan pujian para malaikat yang diperdengarkan dia.
Hari-hari berikutnya, setiap dia selesai sholat malam tampak murung dan tak bersemangat. Allah telah memperdengarkan olokan malaikat ( malaikat tak memuji lagi ) kepada dia atas ibadahnya; "ah percuma, sekarang doanya ga bakal nembus arsy..." tanya yang lainya; "emang kenapa?"
jawab yang lain lagi ;"dia telah makan makanan yang bukan haknya.."
jawab yang lain lagi ;"dia telah makan makanan yang bukan haknya.."
Kegelisahan demi kegelisahan dalam pikirannya, akhirnya menemukan akar masalahnya. dia telah mengambil sebutir kurma yang jatuh dan dimasukkan kedalam wadah dia tanpa seijin penjualnya. sampai akhirnya dia harus meminta kehalalan sebutir kurma kepada ahli waris karena si penjual telah meninggal dunia. Wallahu a'lam
Sebutir kurma yang tak jelas ke-halalan-nya saja menjadi penghambat sebuah nilai dari doa dan ibadah kita. Bagaimana dengan apa yang telah kita makan selama ini? sudah halalkah? atau paling tidak berusaha untuk mendekati ke-halalan dari apa yang kita hasilkan dengan bekerja.
Sesuatu (sari pati ) yang telah kita makan akan menjadi otot yang akan menggerakkan aktifitas kita. Menjadi darah yang akan mengalir dalam tubuh kita, masuk ke jantung. Menjadi sperma yang akan membuahi sel telur dan menjadi anak kita dan apakah akan menajdi generasi yang diinginkan Allah swt...?
Masih pantaskah kita mendapat hadiah surga, sementara tubuh kita penuh dengan ketidakjelasan asal mausul apa yang kita konsumsi.....
Pantaskan diri Kita dengan apa yang kita harapkan dari rahmat Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar