Fenomena al Maidah ayat 51, memunculkan banyak komentar baik yang
mendukung maupun yang menolak dengan alasan telah melakukan penistaan
agama. Masing-masing menyodorkan tafsiran meskipun bukan keahliannya
dalam ilmu tafsir al Qur’an dan ngerinya, merasa paling benar atas
tafsirannya. Seorang ulama tafsir yang mencoba meluruskan pemahaman atas
ayat tersebut pun dicaci dan dihina oleh para haters di dunia maya.
Mereka sudah dibutakan dengan fenomena Pilkada DKI. Benarkah, Pilkada
ini untuk mengusung perjuangan Islam ?
Awal AHOK memimpin Jakarta
menggantikan Pak Jokowidodo yang menjadi Presiden ke-7 kemudian disusul
dengan gubernur tandingan, kenapa dia – gubernur tandingan – tidak
diajukan sebagai gubernur oleh “partai islam” ? bahkan silaturahmi akbar
yang menghasilkan risalah istiqlal pun belum terwakili dalam tiga
pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Untuk melawan Ahok-Djarot,
kenapa ada Anis-Uno dan Agus-Silvie ? Apakah Pak Anis dan Mas Agus akan
mengislamkan Jakarta ?
Ada Prof Yusril yang telah berpengalaman
menjadi Menteri di beberapa Kabinet sebelumnya, ada Pak Rizal Ramli yang
sebelumnya dikenal dengan Kepretan Rajawalinya dan beliau juga menolak
reklamasi pantai Jakarta, dan ada banyak tokoh islam yang baik namun
“tidak diajukan” dalam Pilkada DKI. Kenapa tidak minta Pak Din Syamsudin
atau Pak Haedar Nashir dari Muhammadiyah, atau KH. Said Aqil Syiraj
atau Habib Riziq untuk dicalonkan menjadi Cagub DKI ?
Kenapa PPP,
PKB, PAN, dan PKS sebagai “partai islam”, tidak bersatu saja untuk
bersama-sama mengusung calon alternatif ? dan Kenapa PPP Djan Faridz
men-declaire mendukung AHOK sedangkan PPP Romy mendukung Agus-Silvie ?
Kenapa Partai Gerindra lebih memilih Pak Anis Baswedan untuk mendampingi
Sandiaga Uno daripada calon yang disodorkan oleh PKS ? Kenapa PKS di
belahan daerah lain berkoalisi dengan partai lain untuk mendukung calon
yang bukan beragama islam?
Baiklah, politik adalah seni dalam
berdemokrasi dan dalam politik tidak dikenal dengan musuh atau teman
abadi, yang ada adalah kepentingan abadi untuk mencapai kekuasaan.
Apakah setelah kekuasaan itu diraih akan berlaku adil dan amanah,
masyarakatnya akan aman, nyaman, dan sejahtera ? atau nantinya akan
mencari jawaban-jawaban untuk mengelak dari janji-janji kampanye dan
lupa terhadap konstituenya ? silahkan pertanyaan-pertanyaan di atas anda
pikir-pikir sendiri jawabannya.
Orang-orang yang dirugikan dan
diuntungkan oleh kebijakan-kebijakan AHOK akan ngumpul dan membentuk
kekuatan masing-masing. Mereka yang dirugikan akan mencari calon untuk
dapat menggulingkan kekuasaan petahana dan mereka yang diuntungkan akan
mendukung dan mempertahankan petahana. Serta ada yang mencari
keberuntungan dalam perseteruan keduanya senagai kuda hitam.
Walaupun AHOK itu muslim, pasti tidak akan dilakukan Pilkada secara
“aklamasi”, akan ada calon yang akan diusung untuk menawarkan angin
surga. Mereka yang dirugikan atas kebijakan AHOK, tetap akan mencari
kekurangan AHOK dengan cara apapun untuk memenangkan Pilkada. Semisal
pun, AHOK mengucapkan dua kalimah syahadat sebelum pendaftaran Pilkada,
mereka pun akan menghujat bahwa keislamannya untuk meraih simpati umat
islam dan tetap dituduh menggunakan agama sebagai alat mencapai
kekuasaan.
Belum hilang dibenak kita, Pemilu Presiden yang
membelah dua kekuatan Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia
Hebat (KIH) yeng memiliki massa pendukung yang fanatik. Dan riak
fanatisme yang terwujud dalam ujaran kebencian itu belum memudar hingga tahun pertama Pak Jokowi sebagai
Presiden. Penyadaran pada akhirnya harus dimiliki untuk membangun bangsa
dan negara dengan bergabung dalam pemerintahan atau tetap menjadi
oposisi dan penyeimbang.
Partai kalian akan mengajukan calon
gubernur dan kalian diminta untuk memilih dan mengkampanyekannya. Kalian
memiliki tokoh panutan yang mempunyai pandangan tersendiri terhadap
para calon gubernur, dan kalian akan mengikutinya. Kalian mempunyai
ustadz, kyai, ulama, atau tokoh agama yang selalu memberikan fatwa juga
mempunyai pilihan tersendiri yang kadangkala kalian “iseng” untuk
menanyakan dan kemudian fatwanya kalian gunakan untuk propaganda. Dan
kalian akan melakukan perdebatan untuk saling membanggakan calon
masing-masing hingga lupa dan menjelek-jelekkan calon yang didukung
saudara, teman atau sahabatmu serta terjadilah seteru.
Meskipun
AHOK telah menjadi muslim, tak lantas kalian akan memilihnya karena ada
visi partai, kelompok, golongan, dan masyarakat serta kepentingan
tertentu yang tidak terakomodir dalam kebijakannya. Untuk meraihnya,
Pilkada adalah cara demokrasi yang kita anut dalam berbangsa dan
bernegara di negara yang kita cintai ini, Indonesia.
Memperjuangkan calon masing-masing dengan santun dan damai serta tetap
mengedepankan pada akhlak al karimah akan memelihara keberlangsungan
sifat ketimuran bangsa Indonesia. Selamat berjuang untuk memenangkan
calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang anda yakini akan memberikan
solusi terbaik untuk DKI. Jangan terlalu percaya dan meyakininya,
niscaya akan kecewa karena semua orang tidaklah sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar