Jumat, 21 Maret 2025

Shuwu Aswafakum Dalam Fenomena Bermasyarakat

Tiap akan melaksanakan shalat jamaah termasuk saat terawih, Imam akan menyampaikan “shuwu aswafakum finna taswiyata al-shaff min tamami al-shalah”, luruskan dan rapatkan shaf kalian, sesungguhnya lurusny shaf bagian dari kesempurnaan shalat. Ada fenomena menarik saat meluruskan dan merapatkan shaf, yaitu ada orang-orang yang menempelkan telapak kaki hingga menginjakkan kaki makmum sebelahnya. Bahkan sampai ngangkang untuk memenuhi “kesunahan” tersebut. Ini oleh sebagian dianggap sesuai sunnah, dan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak berlebih-lebihan, sehingga sekedar rapat, kaki tak perlu melebar (sesuai kebutuhan saat ruku’ dan sujud).

Hal ini juga sama dalam dunia politik, birokrasi dan sosial masyarakat. Pemimpin akan mengatakan rapatkan barisan, bangun soliditas, dan melangkah kompak meraih tujuan bersama. Orang-orang akan merasa dekat dengan pemimpin baru atau mencari hubungan kedekatan dengan mereka dengan ragam motiv yang mendasarinya untuk merapatkan barisan. Kebanggaan dekat dengan pimpinan atau tokoh masyarakat atau agama, mempertahankan atau mencari jabatan, biar dianggap orang penting, mendapatkan akses kemudahan tertentu dan lain sebagainya.

Merapatkan dan meluruskan barisan dalam shalat itu penting untuk kesempurnaan shalat dan melaksanakan kesunahan, namun tak harus ngangkang dan menginjakkan kaki. Bertindaklah yang sewajarnya, pilihlah merapatkan ke samping dibandingkan harus melebarkan kaki (ngangkang) untuk memberikan makmum di belakang maju memenuhi shaf. Seperti halnya penting kita merapatkan diri pada kesempurnaan tujuan ideal program pemimpin politik, birokrasi, organisasi atau sosial masyarakat dengan tanpa saling menginjak kanan-kiri kita. Hingga melalukan tindakan over persuasif, ngangkang yang dapat menghalangi dan menjadikan tidak nyaman jamaah lainnya. Kesempurnaan shalat dapat diibaratkan sebagai kesempurnaan tujuan ideal dari program-program yang sudah ditentukan suatu negara, insititusi, organisasi dan masyarakat.

Jamaah masjid yang sudah istiqamah tak perlu mufarraqah karena pergantian imam sebagai fenomena biasa dalam jadwal takmir masjid di masyarakat. Imam bisa berganti dalam lima kali waktu shalat; dzuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh. Bahkan untuk imam shalat Jumat, terawih, dan shalat Iedain bisa berbeda imam shalat rawatib. Begitu pula jumlah jamaah, pengikut, masyarakat pendukung bisa sedikit, dan banyak. Fokus penting dalam shalat berjamaah adalah kesempurnaan shalat (tamam al-shalat) berjamaah. Dan dalam kehidupan bermasyarakat adalah tujuan ideal bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemimpin bisa berganti sesuai dengan periodisasinya. Kepala negara, Gubernur, Bupati, Walikota, Kepala Desa, Ketua RT dan RW bisa berganti. Tiap pemimpin membawa karakter dan visi-misi yang “lebih baik”, mereka juga ingin dikenang dengan meninggalkan legacy yang baik pula. Apapun karakter dan visi-misi pimpinan, tujuan idealnya adalah masyarakat yang adil dan makmur. Silih berganti pimpinan dan jumlah jamaah itu hal biasa, jangan sampai jamaah yang akan merapatkan diri saling injak membuat pesakitan jamaah yang lainnya.

Dalam hal shalat berjamaah pun, ada wilayah jamaah (makmum) untuk memberikan alarm positif (mengingatkan) apabila imam melakukan kesalahan dengan cara bertasbih bagi jamaah laki-laki atau suara tepukan telapak tangan bagi pengingat perempuan. Nah, upaya mengingatkan pimpinan apabila ada kesalahan atau ketidak-akuratan program, bisa dilakukan dengan cara-cara yang baik tanpa menciderai tujuan dan tidak gaduh tujuan ideal negara, institusi atau masyarakat tidak batal.

