Saat kita naksir sama perempuan atau sebaliknya, tiada yang paling indah selain kata cinta. Membayangkan begitu indahnya bila dapat hidup bersama membangun keluarga indah, sakinah, mawaddah warahmah.
Bila telah beranak-pinak, dengan beragam alasan kebutuhan dan keinginan, apakah kita bisa berbicara atas nama cinta ? Cinta yang seharusnya, membawa sakinah berkembang menjadi mawaddah dan nyaman dalam sikap rahmah terhadap keluarga.
Dapatkah kita memandangi dengan cinta istri kita, gendut tanpa make up dengan daster kedodoran. Atau sebaliknya, saat pacaran lelaki gagah, putih dan tampan menjadi dekil dan legam karena diterpa sinar mentari tiap hari. Apakah kalian sebagai istri bisa memandang dan mengelus pundaknya dengan cinta ??
Atau hanya karena keterpaksaan, hanya suami telah banyak penghasilan sehingga istri tak memperdulikan rupa dan legamnya kulit. Atau hanya karena yang penting dapat ditindih untuk kepuasan nafsu, tak peduli kedodoran dan kegemukan, tak juga suami menata istrinya untuk lebih mulia. Masihkah yang demikian itu bernama cinta,....??
Sehingga masing-masing harus mencari pemandangan indah di luar sana, istri mencari kebahagiaan sendiri di saat suami pergi bekerja. Atau suami memanfaatkan waktu di luar untuk mencari-cari daun muda atau rumput hijau lainnya hanya untuk memuaskan nafsu bandotnya.
Suami dan istri harus tetap berkomitmen dalam cinta. Saling memuliakan, mendoakan, serta menata untuk mencapai kemuliaan bersama. Menjaga amanah dalam rajutan cinta dengan tidak mengotori komitmen cinta. Tak sembarangan kau berikan seenaknya, bahkan dijual-belikan atau hanya untuk mendapatkan kepuasan sesaat.
Dalam keluarga harus bersatu padu untuk raih tujuan cinta dan menghalau serta menjaga dari kesengsaran. Sebagai tanggung jawab bersama untuk menjaga keluarga kita dari kesengsaraan duni dan akhirat.Menjaga amanah cinta dengan cinta, sehingga kelak akan mendapatkan sakinah mawaddah warahmah.
Dz al Qishud, Jakarta: 24/05/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar