Senin, 27 Juli 2015

Mengeja Setan

Tugasmu menjaga keseimbangan ibadah;
neraka tempatmu aku mengira;
namun bisa berubah surga bila tobatmu diterima;
untuk sujud pada adam yang mewakili kemuliaan manusia;
dan taat pada titah Sang Pembuatnya;


ngkau rela selamanya menjadi terlaknat;
engkau rela dikambing-hitamkan seluruh umat;
tugasmu terucap dalam janjimu menggoda umat;
tak pernah lelah sampai kiamat;

aku caci engkau,
sementara engkau bersemayam dalam tubuhku;
tak cukup ilmuku melawanmu...
tak cukup ibadahku tandingi sujudmu;

aku tak memujimu;
apalagi harus menyembahmu;
dilarang aku mengikuti tingkah polahmu;
sungguh indah sandiwara Tuhanku;
untuk menguji ketakwaan dan imanku;

aku merasa rendah bila dibandingkanmu;
hanya berharap ampunan dan rahmat Tuhanku;
serta syafaat nabi-ku;

doelzemprull, Bogor, 16-12-2013

Jumat, 24 Juli 2015

Mudik itu Syar'i Lhoo,...

"Wong lungo nyang ndi parane, musti muleh", siapapun yang pergi kemana pun akan pulang/kembali atau dalam istilah lain "urip iku mung mampir ngombe", hidup itu sekedar mampir untuk minum. Tradisi pulang kampung atau mudik saat lebaran mungkin hanya ada di Indonesia, karena filosofi warganya untuk mengingat kampung halaman sebagai bagian dari sejarah hidupnya.

INDONESIAKU

Indonsesia Tanah Airku,
hanya tinggal tanah dan airnya.
Itupun telah kalian cemari
isinya telah kalian eksploitasi.

Indonesia Raya,
Kenapa Indonesia-ku seperti bancakan (kenduren) ?
Kalian berkumpul ramai-ramai untuk raya-han
Raya-han kedudukan, Raya-han jabatan, Raya-han kekuasaan dan penguasaan.
Sampai lahan parkirpun jadi raya-han (rebutan)

Indonesia Tumpah Darahku,
Cukuplah darah tertumpah saat kami dilahirkan;
Cukuplah darah ditumpahkan para pendiri dan pejuang bangsa;
Jangan lagi tertumpah, demi alasan apapun.

Indonesia Kebangsaanku,
Jangan kalian jadikan kami bangsa arab, sekalipun bisa berbahasa arab;
Jangan anggap kami orang barat, sekalipun menguasi bahasa mereka,
Jangan jadi orang asing di negeri sendiri, setelah kau ambil lalu pergi ke luar negeri.
Kami, Indonesia walaupun suku berbeda, jangan berpecah belah.

Indonesia Merdeka,
Merdeka dari terjajah, dari bangsa penghibah;
Merdeka dari kacung dan budak penjajah;
Merdeka untuk menentukan kemajuan bangsa;

termasuk terjajah oleh diri sendiri untuk berjuang demi upah;

dz al Q-shod

Kamis, 23 Juli 2015

Salim Salaman

Saat kecil kita diajari oleh orang kita untuk salim. Dalam kamus bahasa Indonesia berarti sehat, sempurna dan tidak rusak. Sementara dalam bahasa arab berarti orang yang selamat (saalimun).  Sebuah nilai filosofi yang tinggi telah ditanamkan namun tidak kita sadari. Yaitu menjadi orang yang selamat (salim), dalam al Qur'an menyebutkan "jangan kalian semua mati kecuali dalam keadaan selamat" atau dalam keadaan muslim ( wala tamutunna illa wa antum muslimuna ).

Kata salaman (bersalaman) lebih familiar di telinga kita dibanding jabat tangan. Jabat tangan lebih bersifat formal, karena yang melakukan adalah tangan-tangan pejabat sementara embah-embah kita ngajari kita untuk salaman. Bukan sebuah pilihan kata yang tidak sengaja, melainkan bagaimana kita dapat menciptakan keselamatan bagi diri, orang lain dan lingkungan. 

Salim salaman, hanya mampu dilakukan oleh mereka yang selamat/damai (dirinya) untuk memberikan keselamatan orang lain dan lingkungannya. Tidak sempurna iman kita bila orang lain tidak bisa selamat dari lisan dan perbuatan kita. Dan amanah untuk menjaga agar kita tidak menciptakan kerusakan di muka bumi, setelah terjadi kedamaian. Bagi mereka yang selamat dan tenteram jiwanya, merekalah yang mampu untuk kembali pada Tuhannya.