Jamaah yang baik mengetahui syarat rukun shalat untuk mencapai kesempurnaan shalat dan tata cara mengingatkan imam bila terjadi kesalahan. Jamaah ini baiknya berada di shaf pertama, bukan awam. Bukan berarti melarang orang awam berada di shaf paling depan. Begitu pula dalam memimpin, harus menempatkan orang-orang yang faham atas syarat rukun idealitas program dan ritme organisasi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila salah menempatkan orang, atau awam memaksakan diri ke depan barisan, bila ada khilaf pimpinan awam tidak bisa mengingatkan dengan baik tentang tujuan ideal program.

Begitulah, dalam mengambil hikmah pelurusan shaf dalam shalat oleh imam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga tak ada protes (mengingatkan) dengan cara caci maki dan merendahkan (tidak tasbih), semua jamaah turut imam meski konsep mufarraqah dibenarkan bila ada hal-hal yang krusial membuat kemamangan dalam berjamaah. Mufarraqah dalam barisan shalat dengan kesempurnaan ilmu tanpa gaduh (AB).

Kamis, 20 Maret 2025

Berburu Lailatul Qadar, Menetapkan Diri di Pasujudan

Para pemburu Lailatul Qadar sangat bersemangat untuk memperoleh keistimewaan malam tersebut. Mereka sampai melakukan I’tikaf di masjid, mengikuti sunah nabi saw dengan meningkatkan ibadah, dzikir, bacaan shalawat, tadarus al-Quran, bertasbih, dan menghindari perbuatan tercela. Di beberapa masjid di wilayah perkotaan ada yang menggelar kegiatan I’tikaf bersama. Ada yang menjalankan I’tikaf bersama keluarga mereka, untuk mengkhususkan diri pada peningkatan peribadatan di sepuluh malamm terakhir di bulan Ramadhan. Apakah di luar Ramadhan boleh dilakukan? Boleh. Bahkan dianjurkan saat kita shalat, mengunjungi pengajian di masjid untuk berniat I’tikaf.

I’tikaf dapat diartikan menetap atau berdiam di masjid dengan meningkatkan peribadatan dan menghindari perbuatan maksiat. Orang yang I’tikaf (mu’tafi) harus berniat diri (nawaitu I’tikafa fi hadza al-masjid). Mereka adalah muslim dalam keadaan suci (tidak berhadats) dan tidak dalam keadaan gendheng (berakal). Kemudian penyadaran apakah yang harus kita peroleh setelah melakukan I’tikaf di masjid?

Peningkatan peribadatan mereka selama I’tikaf harus mencapai penyadaran dalam ketundukan (bersujud). Masjid adalah tempat bersujud. Sujud menundukkan diri kepada Allah swt dimana isi otak di kepala diletakkan di bawah pantat tempat keluarnya kotoran. Sujud tidak bernegosiasi dengan isi pikiran, totalitas menyerahkan diri kepada Allah swt. Inna shalaty wanusuky wa mahyaya wa mamaty illahi rabbi al-alamin, sesungguhnya shalatku, peribadatanku, hidup dan matiku untuk (milik) Allah swt. Sujud merupakan posisi yang paling dekat atau upaya mendekat dengan Allah swt (wasjud waqtarib).

Kontemplasi yang dilakukan selama menjalankan I’tikaf dan menghindari sementara hiruk-pikuk aktivitas duniawiyah harus menghasilkan penyadaran diri tersebut. Penyadaran harus terimplementasi dalam ketundukan dan ketawadhuan yang nampak (min atsari al-sujud) pasca i’tikaf. Mereka penyayang sesama umat islam (ruhama’u bainahum) dan tegas atas perilaku kekufuran (asyidda’u ala al-kuffar), sehingga menjadi orang-orang yang dibersamai nabi saw dalam kehidupannya.

I'tikaf bukan sebagai rekreasi spiritual, selesai kemudian menceritakan keindahan dan kenyamanan selama menjalankannya. Bukan pula mengikuti ramai riuh penawaran program i'tikaf di masjid-masjid perkotaan dengan bimbingan ustadz tertentu. Bukan pula selebrasi yang diposting di akun media sosial untuk sebuah pengakuan dan komentar indah. Pun demikian, ketertarikan beri'tikaf bisa datang dari motif apapun yang bisa membawa penyadaran. 

