Senin, 10 Oktober 2016

AHOK Muslim pun Takkan Kalian Pilih

Fenomena al Maidah ayat 51, memunculkan banyak komentar baik yang mendukung maupun yang menolak dengan alasan telah melakukan penistaan agama. Masing-masing menyodorkan tafsiran meskipun bukan keahliannya dalam ilmu tafsir al Qur’an dan ngerinya, merasa paling benar atas tafsirannya. Seorang ulama tafsir yang mencoba meluruskan pemahaman atas ayat tersebut pun dicaci dan dihina oleh para haters di dunia maya. Mereka sudah dibutakan dengan fenomena Pilkada DKI. Benarkah, Pilkada ini untuk mengusung perjuangan Islam ?
Awal AHOK memimpin Jakarta menggantikan Pak Jokowidodo yang menjadi Presiden ke-7 kemudian disusul dengan gubernur tandingan, kenapa dia – gubernur tandingan – tidak diajukan sebagai gubernur oleh “partai islam” ? bahkan silaturahmi akbar yang menghasilkan risalah istiqlal pun belum terwakili dalam tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Untuk melawan Ahok-Djarot, kenapa ada Anis-Uno dan Agus-Silvie ? Apakah Pak Anis dan Mas Agus akan mengislamkan Jakarta ? 

Ada Prof Yusril yang telah berpengalaman menjadi Menteri di beberapa Kabinet sebelumnya, ada Pak Rizal Ramli yang sebelumnya dikenal dengan Kepretan Rajawalinya dan beliau juga menolak reklamasi pantai Jakarta, dan ada banyak tokoh islam yang baik namun “tidak diajukan” dalam Pilkada DKI. Kenapa tidak minta Pak Din Syamsudin atau Pak Haedar Nashir dari Muhammadiyah, atau KH. Said Aqil Syiraj atau Habib Riziq untuk dicalonkan menjadi Cagub DKI ?

Kenapa PPP, PKB, PAN, dan PKS sebagai “partai islam”, tidak bersatu saja untuk bersama-sama mengusung calon alternatif ? dan Kenapa PPP Djan Faridz men-declaire mendukung AHOK sedangkan PPP Romy mendukung Agus-Silvie ? Kenapa Partai Gerindra lebih memilih Pak Anis Baswedan untuk mendampingi Sandiaga Uno daripada calon yang disodorkan oleh PKS ? Kenapa PKS di belahan daerah lain berkoalisi dengan partai lain untuk mendukung calon yang bukan beragama islam? 

Baiklah, politik adalah seni dalam berdemokrasi dan dalam politik tidak dikenal dengan musuh atau teman abadi, yang ada adalah kepentingan abadi untuk mencapai kekuasaan. Apakah setelah kekuasaan itu diraih akan berlaku adil dan amanah, masyarakatnya akan aman, nyaman, dan sejahtera ? atau nantinya akan mencari jawaban-jawaban untuk mengelak dari janji-janji kampanye dan lupa terhadap konstituenya ? silahkan pertanyaan-pertanyaan di atas anda pikir-pikir sendiri jawabannya. 

Orang-orang yang dirugikan dan diuntungkan oleh kebijakan-kebijakan AHOK akan ngumpul dan membentuk kekuatan masing-masing. Mereka yang dirugikan akan mencari calon untuk dapat menggulingkan kekuasaan petahana dan mereka yang diuntungkan akan mendukung dan mempertahankan petahana. Serta ada yang mencari keberuntungan dalam perseteruan keduanya senagai kuda hitam. 

Walaupun AHOK itu muslim, pasti tidak akan dilakukan Pilkada secara “aklamasi”, akan ada calon yang akan diusung untuk menawarkan angin surga. Mereka yang dirugikan atas kebijakan AHOK, tetap akan mencari kekurangan AHOK dengan cara apapun untuk memenangkan Pilkada. Semisal pun, AHOK mengucapkan dua kalimah syahadat sebelum pendaftaran Pilkada, mereka pun akan menghujat bahwa keislamannya untuk meraih simpati umat islam dan tetap dituduh menggunakan agama sebagai alat mencapai kekuasaan. 

Belum hilang dibenak kita, Pemilu Presiden yang membelah dua kekuatan Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yeng memiliki massa pendukung yang fanatik. Dan riak fanatisme yang terwujud dalam ujaran kebencian itu belum memudar hingga tahun pertama Pak Jokowi sebagai Presiden. Penyadaran pada akhirnya harus dimiliki untuk membangun bangsa dan negara dengan bergabung dalam pemerintahan atau tetap menjadi oposisi dan penyeimbang.

Partai kalian akan mengajukan calon gubernur dan kalian diminta untuk memilih dan mengkampanyekannya. Kalian memiliki tokoh panutan yang mempunyai pandangan tersendiri terhadap para calon gubernur, dan kalian akan mengikutinya. Kalian mempunyai ustadz, kyai, ulama, atau tokoh agama yang selalu memberikan fatwa juga mempunyai pilihan tersendiri yang kadangkala kalian “iseng” untuk menanyakan dan kemudian fatwanya kalian gunakan untuk propaganda. Dan kalian akan melakukan perdebatan untuk saling membanggakan calon masing-masing hingga lupa dan menjelek-jelekkan calon yang didukung saudara, teman atau sahabatmu serta terjadilah seteru. 

Meskipun AHOK telah menjadi muslim, tak lantas kalian akan memilihnya karena ada visi partai, kelompok, golongan, dan masyarakat serta kepentingan tertentu yang tidak terakomodir dalam kebijakannya. Untuk meraihnya, Pilkada adalah cara demokrasi yang kita anut dalam berbangsa dan bernegara di negara yang kita cintai ini, Indonesia. 

Memperjuangkan calon masing-masing dengan santun dan damai serta tetap mengedepankan pada akhlak al karimah akan memelihara keberlangsungan sifat ketimuran bangsa Indonesia. Selamat berjuang untuk memenangkan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang anda yakini akan memberikan solusi terbaik untuk DKI. Jangan terlalu percaya dan meyakininya, niscaya akan kecewa karena semua orang tidaklah sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Piket dan Kerja Bakti (rokan) di Sekolah Jangan Dihapuskan

Miris saat melihat lingkungan sekolah yang kotor, kumuh, sampah berserak dan di beberapa tempat ditumbuhi rumput dan semak belukar. Kepala s...