Rabu, 26 November 2014

Berislam Dengan "Kaf - Fa’"

“Benar..!! Kita harus berislam dengan Kaf – Fa’, sesuai dengan apa yang disampaikan Kyai Ahmad”, Doel Kemplo buka pembicaraan di Pagemblungan.
“Bukan Kaf – Fa’, Mplo,..!!!? tapi Kappa’,...”, sergah Doel Gemblung dengan mengoreksi pembicaraan Kemplo.
“Enggak..!! yang betul itu Kaf – fa’, bukan Kappa’ karena tidak ada dalam lafadz arab huruf Pa’ yang ada Fa’,.....”, bela Kemplo.

Kupinge Picek...!!!.....Matane Budek,.....!!!, mikir,....mikiiiir,....”, hardik Doel Zemprull sambil ngelus-elus dengkul ( lutut ).
“Beginilah simbol keislaman kita, dalam forum Pegemblungan saja telah berbeda dalam menafsirkan penjelasan Kyai Ahmad tentang Islam, apalagi seluas Indonesia. Perdebatan Syiah dan Sunni, Ahmadiyah Islam atau bukan ? dan lain-lain," lanjut doel sambil menjelaskan duduk persoalannya.
"Islam Puritan merasa paling lurus, sehingga menyalahkan dan membid'ahkan praktik-praktik islam yang telah berlangsung lama di Nusantara ( Indonesia ). Semua organisasi keislaman masing-masing merasa paling lurus dalam menjalankan agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Padahal yang paling tahu kebenaran itu Sang pemberi Mandat dan yang diberi mandat kenabiaan." doel coba menerangkan agak serius
“Wong baru tahu huruf Kaf dan Fa’ saja, kalian sudah pada ngributin seakan-akan paling berhak pemegang paten Islam. Mengetahui Kaf dan Fa’ tak lantas kalian bisa mendeklarasikan mengetahui isi al Qur’an, dan menghukumi yang lainnya tak jelas keislamannya”.
“28 huruf hijaiyah yang sampyan ketahui saja, belum bisa sebut al Qur’an. Karena masih huruf, belum kalimat, belum kalam, belum ayat,...terus surat,...juzz dan seterusnya. Kalau Kaf dan Fa’ itu bagian dari huruf al Qur’an itu iya,........tapi bukan al Qur’an”, Doel coba jelaskan dengan sedikit emosi.
“ueedan lagi kamu Mblung,...!!!, hardik Doel.
“Kalau dialekmu ga fasih itu urusanmu untuk selalu berlatih, tapi apa yang keluar dari “cangkemmu” itu bisa disalah-tafsirkan”.
“lho,...apa salahku, Doel”, Gemblung membela diri.
“Rai mu iku enggak salah, itu sudah takdir dari Gusti Alah, tapi cangkemmu itu harus dikontroll”, jawab Doel.
“Bila berislam dengan Kappa’,....yang dipahami orang itu melalui kekerasan karena menggunakan Kappak. Itu yang coba dihembuskan oleh orang-orang yang tidak menyukai islam dan Kanjeng Nabi Muhammad. Bahwa dakwah islam dengan kekerasan, premanisme dan lain sebagainya. Sementara Islam mengajarkan dan memelihara kedamaian”, jelas doel.
“yang betul apa Doel..?”, tanya Kemplo dengan lemes melihat Doel Zemprull marah-marah.
“Yang diterangkan Kyai Ahmad itu, “Islam secara Kaffah” --- bukan Kaf’ dan Fa’ --- juga bukan berislam dengan Kappa’. --- memahami berislam secara menyrluruh, tidak sepotong-sepotong, baik keilmuan, pemahaman maupun pengamalannya”, jelas Doel dengan nada suara yang sudah diturunkan.
“Ya ga gitu kaleee,.....Jelaskan ya,..jelaskan, tapi enggak usah,...micek-miceki kuping ( membuta-butakan kuping) – wong nyatanya kuping saya ga bisa lihat kok.”, protes Rasdan pada Doel Zemprull.
“ya sudah kalau sampyan semua tidak terima demikian, saya juga tidak terima bila kalian salah paham terhadap apa yang disampaikan Kyai Ahmad", balas Doel Zemprull
- - DZ al Q-Shud - -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piket dan Kerja Bakti (rokan) di Sekolah Jangan Dihapuskan

Miris saat melihat lingkungan sekolah yang kotor, kumuh, sampah berserak dan di beberapa tempat ditumbuhi rumput dan semak belukar. Kepala s...