Berniat diri untuk I’tikaf sejatinya meniatkan diri untuk menjadi orang-orang yang lebih dekat dengan Allah swt., bersiap menyayangi seluruh makhluk, tunduk tawadhu’ dalam kehidupan, untuk meraih ridha Allah swt dan sempurna melengkapi tujuan pencapaian derajat muttaqin (la’allakum tattaquun). Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menetapkan diri dalam pasujudan untuk mencapai ridha Allah swt. 


Rabu, 19 Maret 2025

Lailatul Qadar Bukan Hanya Untuk Pelaku Qiyamul Lail

Ramadhan merupakan bulan istimewa dibandingkan sebelas bulan lainnya. Di dalam Ramadhan ada malam yang diistimewakan dan disebutkan dalam QS. Al-Qadr, yaitu lailatul qadar. Lailatul Qadar adalah malam saat diturunkan al-Quran, kemuliaannya melebihi 1000 bulan. Dimana malaikat termasuk malaikat jibril (Ruuh) diturunkan, mengurusi segala urusan umat nabi saw.

Tidak dijelaskan secara pasti kapan tepatnya para malaikat diijinkan Allah turun ke bumi itu. Sementara peringatan turunnya al-Quran (Nuzulul Quran) sering dilaksanakan mulai tanggal 17 Ramadhan, termasuk rutinitas peringatan resmi negara. Para ulama menginformasikan di sepuluh malam terakhir, bahkan ditegaskan pada malam-malam ganjil hingga merumuskan malam lailatul qadar dari hari awal Ramadhan.

Ketidakpastian waktu menjadikan istimewa malam tersebut. Intensitas ibadah ditingkatkan bagi pemburunya. Upama setelah mendapatkan apa yang diburu, kemudian akan menjadi apa dan bagaimana orang yang mendapatkannya serta bagaimana tahu kalau malam itu merupakan malam lailatul qadar? Dengan melewati kemuliaan malam yang melebih 83 tahun kebaikan, apakah akan mengubah karakter orang tersebut pasca Ramadhan.

Para pemburu senang membincangkan malam yang penuh misteri tersebut. Mereka akan melewati malam tersebut dengan memperbanyak dzikir, shalat sunnah, mujahadah malam, dan tadarus bahkan ada yang membuat program I’tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Alangkah nikmatnya mereka yang berkesempatan melakukan ikhtiyar mendapatkan malam lailatul qadar dengan memperbanyak ibadah dengan kecukupan rejeki. Mereka yang menjadi sopir, pedagang malam hari, securtiy, pemulung pada malam hari, penarik ojek, penarik becak dan profesi lainnya yang harus menghabiskan malamnya untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka bisa mendapatkan malam istimewa tersebut. Mereka kecil kemungkinan memaksimalkan ibadah seperti orang-orang yang dapat meluangkan waktu untuk I’tikaf dan memperbanyak dzikir di zawiyah atau masjid.

Nah, cara menggapai malam lailatul qadar adalah dengan menghidupkan malam tersbeut dengan memperbanyak dzikir, shalat sunah, tadarus dan kebaikan lainnya. Mereka yang harus mencari nafkah untuk keluarganya juga melakukan kebaikan, kebaikan tersebut juga sama seperti kebaikan orang yang I’tikaf di masjid. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya merupakan sebuah kebaikan yang wajib dilakukan.

Orang-orang yang tidak memiliki kesempatan duduk I’tikaf di masjid, bisa berada di perjalanan sambil membaca dzikir atau shalawat sirri (khoufi). Menyempatkan di sela-sela istirahat untuk shalat sunnah, baca al-Quran di HP, berbuat kebaikan dan sedekah di malam hari, menolong orang atau pun perbuatan mubah yang diniatkan untuk mencegah kemaksiatan. Tindakan-tindakan mereka juga dikategorikan kebaikan, apalagi bertepatan dengan malam lailatul qadar akan mendapatkan ganjaran dengan porsi yang sama yaitu melebihi 1000 bulan.