Jadi, salim merupakan pesan simbolik yang diajarkan oleh embah-embah kita untuk menjaga keselamatan kita dengan bersopan-santun dan menghormat pada yang lebih tua. Salaman biasanya diposisikan antara kita dengan orang-orang yang setara dengan kita sebagai orang dewasa dengan tetap menjaga dan menciptakan kedamaian/keselamatan sesama.(doel)
 

Rabu, 22 Juli 2015

NGAPUR-O

Ngapuro merupakan kata atau kalimat perintah dari kata kapur, yang biasa dilakukan masyarakat jawa dulu untuk "nglabur" tembok atau gedek atau pager menggunakan kapur atau gamping agar putih menjelang Iedul Fitri. Ngapuro juga berarti memaafkan. Penggunaan idiom ngapuro untuk menggantikan kata maaf bukan ngasal melainkan untuk saling memutihkan atau saling berhalalan.

Pada saat lebaran biasanya ada Kupat, dalam bahasa Indonesia dinamai ketupat. Kupat itu merupakan simbol yang harus ada atau diadakan saat lebaran Iedul Fitri, Kupat merupakan kependekan dari "ngaku lepat" atau pernyataan salah untuk minta maaf kepada sesama untuk mensucikan diri setelah sebulan berusaha untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. 

Kupat juga menjabarkan tentang "laku papat" atau empat perbuatan, yaitu Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan. Lebaran berarti telah usai, setelah menjalani puasa selama sebulan ( di Bulan Ramadhan ), setelah itu dengan harta yang kita miliki haruslah berbagi dengan fakir miskin atau dengan Luberan. Luberan dari kata Luber mendapat imbuhan -an, yang berarti kepenuhan atau wadah tak bisa menampung air lagi sehingga tercecer atau luber. Atau dengan sengaja diluberkan sebagian harta kita untuk yang membutuhkan melalui zakat fitrah dan zakat maal. Budaya silaturrahim yang berubah menjadi silaturrahmi adalah upaya untuk melebur dosa-dosa kita dengan orang tua, kerabat, saudara, teman dan tetangga dengan berhalal bihalal atau kemudian disebut dengan leburan. Setelah (Lebaran) kita beribadah kepada Allah dengan puasa, tarawih, baca Qur'an, qiyamul lail, dan memperbanyak ibadah sunah, berzakat (Luberan), meminta dan memaafkan sesama (Leburan), pada prinsipnya kita telah melakukan Laburan. Artinya kita telah memutihkan diri dan menjaganya hingga bulan Ramadhan berikutnya. 

Bila untuk memutihkan tembok (ngapur/nglabur) dengan gamping atau kapur, maka diharapkan dengan ngapuro maka kita memiliki sifat pemaaf ( wal 'afiina an annaas ). Sehingga ngapuro bukan tidak syar'i atau tidak mengikuti sunah nabi saw melainkan itu adalah sebuah pilihan kata yang memiliki makna filosofis yang berdasarkan pada perintah Allah dan teladan nabi saw. (doel)

Rabu, 15 Juli 2015

Tangan Kanan atau Tangan Kiri ?

Tangan kanan selalu ada dimana Penguasa, Raja, Pejabat, Boss, Si Kaya, atau Preman kecil-kecilan. Dia bahagia atas kebanggaannya dekat dengan tuannya, apa pun akan dilakukan hingga harus njotos atau melukai hingga mbunuh orang yang tidak disukai tuannya. 

Tangan kiri, selalu apes menerima bagian bebersih diri hingga bau TAI. TAI manipulasi,TAI arogansi, TAI korupsi, dan segala bentuk TAI-TAI penyimpangan-penyimpangan diri. Dia bahagia dengan kebanggaannya menutupi aib tuannya dari kebusukan-kebusukan TAI.

Kyai banyak didekati oleh para penguasa atau calon penguasa, eksekutif, legislatif atau yudikatif, begal, berandal, orang biasa, dan segala macam profesi. Mulai dari minta didoakan untuk sukses, minta aji kebal, minta fatwa, minta air doa untuk keluarga yang sakit, atau sekedar ikut ngaji hingga minta di"ceboki" karena belepotan kotoran, bahkan ada yang memilih mendekat dengan penguasa.

Ad pula yang terjebak, merasa sebagai tangan kanan namun sebenarnya dianggap oleh penguasa sebagai tangan kiri. Hingga harus dipaksa untuk keluarkan dalil dan fatwa untuk kepentingan-kepentingan pribadi. Kedua tangan tersebut hanyalah alat untuk peroleh makanan dan kekuasaan.

Mana yang akan kau pilih ? menjadi Tangan Kanan atau Tangan Kiri.
Keduanya sangat mulia bila dimiliki oleh orang-orang yang dimuliakan Sang Maha Mulia.