Penting, mengetahui rumus meninggalkan larangan (kemaksiatan) dan menjalankan wajib serta melakukan perintah sunnah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mengenal dan mengidentifikasi ketaatan, kemaksiatan, tindakan mubah, makruhah, dan sunnah agar kita tidak terjebak pada tindakan yang di larang atau yang harus ditinggalkan. Kebaikan apapun yang dilakukan pada malam lailatul qadar akan diberikan nilai melebihi 1000 bulan kebaikan. Termmasuk mereka yang di rumah menjaga isteri dan anak-anak mereka, menemani keluarganya, menyiapkan sahur bagi keluarga, suamiyang memeberikan nafkah batin isterinya dan tindakan baik lainnya. 

Siapapun kita dan dimana pun kita berada yang memburu lailatul qadar untuk tetap waspada pada malam selama ramadhan untuk menghidupkan malam-malam terakhir dengan kebaikan dalam bentuk apapun termasuk merenung (muhasabatun nafs) di pojokan pasar atau stasiun kereta dalam rangka meningkatkan ketakwaan diri. Semoga kita dapat meraih lailatul qadar dengan kadar kebaikan kita masing-masing dan saling mengasihi melalui doa-doa kita terhadap sesama.
 

Selasa, 18 Maret 2025

Lailatul Qadar Dalam Diri

Lailatul Qadar menjadi malam yang diburu bagi para perindu Ramadhan. Dimana kemuliaannya melebihi 1000 bulan (khairun min alfi syahrin), kurang lebih delapan puluh tiga (83) tahun kebaikan. Meraka akan meningkatkan intensitas ibadah di sepuluh (10) malam terakhir, dan di malam-malam ganjil lebih bersemangat dalam menambah shalat sunnah, bacaan al-Quran dan awrad (dzikir).  

Malam Lailatul Qadar dicirikan keadaan malam yang tenang dan hening, angin berhembus lembut, langit bersih, cuaca cerah, bulan separuh nampan, tidak dingin dan tidak panas, dan paginya matahari berwarna putih cerah. Dengan ciri-ciri tersebut menjadikan perbincangan ringan di Pagemblungan, dan setiap malam Doel Zemprull selalu mencoba merasakan hawa yang dicirikan tersebut. 

Sabtu, 15 Maret 2025

Al-Qur’an Kitab Suci Seluruh Manusia

Ramadhan merupakan bulan istimewa dimana al-Qur’an diturunkan (nuzul al-Qur’an). Quran merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dan bernilai ibadah bila umat muslim membacanya. Untuk meraih keberkahan di Ramadhan kita mendengar tadarus di masjid dan mushalla, kajian tafsir, dan pembacaan kitab-kitab tafsir di lingkungan pesantren tertentu (pasanan).

Nabi Muhammad saw merupakan khatamin nabiyyin (penutup para nabi), diutus untuk rahmat semesta alam (wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin) tak dibatasi pada umat tertentu seperti umat lain yang disebutkan seperti Bani Israil, Kaum ‘Aad, dan lainnya. Alquran yang dterima juga menjelaskan kondisi dan peribadatan umat sebelumnya. Mereka yang beriman dan beramal shaleh serta tidak menyekutukannya (bertauhid), akan diberikan pembalasan mulia (jannah). Sebaliknya, mereka yang kufur dan mengingkari ajaran tauhid yang dibawa para nabi-Nya, akan memperoleh balasan kesengsaraan (an-naar).

Al-Quran "Petunjuk" Riset PTKI

Ramadhan merupakan bulan diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia (hudan linnas), dan penjelasan-penjelasan (al-bayyinat) serta pembeda hak dan batil (al-furqan). Lafadz huda dalam al-Quran terdapat 73 derivasi dalam enam bentuk. Huda menurut al-Maraghi, bermakna agama dan petunjuk. Quraish Shihab berpendapat lafaz huda bermakna hidayah ilahi, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, hidayah, taufik dan ajaran Islam (Furqan & Ridhatillah: 2022).

Pengertian petunjuk (hudan) sebagai taufik, hidayah atau ajaran Islam, sebab al-Quran diturunkan sebagai pedoman/petunjuk untuk mencapai derajat muttaqin dengan bertauhid dan beramal shalih, tidak lain tidak bukan. Bolehkah kalimat “hudan” ini kita gunakan sebagai petunjuk dalam menguatkan keimanan kita dengan memperdalam riset dan kajian yang telah diinformasikan dalam al-Qur’an.

Di dalam al-Quran ada ayat-ayat kauniyah yang membahas tentang alam semesta, ciptaan Allah, dan fenomena alam. Al-Quran juga mengandung nilai-nilai sosial seperti toleransi, keadilan, musyawarah, kerjasama, kepedulian sosial, dan lainnya. al-Qur’an juga menyinggung persoalan ekonomi, kesejahteraan, sejarah peradaban dan keilmuan lainnya.

Al-Qur’an sebagai guidance bukan cocokologi atas claim-claim tertentu tanpa ada pendalaman riset dan kajian yang mendalam. Kita memiliki kecenderungan melakukan claim atas riset dan temuan ilmuan sekuler atau liberal yang dirasa cocok dengan isi dan kandungan al-Quran. Kita sudah mendeclaire bahwa al-Quran sebagai pedoman hidup, tetapi tidak menjadi pijakan rasa penasaran tentang kandungan sebagai petunjuk dalam segala lini kehidupan.

Para ilmuan muslim dahulu merupakan sosok yang integratif dalam keilmuan. Pemahaman agama adalah dasar, sementara mereka memiliki keahlian di bidang lainnya. Aviceina atau Ibnu Sina seorang muslim yang memiliki pemahaman agama yang baik, sebagai filsuf, peletak dasar ilmu kedokteran, dan memahami astronomi. Muhammad bin Musa Al-Khawarijmi, seorang ilmuan penemu al-jabar (matematika), sebagai filsuf, astronomi, astrologi, dan geografi. Masih banyak ilmuan di era keemasan Islam yang memiliki ragam disiplin ilmu.

Di era pecahan ilmu, agama dipecah dalam berbagai jurusan dan program studi akan lebih baik menyatukan riset dan kajian dalam multi disipli ilmu. Bila dahulu, ragam disiplin ilmu dalam satu sosok ilmuan muslim, maka di kampus PTKI menggabungkan ragam dosen dari disiplin ilmu untuk melakukan riset dan kajian yang telah diinformasikan dalam al-Quran. Riset dan kajian multidisipliner bukan cawel-mencawel nama, melainkan integrasi keilmuan dalam kampus PTKI dikembangkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka menguatkan keimanan dan ketakwaan.

Dengan riset multidisipliner tersebut, kita memberikan kontribusi pengembangan keilmuan yang terintegrasi. Kita tidak bisa menjadi sosok Ibnu Sina, al-Khawarijmi, Ibnu Rusd, al-Razi, Jabir bin Hayyan, Ibnu Khaldun, al-Jazari dan lainnya di era pemilahan disiplin ilmu. Tetapi, kita bisa mengambil semangatnya untuk menyatukan kepakaran dalam satu riset dan kajian. Sehingga integrasi keilmuan tidak hanya menjadi slogan pengembangan kampus perguruan tinggi keagamaan Islam sebagai bagian dari kekhasannya dibandingkan dengan kampus umum lainnya. 

Kamis, 13 Maret 2025

Kebahagiaan Puasa Sesuai Kadarnya

Dalam ceramah-ceramah di masjid di awal Ramadhan menyitir hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa dua kebahagiaan seseorang yang berpuasa adalah saat berbuka puasa dan bertemu dengan Tuhannya (lisshaimi farhatani, farhatun ‘inda al-ifthar wa farhatun ‘inda liqa’I rabbihi). Kebahagiaan pertama itu rasa senang saat berbuka puasa, dengan lauk apapun kalau lapar kita akan merasa enak untuk dimakan. Meskipun ada istilah Ramadhan itu bulan makanan, dengan ragam ta’jil yang diperdagangkan dimana-mana habis terjual. Di rumah pun banyak jenis minuman, es, dan menu berbuka yang dihidangkan. Kebahagiaan ini bisa menghilangkan esensi puasa untuk bisa merasakan rasa lapar kaum papa.