Mencari Ilmu Itu Untuk Kemuliaan

Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi tiap individu, wajib bukan berarti persoalan hanya sekedar menggugurkan keawjiban saja. Melainkan, bagaiamana ilmu tersebut dapat memberikan kemanfaatan bagi diri, orang lain dan lingkungan.

Selasa, 14 Juli 2015

Sekolah Bukan Untuk Kaya

Bila sekolah membuat orang menjadi kaya, maka banyak sarjana yang tidak nganggur, mempunyai pekerjaan yang bergengsi dan memiliki kekayaan yang berlimpah. Anak-anak yang lulus sekolah dasar mempunyai semangat bekerja untuk menjadi apapun tanpa ada rasa gengsi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin gengsi untuk bekerja serabutan,"masak sarjana kok nyangkul ?".

Minggu, 12 Juli 2015

Sekarang atau Nanti Sama Saja

Kau perintahkan ibadah hanya untuk-Mu, tapi aku meminta balas amalanku;
Kau perintahkan turut Nabi-Mu, tapi aku meminta jatah surgaku;
Kau cintai pelaku sunah-sunah nabi-Mu, kubuka lapak daganganku pada-Mu;
Kau bilang aku adalah titah-Mu, aku selalu memaksamu untuk penuhi kebutuhanku dalam tiap-tiap doaku;
Pantaskah surga untukku ? Tak ada ibadah, kecuali hanya bertumpuk dosa;

Kau bilang jangan berpaling dari-Mu, tapi aku selalu acuhkan-Mu;
aku lebih sayang pada banda dan bangga dengan penghormatan manusia;
Kau bilang jangan takut bila selalu disisih-Mu, tapi aku selalu tak yakin dengan-Mu;

Takut miskin, tak punya pekerjaan, sakit, dan takut mati;
Takut dicaci, dikucilkan, dihina, tak dihargai, dan seabrek ketakutan-ketakutan yang lain lagi;
Padahal Kau janjikan kemuliaan, bila hanya tertuju pada-Mu;
Bukankah yang seperti itu, tak benar syahadatku pada-Mu;

Sekarang atau nanti sama saja, takkan berubah;
Seumur hidupku untuk sujud pada-Mu, takkan berguna bila masih ada ketakabburanku;
Seumur hidupku ibadah kepada-Mu, bila masih bersemayam ketakutan-ketakutan selain diri-Mu;
Seumur hidupku beribadah kepada-Mu, takkan membawaku pada surga-Mu,
dan jauhkan dari neraka-Mu;

Sekarang atau nanti sama saja;
Hanya ampunan dan rahmat-Mu,serta kasih sayang Muhammad-Mu;
Tak ada harapan yang harus aku panjatkan, karena diri tak terpantaskan;
Pasrah dengan apa yang akan Kau berikan;

25 Ramadan, 1436 H

Rabu, 01 Juli 2015

Tak Berharap, Karena "Kau" Mengecewakan

Pohon mangga yang ku gadang-gadang tumbuh besar dan berbuah banyak, ternyata belum berbunga terendam air asin dan mati. Pohon pisang yang ditanam dibelakang rumah, kunanti buahnya ternyata hilang dicuri tetangga. Begitu pula ikan yang dikolam hilang tak satu pun tersisa, padahal kuberharap bisa panen raya.

Orang yang kuharapkan melindungiku ternyata memberikan racun tiap hari dalam piring nasiku. Kawan yang kuharapkan membantuku menyeberangi jembatan shirath, sengaja mendorongku jatuh dalam lautan api. Tetanggaku yang kuharapkan melindungi kehormatanku, bersilat lidah jualan ghibah menceritakan fitnah. 

Mungkin, Kau mengajariku untuk tak berharap pada Pohon Mangga, Pisang, Ikan di Kolam, Pemimpin, Tetangga dan kawan-kawanku serta semua makhluk yang ada di dunia. Karena mereka akan mengecewakan, mereka bukan penentu apalagi mereka yang bisa mengutak-atik otak dan hati yang mbolak-mbalik. Pagi bilang A, siang B, sore C dan paginya lagi lupa apa yang disampaikan.

Tapi, bila kuberharap hanya kepada-Mu, apakah Kau juga akan mengecewakanku ?
Bukan aku tak mempercayai-Mu, namun sudah sekian lama aku mengecewakan-Mu. Mungkin sebaiknya aku juga tak berharap pada-Mu, aku takut bila harapan demi harapan aku sampaikan bahkan dengan tangisan malah Engkau tertawakan.

doel zemprull al Q-shud; 01/07/2015

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...