Kebahagiaan kedua, adalah saat bertemu dengan Allah Swt. Ibadah yang dilakukan oleh umat Islam dilipatkangandakan 10 – 700, kecuali puasa. Allah mengatakan bahwa puasa hamba untuk-Ku dan Aku yang akan membalasanya. Mereka meninggalkan kesenangan dan makanan karena-Ku (HR. Muslim). Benarkah puasa kita bisa mempertemukan dengan Allah Swt.? Puasa yang dengan iman dan keikhlasan (imanan wa ihtisaban), yang akan mendapatkan pengampunan dari dosa-dosanya. Benarkah puasa kita untuk Allah? Dan layak diberikan pahala berlipat hingga ditemui Allah kelak. Benarkah puasa kita meninggalkan seluruh syahwat dan makanan?

Beberapa pertanyaan di atas perlu mendapatkan renungan diri.

1.   Puasa untuk Allah itu tidak memperhitungkan apapun, tetapi fokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas peribadatan dan muhasabah untuk memperbaiki kualitas diri. Setelah syawal kita memiliki ciri-ciri orang yang bertakwa (la’allakum tattaquun).

2.   Puasa dengan meninggalkan kesenangan (syahwat), sementara di Ramadhan kita sibuk berburu takjil, berburu pakaian baru untuk persiapan lebaran, dan menyiapkan diri menjadi orang yang baru dan keren di saat lebaran nanti. Belum lagi syahwat kehormatan, mengundang fakir miskin untuk diberi uang dan divideokan serta di posting di media sosial;

3.    Puasa meninggalkan makanan, benar kita tak makan di siang hari namun otak kita berisi makanan yang akan kita lahap setelah dung adzan maghrib. Puasa hanya memindah jadwal makan dan menambah kesenangan tentang makanan atas nama buka puasa.

Ramadhan juga memberikan kebahagiaan tersendiri bagi pemburu uang receh, sebab pendapatan meminta-minta akan lebih dibandingkan bulan-bulan biasa. Kita bisa melihat pertambahan gepeng yang keliling rumah-rumah untuk minta sedekah atau zakat. Ramadhan juga membahagiakan bagi para pengelola toko dan mall-mall, yang ramai dari awal hingga akhir bulan. Ramadhan juga membahagiakan bagi karyawan dan pegawai yang akan mendapatkan tunjangan hari raya (THR). Ramadhan membahagiakan kaum urban untuk mudik ke tanah kelahiran bertemu orang tua, sanak dan saudara. Dan masih banyak kebahagian-kebahagian yang dirasakan oleh manusia di Ramadhan, yang tak hanya umat islam.

Kabahagiaan orang yang perpuasa di Ramadhan sesuai kadar mereka masing-masing. Ramadhan menjadi berkah untuk ummat manusia, dan hanya orang-orang tertentu yang mampu menangkap sinyal Allah yang dimungkinkan mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, saat berbuka dengan memanfaatkan momen mustajabah, mengurangi penat isi perut, dan segera beranjak ke peraduan ke Yang Maha Kuasa. Kebahagian yang dimungkinkan untuk bertemu pada Tuhannya, benar-benar menjaga kualitas puasanya yang berdampak pada peningkatan ketakwaan, memperbanyak amal shalih dan tak pernah sedikit pun menduakannya (man kana yarju liqa’a rabbihi fal ya’mal amalan shalihan wala yusyrik bi ibadati rabbihi ahada).

Selasa, 11 Maret 2025

Inna Ma’a al-‘Usri Yusran Bukan Pasif

Kita bisa mengetahui atau mengira-ira kondisi seseorang dari status wathsapnya. Apakah mereka sedang ribut dengan pasangannya, tetangganya, bahagia atau sedang susah atau ada sesuatu yang terjadi di tempat kerjaannya. Melalui content analysis kita bisa mengetahui kondisi tersebut, seperti status yang nampak bijak dengan mengambil petilan ayat “inna ma’a al-‘usri yusran” yang artinya sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyiroh: 5).

Orang tersebut ingin menunjukkan bahwa dirinya sedangn ada kesulitan dan mengharap kemudahan atau kebahagiaan setelah kesulitan tersebut.  Dia mempercayai kebenaran ayat tersebut, dan berharap Allah memberikan kemudahan atas kesulitan yang dihadapinya, dan segera berlalu menjadi bahagia.

Ayat tersebut tidak mengajarkan kita pasif menunggu datangnya kemudahan saat kita menghadapi masalah atau kesulitan. Kita harus bersabar dan melakukan ikhtiyar diri baik dengan memikirkan solusi dan menjalani ikhtiyar tersebut. Orang-orang yang kepepet atau menderita akan mudah berpikir dan menemukan solusi atas masalah dirinya dibandingkan dengan orang-orang yang full fasilitas. Kreatifitas akan muncul dengan segala keterbatasan, karena kita dituntut untuk menyelesaikan problematika diri dengan keterbatasan.

Kesulitan dan kemudahan itu adalah siklus, masalah dengan penyelesainnya. Siklus tersebut akan dihadapi manusia sepanjang hidupnya, baik itu terkait dengan perekonomian, problem interaksi sosial, pekerjaan, teknologi, masyarakat, hingga negara bangsa. Satu masalah telah selesai, maka akan ada haral rintang kembali saat kita menjalankan kebaikan (faidza faraghta fanshob).

Penyelesaian problem harus sesuai kaidah ketuhanan, bukan semakin menjauhkan diri pada Tuhan YME. Sesuai dengan kaidah ketuhanan adalah tidak melanggar aturan, misalnya kesulitan ekonomi diselesaikan dengan bekerja bukan mencuri atau merampok dan kriminal lainnya. Kesulitan perekonomian juga tidak kemudian pergi ke dukun, gunung kawi, atau tempat pesugihan lainnya yang menjauhkan diri pada Tuhan.

Dalam ayat terakhir “wa ila rabbika farghob: dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah”, kita tidak boleh melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah swt, seperti kriminal, kemusyrikan, kecurangan, dan lainnya yang akan menjauhkan kita pada Allah swt. Harapan harus dilangitkan dengan doa dan ibadah agar ketenangan diri membantu kita untuk lebih optimis dalam menjalankan solusi yang menjadi pilihan kita. 

Minggu, 09 Maret 2025

Banjir Jabodetabek, Dimana Peran PTKI?

Banjir kemarin dapat dianggap sebagai banjir lima tahunan, 2015, 2020, dan 2025. Bahkan sebelumnya terjadi banjir bandang yang cukup besar di wilayah Jabodetabek. Di 2015, air hingga masuk ke istana negara. Sebelumnya di 1924 dan 1926 banjir terjadi karena tanggul sungai yang jebol, ini menghambat transportasi. Tahun 1932-1934 juga terjadi banjir besar, Cikarang, Tambun, dan Lemah Abang merupakan wilayah yang paling terdampak.

Salah satu penyebab banjir di wilayah tersebut karena kota-kota tersebut dialiri oleh Sungai Ciliwung, Citarum, Cikeas, Kali Bekasi, Sungai Jatikeramat, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Sungai Cilemah Abang, dan lainnya. Curah hujan tinggi di hulu (Bogor) yang tidak mampu diresapkan akan memicu banjir di sekitar daerah aliran sungai (DAS).

Faktor penyebab lainnya pertumbuhan pembangunan yang abai terhadap analisis dampak lingkungan, berdiri banyak perumahan yang tidak membuat danau buatan, lahan sekitar DAS berdiri bangunan yang menghambat laju air, pembangunan di wilayah puncak, menyempitnya lahan resapan, warga memanfaatkan sumur dalam tanah dan abai untuk merawat air sungai sebagai sumber kehidupan. Budaya buang sampah sembarangan membuat penyumbatan saluran air, sedimentasi, dan pembangunan tanggul yang tidak tahan lama serta faktor lainnya yang sangat berperan memperparah terjadinya banjir.

Di wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat terdapat UIN Jakarta, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dan ratusan perguruan tinggi keagamaan islam di wilayah tersebut yang dapat berperan melalui riset dan pengabdian masyarakatnya untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi penyebab banjir.

Hasil riset dapat menjadi rekomendasi kebijakan ke Pemerintah Daerah atau Kota dan Provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Barat. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan atas riset atau kajian para akademisi. Susah, PTKI tidak memiliki akademisi yang terkait langsung dengan analis kawasan, dampak banjir, dan lainnya. PTKI banyak memiliki SDM sosial humaniora, keagamaan, dan sedikit atau tidak ada yang behubungan langsung dalam mengatasi banjir.

Warga Banten, Jawa Barat, dan Jakarta sangat patuh terhadap ulama dan kiai. Pelibatan ulama dan kiai dapat didorong oleh riset dan pendampingan serta pemberdayaan para dosen PTKI. Coba kita ingat kembali keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) dapat berhasil setelah melibatkan ulama dan kiai. Bukan tidak memungkin dalam mengatasi terjadinya banjir, ulama, kiai dan para akademisi serta periset PTKI mengambil peran melalui nasihat keagamaan, riset dan pendampingan masyarakat dalam penyadaran lingkungan. Agama jangan dipisahkan dengan isu lingkungan (eco-religius), seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, green-area, dan lainnya.

Pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa (KKN) bisa melakukan pendampingan dalam pengelolaan sampah, penyadaran pentingnya sumber air, menjaga ekosistem sungai, penghijauan aliran sungai, dan edukasi lainnya. Riset-riset dapat diarahkan untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat itu itu, menciptakan rumah antis banjir, serta menghasilkan model-model pemberdayaan masyarakat sekitar aliran sungai.

Saya kira, PTKI dapat mengambil peran banyak untuk meminimalisir dampak siklus banjir yang terjadi pada daerah Jabodetabek dengan berperan aktif memberdayakan masyarakat sebagai penjaga kali (kali jaga) dari sampah, pembangunan liar DAS, dan lainnya. Kampus juga dapat bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dengan menyodorkan desain riset atau pemberdayaan atau pendampingan masyarakat. 

Puasa: Menyehatkan Itu Bonus

Puasa menjadi pembahasan dalam talkshow dan podcast yang bersliweran di media sosial. Salah satunya, yang menyatakan bahwa puasa itu menyehatkan. Puasa juga dikaitkan dengan diet intermittent fasting (IF) yang mengharuskan orang berpuasa selama 12 (dua belas) jam. Dengan berpuasa selama itu dapat memicu tubuh mengubah simpanan lemak menjadi energi, melepaskan keton ke dalam darah, menurunkan berat badan, memberi waktu istirahat pada sistem pencernaan, meningkatkan metabolisme dan kesehatan secara keseluruhan.

Beberapa peneliti menghubungkan puasa dengan kesehatan. Penelitian dari Jordan University Hospital menemukan bahwa puasa dapat membantu menurunkan kolesterol berbahaya, kadar lemak, dan tekanan darah.  Penelitian dari World Journal of Diabetes menemukan bahwa puasa dapat secara signifikan menurunkan kadar gula darah pada orang dengan diabetes mellitus tipe 2 (dua). Penelitian dari American Journal of Cardiology menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan kadar hormon pertumbuhan hingga lima kali lipat. Penelitian dari National Institute on Aging menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan biomarker penyakit, mengurangi stres oksidatif, dan menjaga fungsi pembelajaran dan memori.

Puasa merupakan perintah bagi umat muslim dan pemeluk agama dahulu agar kita lebih bertaqwa (QS. Al-Baqarah:183). Kewajiban tersebut memiliki manfaat jasmani, ruhani, dan ukhrawi. Manfaat jasmani termasuk didalamnya adalah seperti yang diungkap di atas, tentang metabolisme tubuh, mengurangi kadar gula, menurunkan berat badan dan lain sebagainya. Puasa bermanfaat bagi ruhani atau kejiwaan seperti mengendalikan syahwat, menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan, melemahkan hawa nafsu dan membersihkan jiwa. Dan ketiga, bermanfaat secara ukhrowi yaitu tentang balasan atas puasa mukmin yang ikhlas dan bersemangat dalam mengisi waktunya dengan meningkatkan nilai ibadahnya.

Manfaat puasa itu jelas bila kita menjalankan perintah dengan ikhlas penuh dengan ketundukan. Sedangkan niatan untuk kesehatan jasmani dan ruhani serta kehidupan lebih baik setelah mati adalah bonus dari Allah Swt atas keimanan dan keikhlasan serta ketundukan dalam menjalankan perintah tersebut. Momen mulia ini jangan dikotori dengan niatan selain tunduk kepada Allah untuk mencapai derajat muttaqin.

Ikrar Pembuka Shalat Yang Terabaikan

Doa iftitah bukan menjadi rukun shalat, namun penting kita renungkan bagi yang mengamalkannya. Kita hanya melafalkan seperti mantra atau tah...